Sebetulnya saya dan suami tak sengaja ayam panggang di Al Tajaz Restoran saat di Mekkah. Semuanya berawal saat suami mendadak sakit saat di Mekkah. Setelah melakukan pengobatan dan melakukan shalat Jumat, teman kami mengajak kami makan di AL Tajaz. Lokasinya tak begitu jauh dari kami melaksanakan shalat.
Itupun saya agak sedikit maksa ke suami untuk makan siang karena suami ingin langsung pulang. Padahal suami belum makan siang dan harus makan karena kondisinya belum fit. “Makan di Al Tajaz saja. Nasi kebulinya nggak keras dan ayam panggangnya enak,” kata Mas Nordin, teman saya yang menetap di Mekkah. Kala itu hari Jumat tanggal 12 April 2024.
Katanya, jika mertuanya datang ke Mekkah, restoran ini menjadi pilihan karena nasi kebulinya cenderung agak lunak dibandingkan nasi kebuli lainnya yang menurutnya agak keras. Al Tajaz ini bukan restoran baru di Mekkah. Padahal resto ini bisa dikatakan sebagai pelopor aneka olahan ayam seperti ayam goreng dan ayam panggang di Mekkah dan Madinah.
Restoran ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Mekkah dan Madinah karena memiliki lebih dari 100 cabang. Pemilik Al Tajaz adalah seorang peternak yang kemudian menggunakan ayam-ayamnya untuk diolah menjadi ayam lezat dengan bumbu tradisional ala Arab.
Akhirnya, kami pun memutuskan makan di Al Tajaz. Suasana di restoran itu tak terlalu ramai. Lebih banyak orang yang sekedar beli tanpa makan di sana. Ada yang unik dari Al Tajaz restoran ini. Ada ruangan yang berisi kursi dan meja dengan tirai dan ada yang tanpa tirai.
Kenapa? Karena tempat makan yang ada tirai itu disediakan untuk perempuan bercadar bisa menikmati makanan tanpa ragu karena bisa melepas cadar saat tirai ditutup. Walaupun saya tak bercadar, tapi kami memilih makan di ruang bercadar.
Pembelinya kebanyakan laki-laki. Apalagi saat kami datang, baru selesai shalat Jumat jadi hampir mayoritas pembelinya adalah laki-laki. Teman saya yang ngantri tapi saya ikut menemani untuk ikut memilih makanan yang disukai.
Karena teman saya mahir berbahasa Arab, jadi transaksi saat membeli, menggunakan bahasa Arab. Tapi tak perlu ragu jika tak mahir bahasa Arab karena bisa menggunakan bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia sambil menunjuk menu yang tertera.
Pemesanan dan penyajiannya menurut saya cenderung cepat. Kami pesan nasi kebuli lengkap dengan ayam panggang. Lalu memesan salad dan ayam goreng. Saya lupa berapa total harganya. Tapi menurut saya masih terjangkau.
Nggak usah hitung berapa nilainya jika dirupiahkan ya. Hehhee.
Ada yang unik juga saat penyajian makanan di Al Tajaz. Makanannya tidak disajikan di piring tapi di wadah almunium foil berukuran besar. Biasanya kalau makan langsung di almunium foil itu. Tapi karena suami masih belum fit dan kuatir menularkan flu, saya minta tempat untuk dijadikan piring. Tempat untuk menyajikan makanan tidak dari bahan kaca seperti halnya piring. Tapi ya benar-benar dari kertas. Seperti penyajian untuk makanan ala fastfood. Untuk sendok dan garpu pun dari bahan plastik.
Bagaimana rasa nasi kebuli dan ayam panggang serta ayam goreng di Al Tajaz ? Buat saya, rasa nasi kebulinya memang enak. Bumbunya tidak setajam nasi kebuli yang kerap dijual di restoran Pakistan. Rasa tomatnya menurut saya agak dominan. Tekstur nasinya memang lebih lembut sehingga tak begitu keras saat dikunyah. Beras yang digunakan adalah beras basmati dengan ukuran yang memang lebih panjang.
Ayam panggangnya diletakkan di dalam nasi kebuli. Jadi seperti terkesan ngumpet padahal ya tidak. Ayam panggang yang disajikan ukurannya memang agak lebih besar. Bumbunya meresap hingga ke dalam. Dagingnya juga lembut.
Kalau ayam gorengnya tidak terlalu spesial. Masih sama seperti ayam goreng ala fastfood lainnya. Hanya saja, tepungnya tidak terlalu banyak sehingga memang terkesan makan ayam, bukan makan tepung. Hehehe. Ayam gorengnya berbumbu tapi bumbu rempahnya tidak terlalu kuat.
Buat saya dan suami, pilihan makan siang di Al Tajaz adalah pilihan yang tepat. Saya sempat mau bungkus buat dimakan di hotel. Tapi tak jadi karena semakin siang, pengunjung semakin banyak dan antrian semakin memanjang.
Unik juga ya, baru tau kalau disana disediakan tirai tapi konteksnya untuk perempuan bercadar. Kalo di Indo mah, tempat makan pakai tirai itu lebih condong ke buat orang-orang yang kagak puasa, hahaha
Reply DeleteOya, kalau disana apa benar pedagangnya banyak yang fasih bahasa Indonesia mbak?
Bantu jawab, ga semua juga mas. Tapi ada yg bisa. Walaupun ga fasih sebenernya, cuma utk komunikasi dah lumayan banget 😁
Reply DeleteEfek banyak tamu dari Indonesia yak, hehehe
DeleteAl Tajaz punya 100 cabang di sana. Keren ya, peternak yang membuka resto. Jadi pasokannya bisa dari peternakannya sendiri.
Reply DeleteKalau terbiasa makan nasi lembek (pulen) terdu dapat nasi keras, walau rasanya enak, tuh tetep aja rasanya beda ya
Masya Allah, jadi pengen umroh lagi deh dan nyobain ayam panggang al-tajaz
Reply Deleteini restoran mau molly kunjungi juga. tapi sayang belum buka cabangnya di indonesia. makan waktu di mekkah sih. jadi kangen ke sana lagi,
Reply DeleteMungkin karena pas waktu itu habis Jumatan jadi kek diserbu ma laki2 kali yaa.
Reply DeleteWah baru denger nama resto ini, tapi kurang familiar yaa dibandingkan ayam goreng satu lagi.
Semoga kapan2 bisa juga mampir mencicipi ayam panggang Al Tajaz ini aamiin.
Kalau ayam gorengnya, gak beda jauh dari ayam goreng Indonesia ya mak. Ehehehe
Reply DeletePengalaman makan Ayam Panggang di Al Tazaj Mekah terasa lebih nikmat karena mendampingi pasangan yang sedang kurang enak badan. Alhamdulillah, menemukan menu yang pas dan pastinya, suka banget sama nasi kebuliii.. yang gak gitu strong tuh malah yang enak yaah... ka Lidh. Aku juga takut kalo terlalu strong.
Reply DeleteCoba di Indonesia juga dibuat ada tirai begini juga ya jadi muslimah yang bercadar juga dapat makan dengan nyaman. Btw nasi kebuli dan ayam gorengnya menggoda banget
Reply DeleteYa Allah kangen Makkah dan Madinah. Aku dulu kalau mau ke restonya pasti milih yang ada tirainy. Semoga bisa balik lagi ke Makkan dan mampir ke Al Tajaz
Reply DeleteDuuuuh sayang banget aku ga cobain makan ini pas umroh dulu 🤤🤭. Kalo kuliner timur Tengah begini, ntah itu nasi kebuli, mandi etc, aku sukaa bangetttt mba. Apalagi kalo pake kambing. Tp pake ayam pun asal ga kering2 banget ya doyan juga.
Reply DeleteKalo ayam gorengnya ga ketebelan tepung, malah bgs dong yaa 😁👍. Biasa kan malah sebaliknya
Lihat nasinya sudah auto lapar
Reply DeleteSoalnya saya termasuk suka dengan makanan demikian
Hmm... kapan ya bisa ke Mekkah juga
Pingin banget tapi uang tak kunjung cukup