Pengalaman Berkunjung di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Sudah sejak lama Ayyas ingin ke Perpustakaan Nasional yang terletak di kawasan Jalan Merdeka, Jakarta. Dia pertama kali ke Perpustakaan Nasional saat masih SD bersama teman sekelas saat acara sekolah. Sejak saat itu ia berulangkali mengajak tapi belum juga terwujud.

Keinginannya untuk berkunjung di Perpustakaan Nasional ini baru dilakukan saat libur sekolah yakni pada 24 Juni 2024. Kami berangkat dari rumah bersama suami hingga stasiun Tanjung Barat. Kemudian dari stasiun Tanjung kami naik kereta ke Stasiun Gondangdia. Dari stasiun Gondangdia, kami memilih mobil online untuk menuju langsung ke Perpustakaan Nasional. 

Pukul 10.00 WIB kami sudah tiba. Di bagian depan terdapat beberapa pameran karya tempo dulu yang menceritakan tentang budaya Indonesia. Salah satunya tentang Hikayat Aceh yang dipamerkan di ruang kaca. 

Gedung Perpustakaan Nasional ini lokasinya di bagian belakang. Saat masuk, jangan lupa untuk menitipkan tas di loker yang tersedia. Nanti barang-barang bisa dimasukkan ke tas yang disediakan oleh perpustakaan. 

Di dinding tampak dengan jelas pembagian klasifikasi lantai berdasarkan penyimpanan buku. Misalnya kalau ingin membaca koleksi buku filsafat, karya umum, ilmu sosial dan budaya bisa langsung ke lantai 21. Kalau mau membaca buku langka, ada di lantai 14. 

Sedangkan kalau mau menikmati layanan koleksi dan pagelaran budaya nusantara dan executive lounge serta balkon, adanya di lantai 24. Oh ya, tidak boleh membawa makanan dan minuman ke perpustakaan ya. Jadi kalau misalnya kita mau ke lantai 21 nah nanti botol minumnya bisa dititipkan saja sementara di petugas. Ini mungkin untuk mencegah ada tumpahan air atau makanan ke buku yang rentan rusak. 

Menikmati Perpustakaan Nasional di Jakarta

Saya dan Ayyas pertama kali langsung ke lantai 21 menggunakan lift. Tapi teryata buku yang ingin dibaca adanya di lantai 22. Nah diantara lantai 21 dan lantai 22 ada tangga lebar dan besar yang menjadi penghubung kedua lantai. Bahkan di tangga itu juga ada tempat buat duduk sambil menikmati bacaan menarik. 

Kami tak begitu lama di lantai 21 itu. Setelah dirasa cukup membaca buku yang diinginkan, kami langsung ke lantai 24 untuk melihat secara langsung pemandangan kota Jakarta dari ketinggian. Sayangnya pemadangannya tertutup tak begitu indah karena tertutup asap polusi. Beneran seperti kabut tampilan monas yang kami lihat saat itu. Belum lagi lagi panas-panasnya. 

Akhirnya kami pun masuk dan melihat secara langsung budaya nusantara di lantai 24. Misalnya ada sarung rumpuk dan topi tanjak yang merupakan pakaian adat Lampung. Bahkan ada penjelasannya juga bahwa buku ini merupakan pakaian yang digunakan bangsawan pada adat atau seremonial pemerintahan. Semuanya dipamerkan di kotak kaca untuk menjaga agar tetap bagus. Selain itu juga ada beberapa alat musik seperti angklung yang dipamerkan di lantai 24 Perpustakaan Nasional ini. 

Saya mengajak Ayyas untuk ke lantai 14 untuk melihat buku-buku langka. Saya penasaran buku-buku langka dipamerkan seperti apa. Tapi pas saya tiba, suasana perpustakaan di lantai itu berbeda. Jadi hanya ada ruang tamu, ruang khusus penerima tamu. 

Lalu dimana-buku-bukunya ? Saya kemudian bertanya ke petugas yang berjaga. “Semua buku langka disini bisa diakses jika sudah tau mau baca apa, nanti kami ambil,” kata petugas jaga dengan sangat ramah. Saya sampaikan bahwa belum ada buku langka yang khusus ingin saya baca. Tapi syukurlah saya dapat buku gratis yang memang disediakan Perpustakaan Nasional kepada pengunjung. Ada tiga pilihan judul buku tapi yang tersedia hanya satu. 

Beberapa saat sebelum waktu shalat dzuhur, kami pun ke masjid yang ada di perpustakaan. Masjidnya rapi, bersih dan nyaman sekali. Alhamdulillah bisa menikmati shalat dzuhur secara berjamaah. Disediakan juga mukena bersih di masjidnya sehingga tak perlu kuatir jika tidak sempat membawa mukena. 

Kalau ada kesempatan lagi untuk ke Perpustakaan Nasional, kayaknya saya akan datang lagi bersama keluarga. Tempat ini sebetulnya cocok sekali buat jadi tujuan wisata edukasi bersama keluarga.