Penggemar film Avatar tentunya pasti tak akan melewatkan kesempatan menonton sekuel film Avatar berjudul Avatar: The Way of Water. Saya pribadi sempat maju mundur untuk menonton sekuel film yang ditunggu hampir 13 tahun ini. Namun liburan sekolah Desember 2022 pun diisi dengan menonton film Avatar bersama anak saya, Ayyas.
Sebelum saya menceritakan tentang review film Avatar: The Way of Water, saya ingin cerita tentang perjalanan kami saat hendak menonton film ini. Jadi, Selasa 27 Desember 2022 rencana awal main ke Kota Tua terpaksa batal karena hujan. Suami menyarankan untuk ke mall saja jika hendak mengajak anak jalan-jalan.
Pukul 10.00 WIB, Ayyas baru bangun. Saya tanya mau nonton apa, katanya Avatar saja. Saya langsung beli tiket online untuk menonton film Avatar pukul 11.30 WIB. Bergegas naik motor berdua dan rencana parkir di kawasan stasiun Pondok Cina malah gagal karena semua tempat penitipan motor tutup. Akhirnya parkir motor sekitar lebih dari 1,5 kilometer dari Mall Depok Town Square.
Kami tiba di Depok Town Square sekitar pukul 11.00 WIB. Karena belum sempat sarapan, akhirnya mencoba siomay kulit tahu dan lemon tea dengan total harga sekitar Rp 60 ribu. Dan syukurlah pilihan saya nggak salah karena siomay kulit tahunya beneran enak dan sambal juga mantap banget. Apalagi disajikan dalam keadaan masih panas abis digoreng. Uenak!
Tentang Film Avatar: The Way of Water
Sekarang, saya ingin cerita tentang review film Avatar: The Way of Water. Kisah ini diawali kehidupan keluarga Jake Sully yang hidup bahagia bersama istrinya Neytiri (berasal dari bangsa Na’vi) dan anak-anaknya, Neteyam, Lo’ak, Tuk dan Kiri. Kiri ini adalah anak angkat. Lalu juga ada anak manusia yang lahir di Pandora yang diasuh oleh keluarga Jake Sully, yakni Spider.
Semuanya yang terkesan baik-baik saja di Pandora mendadak tak baik-baik saja. Keluarga bahagia itu bisa makan bareng, main bareng bahkan berfoto bersama. Namun Miles Quarintich (manusia yang dikloning dalam tubuh Na’vi) hadir bersama pasukannya untuk mengejar Jake Sully ke Pandora untuk membalas dendam.
Aksi balas dendam itu yang kemudian membuat Jake sekeluarga harus keluar dari klan yang selalu bersama mereka selama ini. Mereka kemudian menempuh perjalanan panjang, melewati badai untuk mencari tempat tinggal yang aman untuk keluarga.
Dan pencarian ini kemudian berhenti di klan Metkayina yang memiliki kedekatan dengan air. Mereka mampu menyelam dalam waktu lama dan berteman dengan hewan-hewan laut. Jake sekeluarga pun belajar beradaptasi di lingkungan baru ini. Persembunyian ini pun berakhir setelah bertemu dengan Miles.
Film Avatar: The Way of Water ini hadir dengan menyajikan ikatan kekeluargaan yang erat (bahkan seringkali berucap ‘Keluarga Sully selalu bersama’), pertarungan dan animasi yang memanjakan mata.
Pesan pentingnya kekeluargaan ini disajikan dengan adanya keterikatan saling membantu antar saudara. Walaupun Loak, anak keduanya terkesan ‘tak terlihat’ karena cenderung melawan aturan atau perintah Jake Sully selaku ayahnya. Namun Kiri yang walaupun anak angkat, ditunjukkan sebagai anak yang saling menyayangi keluarga bahkan menganggap Loak, Neteyam dan Tuk hingga Spider adalah keluarga kandung.
Jalan ceritanya sebetulnya terasa klise, menurut saya. Tapi menonton selama hampir tiga jam membuat saya bertahan karena menyajikan sinematografi yang apik dan memanjakan mata. Apalagi dengan pemandangan laut yang menampilkan semuanya hingga detil. Menggabungkan animasi ala avatar dengan kehidupan nyata memang tak mudah tapi jadi apik dalam film Avatar ini. Belum lagi ada pertarungan manusia menggunakan teknologi robot dengan bangsa Na’vi yang tersaji apik.
Film Avatar: The Way of Water ini bagus dan pas untuk dijadikan tontonan keluarga. Apalagi di saat libur sekolah seperti sekarang. Ingin menonton saat libur sekolah ? Film Avatar: The Way of Water bisa menjadi pilihan.
Masyaallah, udah jadi tulisan aja, seru banget ini. Mas Pijar juga mau deh nonton, makasih ya reviewnya
Reply DeleteSama-samaa mbaa Enii
Reply Delete