Sejak awal saya sudah tertarik untuk membaca buku berjudul Psikologi Islam yang ditulis oleh Abu Ali Al-Husain bin Abdullah Ibnu Sina atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina. Nama Ibnu Sina tentunya tak asing. Ia adalah ulama sekaligus ilmuwan yang menguasai keilmuan secara mendalam.
Ibnu Sina mendalami ilmu filsafat, kedokteran, teologi, psikologi, fiqih dan juga matematika. Semua itu ia pelajari mulai dari sang ayah, kawan ayahnya hingga filsuf-filsuf ternama. Ia hidup berpindah-pindah.
Berkenalan dan belajar dari banyak tokoh ternama membuat keahliannya membuat kagum banyak orang. Ia pula yang pertama kali mengajarkan pentingnya menjaga jarak ketika ada wabah. Sesuatu yang kemudian pada ribuan tahun kemudian memunculkan istilah social distancing ketika wabah covid 19 menyerang dunia.
Ya, Ibnu Sina lebih dulu mempelajari dan mengetahui cara penanganan wabah penyakit. Kemampuannya sebagai dokter ditunjukkan ketika ia mengunjungi akademi Urganch al_biruni di Khwarezmi ketika wabah the black death melanda. Ibnu Sina pula yang memberikan beberapa saran untuk pengendalian wabah virus ini.
Ibnu Sina yang juga dijuluki The Father of Medicine memberitahukan pencegahan sekaligus mengatasai penyebaran wabah. Beberapa hal yang diajarkan misalnya menjaga kebersihan diri dengan bahan cuka, membersihkan pakaian dan kemudian menjaga jarak.
Tak hanya itu saja. Ibnu Sina juga juga mengajarkan penanganan wabah menggunakan psikologi. Bagaimana caranya? Secara psikologis, Ibnu Sina menyampaikan untuk tetap tenang dan tidak terlalu khawatir secara berlebihan.
Buku yang diterbitkan oleh Turots ini ingin mencangkup tentang dua kitab yang ditulis Ibnu Sina. Kitab pertama yang membahas tentang ragam perilaku jiwa. Kitab kedua membahas tentang tiga risalah tentang jiwa.
Apakah teman pernah mendengar kata mutiara yang artinya “Siapa saja yang mengenal jiwanya, ia mengenal tuhannya”. Atau ada kata yang serupa yang berbunyi “Siapa saja yang tidak mampu mengenali jiwanya, ia tak akan mampu mengenal penciptanya”.
Kata mutiara ini sesuai dengan apa yang tertulis di al Quran tepatnya di QS. Al-Hasyr ayat 19 yang berbunyi “Janganlah kami seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri”. Ini tentunya menggambarkan pentingnya untuk mengingat jiwanya jika ingin lebih mengingatNya. Dan ini yang kemudian dibahas secara detail dan mendalam di buku yang ditulis oleh Ibnu Sina ini.
Saya ingin membahas tentang salah satu tulisan berjudul ‘Mengugat Reinkarnasi’. Mengapa dikatakan mengugat ? Ibnu Sina membahas tentang kaitan antara jiwa dan tubuh. Jadi menurutnya, satu jiwa tak akan menempati beberapa jasad. Satu jiwa hanya menempati satu jasad. Begitupula sebaliknya, satu jasad hanya akan menempati satu jiwa. Dan setiap jiwa tentunya memiliki kekhasan tersendiri.
Korelasi yang kuat antara jiwa dan jasad ini memunculkan ketergantungan. Jiwa dan jasad ada secara bersamaan. Ada jiwa, dan pada saat yang bersama pasti ada tubuh. Jiwa tergantung dengan adanya jasad karena jiwa menggunakan jasad untuk dapat bisa berpikir. Jadi menurut Ibnu Sina dalam buku ini, tak ada reinkarnasi dengan cara dan dari perspektif apapun.
Buku setebal 301 halaman ini bagi saya membutuhkan ketenangan suasana untuk memahami makna yang ditulis dalam buku ini. Membaca buku ini juga menunjukan bahwa ilmu Islam sudah berkembang dan ada serta dapat diaplikasikan hingga ribuan tahun kemudian.
Jadi ingat kajian di masjid, "kini orang yang sibuk mengenali kehidupan orang lain namun lupa belajar untuk mengenal Tuhan dan jiwa mereka sendiri.
Reply DeleteSiapa yang mengenal dirinya maka mengenal tuhanNya. Ayat itu juga yang jadi penyemangat aku buat belajar kesehatan mental selama ini. Sebab kita begitu kenal diri, kita lebih mudah untuk mengenal dan mempelajari yang lain. Sedari ekcil kita terbiasa menepis perasaan yang dikira negatif, entah menangis atau amarah. Jadi kita abu-abu dalam mengenal diri.
Reply DeleteMenarik, Mbak ... saya suka buku yang seperti Mbak Alida bahas ini. Soal psikologi Islam, soal jiwa. Masya Allah ya Ibu Sina, beliau seorang yang jenius. Menguasai beberapa macam ilmu. Sekarang berapa banyak orang seperti itu ya?
Reply DeleteMasyaAllah baca resensi buku ini jadi ngingetin diri sendiri ya. Siapa yang tak mengenal jiwanya pasti tak tahu juga Tuhannya, betul mba aku setuju. Makanya perlu belajar iman dulu daripada hal lain, biar kuat dulu jiwanya ya mba
Reply DeleteAku setuju sih bahwa 1 jasad 1 jiwa , jiwa/roh yang telah dicabut dari jasad tak akan menempati jasad yang lain...
Reply DeleteApalagi jika teinkarnasi itu ke hewan atau manusia sesudahnya..
Menarik bukunya, selama ini tahu Ibnu Sina sebatas ahli kedokteran yg sifatnya fisik (sakit fisik)
Reply Deletethat's my name eww wkwkwk udah mau komen itu aja, maaf OOT
Reply DeleteIbnu Sina memang andalanku
Reply DeleteBanyak baca buku buku tentang beliau
Bikin kagum sekali
Soal reinkarnasi memang ada di kepercayaan tertentu meski sebenarnya ada yang miss leading
Ibnu Sina memang andalanku
Reply DeleteBanyak baca buku buku tentang beliau
Bikin kagum sekali
Soal reinkarnasi memang ada di kepercayaan tertentu meski sebenarnya ada yang miss leading