Menjadi ibu bekerja berarti mau tak mau meluangkan waktu antara pekerjaan di kantor dan juga urusan rumah tangga. Kalau boleh dibilang, mengatur keseimbangan ini tak mudah. Apalagi mau memaksakan untuk semua urusan di kantor dan di rumah bisa tertangani sendiri. Bukannya sukses, tapi malah sakit karena terlalu memaksakan diri. Tentunya, itu adalah hal yang tak diinginkan.
Pada 8 Maret yang merupakan Hari Perempuan Nasional mengangkat tema Break the Bias atau singkirkan bias. Karena ada banyak anggapan negatif terhadap perempuan di dalam kehidupan masyarakat. Termasuk ketika memutuskan sebagai ibu bekerja.
Saya ingin cerita sedikit tentang keputusan saya menjadi ibu bekerja. Saya sekarang adalah pekerja kantor media, aktif mengurus perusahaan umrah dan travel saya yakni Mumtaaz Tours and Travel. Jadi ada beberapa kegiatan yang saya lakukan dalam waktu bersamaan.
Sumber foto : pixabay.com |
Sejak awal saya bertemu suami, saya adalah seorang pekerja. Dan kemudian saya sampaikan sejak awal ke suami kalau saya ingin tetap didukung untuk bekerja. Dan walaupun suatu saat saya memutuskan tak bekerja, ini adalah keputusan saya dan bukan keputusan dengan paksaan.
Satu sisi, saya pun tak ingin selamanya menjadi pekerja kantoran. Berharap suatu saat bisa full melaksanakan pekerjaan di rumah sehingga juga lebih banyak waktu diluangkan untuk keluarga.
Dan selama berprofesi sebagai
ibu bekerja, saya memiliki suka duka yang menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Hal yang paling menyenangkan adalah kesempatan untuk bisa lebih aktualisasi
diri. Saya juga memiliki kesempatan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan
saya. Ada beberapa hambatan yang kerap
dialami ibu bekerja yakni :
- Pekerjaan di kantor tak mengenal kompromi
- Tekanan atau deadline setiap saat
- Macet selama menempuh perjalanan
- Membagi waktu mengurus rumah tangga
- Kurang me time
- Membagi waktu dengan pasangan
- Tidak memiliki support system yang baik
- Kesulitan membagi waktu
Bagaimana pengalaman saya selama ini sebagai ibu bekerja dan apa kiat yang saya lakukan agar bisa tetap bekerja tapi satu sisi juga bisa aktif bekerja.
Kenali Pola Kerja
Setiap pekerjaan memiliki pola bekerja yang berbeda. Ibu bekerja harus mengetahui pola kerjanya. Termasuk kapan waktu sibuk, kapan libur bekerja dan apakah bekerja shift bekerja atau tidak.
Membagi Waktu
Awalnya mungkin ibu bekerja terasa susah bekerja dan membagi waktu. Tapi setelah mengenali pola kerja, kita bisa tahu kapan waktu untuk menulis blog dan kapan mengurus usaha travel umrah dan haji saya, kapan urusan rumah tangga dan kapan untuk urusan kantor.
Komitmen dan Konsisten
Ngeblog membutuhkan komitmen. Jadi apapun keputusan kita untuk tetap berkegiatan, komitmen dan konsisten kita berkegiatan ini yang sangat dibutuhkan. Misalnya komitmen untuk menyelesaikan tugas di kantor, komitmen menjalankan tugas ngeblog dan urusan perusahaan umroh dan travel.
Komunikasikan
Mengkomunikasikan dengan pasangan dan anak-anak dengan usaha kita amat sangat diperlukan. Jadi misalnya seperti saya sejak awal selalu komunikasikan misalnya kapan saya berangkat kerja dan pulang kerja, kapan mengurus perkantoran, kapan sibuk dengan urusan travel umroh. Dan kapan juga libur menghabiskan waktu bersama keluarga. Buat saya, komunikasi ini penting agar sama-sama memahami kondisi.
Buat Skala Prioritas
Ada kala, urusan kantor di hari itu menuntut saya menjadikannya sebagai prioritas. Tapi ada kala, urusan keluarga khususnya urusan anak membuat saya tak boleh mengurus yang lain karena harus fokus dengan anak. Skala prioritas itu yang penting untuk ibu bekerja.
Delegasikan Pekerjaan
Di rumah, saya juga berbagi tugas dengan suami dan anak-anak. Suami khususnya tidak pernah membuat urusan rumah tangga hanyalah urusan istri saja. Saya bersyukur, suami paling ringan tangan dalam membantu urusan rumah tangga. Suami paling sering bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan untuk keluarga. Anak-anak juga ada yang kebagian nyuci baju atau piring dan nyapu, terutama ke teteh yang kerja di rumah, tidak masuk kerja.
Jaga Kesehatan
Menjaga kesehatan sangat
penting diantara kesibukan ibu bekerja. Soal asupan makanan saya tak pernah
lupa karena saya suka makan. Menyiapkan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa
juga merupakan ikhtiar saya untuk menjaga diri agar tetap sehat sehingga bisa
beraktifitas.
Membagi waktu dan menjaga kesehatan memang penting banget ya untuk ibu bekerja. Semoga para ibu bekerja di seluruh dunia tetap semangat dan tetap bisa membagi waktu dan menjaga kesehatan.
Reply Deletewaa makasih ummi tulisannya, memang ya ibu bekerja pun tetep harus bisa manajemen rumah dengan baik, karena kalau ngga, bisa berantakan semuanya, tekanan kerja juga kalau ngga bisa diatasi, bisa2 bikin stres di rumah, dan berdampak ke anak dan suami
Reply DeleteSalut mba masih jadi ibu bekerja, saya merasakan kegalauan hingga akhirnya resign heuheu. Apapun pilihannya komitmen dan konsisten itu penting, setelah jd irt komitmen untuk mendahulukan anak2 , tapi kadang sukar apalagi pas ada dl barengan sm ujian sekolah hahahah
Reply DeleteBeruntung itu ketika bekerja memiliki support system yang baik. Saya masih kendala dalam hal perbedaan pemikiran dgn pasangan. Walau sekarang sudah mulai tertasi. Kini PR nya adalah pemikiran mertua, yang mau tidak mau ketika pola pikir berbeda, pasti menimbulkan konflik yang cukup memberatkan saya sebagai istri, Misalnya idealisme bahwa semua masakan harus saya yang olah, anti beli di luar, menyewa asisten rumah tangga dipandang pemborosan atau ingin hidup malas dan enak2, dll.
Reply DeleteSaya yakin masih banyak di antara orang tua atau suami yang tidak seperti suami Mbaknya. Pola pikir yang memberatkan pihak perempuan ketika sudah berumah tangga. Pola pikir yang membuat perjuangan orang tua kita dan sekolah susah payah menjadi tidak bermakna.
Saya dulu semula adalah ibu rumah tangga full di rumah akan tetapi sejak anak pertama sudah usia PAUD dan anak kedua sudah tak lagi full ASI, saya memutuskan untuk menjadi ibu bekerja. Karena saya sering merasa stress di rumah ketika saya menjadi ibu rumah tangga. Apalagi saya masih tinggal bersama mertua. Begitu saya sudah resmi menjadi ibu bekerja maka pikiranku jadi semakin terbuka dan jarang banget merasa stress seperti dulu.
Reply DeleteSesibuk sibuknya kita, harus memperhatikan kesehatan ya mbak. Kalau sakit, semua pekerjaan gak kepegang. Amburadul jadinya
Reply DeleteSibuk kerja bukan alasan untuk abai kesehatan ya mbak, yang penting bisa atur waktu supaya semua berjalan baik.
Reply DeleteDilema memang ya mba bagi seorang ibu pekerja dalam hal time management. Semoga keputusan kali ini yg dijalani benar-benar keputusan terbaik
Reply DeleteMendelegasikan pekerjaan ini nih yang sesungguhnya masih jadi PR bagi saya. Bukan sebab karena suami kurang inisiatif dalam menyelesaikan urusan domestik bersama, melainkan karena anak-anak masih kecil, jadi agak keteteran sedikit sih.
Reply DeleteTerima kasih banyak atas tips-nya Mba. Bagaimana pun, selain dikomunikasikan, memang skala prioritas perlu diperhatikan biar nggak tertekan sendirian ya.
Masya Allah .. Mbak Alida, sehat2 selalu ya .. saya salut lho, Mbak Alida kerja kantoran tapi masih rajin update blog dan BW ... semangatnya perlu ditiru. :)
Reply DeleteAdik ipar saya seorang pekerja. Baru punya anak pertama juga. Kayaknya saya angkat tangan, deh, kalau harus seperti dia. Makanya saya salut nih sama ibu yang juga bekerja
Reply DeleteTahun lalu aku memutuskan untuk berhenti kerja kak. Ini memang keputusan yang sudah dipikirkan matang-matang. Hal yang mendasari, jenuh dengan kerja menoton selama belasan tahun, jauh jarak tempuhnya dan tidak ada "me time",huks sedihnya
Reply Deleteworking mom memang harus jaga kesehatan banget yaa mbaa.. saya yang bekerja dari rumah aja juga kerasa begitu badan ngedrop, bisa kacau semua urusan hehe
Reply DeleteAku pernah merasakan kerja di kantor dan di rumah. Menurutku keduanya sama-sama butuh tips yang mbak share di sini :)
Reply DeleteKeren banget bu Alidaaa
Reply DeleteMemang setiap yg kita ambil ada risiko utk dijalani ya, yang penting kyknya manajemen waktu yang baik dan dukungan dr org2 terdekat
Menentukan skala prioritas penting banget emang ya Mbak, saya merasakan sendiri, kalau saya campuradukkan semua pekerjaan penting mendesak, tidak mendesak, dan sebagainya, wah bisa2 saya stres dan kasian keluarga juga.
Reply DeleteSalut deh sama ibu bekerja yang bisa membagi waktu dengan profesional antara pekerjaan publik dan pekerjaan sebagai istri juga Ibu di rumah. Semoga sehat selalu mba Alida :) Asuransi kesehatan dan jiwa emang kudu jadi prioritas keuangan juga ya :)
Reply DeleteKerja di media, mengurus perusahaan travel, dan kurang satu lagi Mbak Lid, Blogger :D
Reply DeleteKeren banget, kerja di media denger-denger jadwalnya pada banget. Mbak Lid bisa bagi waktu dengan baik. Semoga suatu saat aku bisa begini juga.
Emang mesti pintar-pintar ya mbak bagi waktunya. Apa kabar saya yang masih suka nunda-nunda dan mengerjakan tugas pakai acara mengulur waktu ya? Hiks. Salut deh sama Mbak Alida, bisa produktif bekerja di luar, tetapi juga beres urusan rumah tangga. Sehat-sehat selalu ya mbak
Reply Delete