Gaya Hidup Halal untuk Fondasi Indonesia Sehat dan Kuat

Saat ini, trend gaya hidup halal merebak. Gaya hidup halal menjadi sesuatu yang boleh dikatakan saat ini ada dalam kehidupan sehari-hari. Halal tak hanya identik dengan makanan. Tapi bahkan wisata halal pun menjadi sebuah gaya hidup yang banyak diadopsi oleh berbagai pihak. Dan ini teryata banyak diminati masyarakat halal.  

Namun, apakah itu sebenarnya gaya hidup halal? Apakah hanya umat muslim saja yang menjalankan gaya hidup halal ? Di sektor apa saja diterapkan gaya hidup halal. Rabu, 19 April 2022 saya mengikuti webinar dengan tema "Gaya Hidup Halal Fondasi Indonesia Sehat dan Kuat" 

Ada tiga narasumber utama yakni : 

• Jetti Rosila Hadi, Vice Chairwoman Indonesia Halal Lifestyle Center 
• Prima S Sehanputri, Head of Regulatory Affairs Danone Indonesia 
• Dr Muhammad Aqil Irham, M.Si, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Indonesia 

Halal merupakan istilah yang mengacu pada objek atau tindakan apapun yang diijinkan untuk digunakan dikonsumsi atau dilakukan menurut hukum Islam. Thayyip artinya baik, bersih, sehat dan aman dikonsumsi serta menyehatkan dan bermutu. Apakah gaya hidup halal bisa menjadi fondasi Indonesia sehat dan kuat. “Kenapa tidak. Indonesia bukan negara muslim tapi memiliki penduduk muslim terbanyak,” ungkap Jetti Rosila Hadi.  

Apakah gaya hidup halal hanya untuk muslim? Menurut Jetti Rosila Hadi, gaya hidup halal bisa diterapkan oleh semua orang dan bukan hanya pada umat muslim. Hal ini dikarenakan dalam surat Al Baqarah ayat 186 disebutkan bahwa “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sunguh, setan ini musuh yang nyata bagimu” 

Menurut Jetti Rosila, halal tak hanya sekedar halal saja. Tapi juga halal dan thayyib. Halal dan thayyip tidak pada hasilnya saja tapi sejak awal prosesnya sudah dilakukan secara halal dan juga thoyyib.  “Barang harus diperoleh dengan cara baik dan juga dikerjakan dengan baik. Termasuk pekerjanya juga mendapat perlakuan baik,” tambahnya. 

Gaya hidup halal ini bisa diterapkan sejak bangun tidur hingga tidur lagi. Ini menandakan  seluruh aktifitas bisa dilakukan dengan adanya gaya hidup halal. Misalnya saat bangun tidur melakukan sikat gigi, menggunakan sabun mandi, pakaian bersih serta alas kaki yang bersih dan halal. Dan bahkan merawat diri juga menggunakan skincare, perawatan kuku dan rambut yang halal hingga bodycare yang halal. 

Worl Health Organization merekomendasikan : Melarang makan hewan liar, mengkonsumsi makanan sehat dan aman, tidak meminum alkohol dan menjauhi rokok. 

Jika selera dan masyarakat Indonesia memiliki pilihan gaya hidup halal maka akan tercipta keindahan, kesehatan, kualitas dan kenyamanan. Lalu, apa strategi yang dapat dilakukan ? Pertama-tama ciptakan kedekatan emosional konsumen dengan nilai produk atau jasa. Kemudian ciptakan juga keselarasan nilai produk atau jasa dengan harga. 

Ada sepuluh sektor gaya hidup halal yakni : 

• Makanan 
• Keuangan Syariah 
• Pakaian 
• Media dan Rekreasi
• Obat-obatan 
• Wisata halal 
• Kosmetik 
• Pendidikan 
• Kedokteran dan Kesehatan 
• Seni dan Budaya

Dengan 184 miliar dollar Belanja Konsumen (2020) Indonesia merupakan Pasar Konsumen Halal terbesar di dunia. Ada tiga peluang utama yakni : 

Pertumbuhan Ekspor 

Sebesar 8 miliar dollar ekspor produk halal Indonesia (estimasi di 2020) 

Subtitusi Impor 

Sebesar 10 miliar dollar impor untuk produk halal Indonesia (estimasi di 2020) 

Pertumbuhan Investasi Asing 

Sebesar 5 miliar dollar investasi di sektor-sektor ekonomi halal di Indonesia (estimasi di 2020) 

Dr Muhammad Aqil Irham, M.Si mengatakan, pemerintah selaku regulator memberikan jaminan untuk konsumen atau produssen agar aktifitas keduanya bisa berjalan dengan baik. “Halal bukan lagi syariah complied. Tapi berkembang menjadi satu tren gaya hidup anak muda saat ini.,” katanya. Konsumen di Indonesia yang mayoritas muslim dan milenial dan generasi Zen  menerapkan gaya hidup halal. “Jadi mereka sudah tak lagi anggap ini semata pelaksanaan ajaran Islam tapi tren kehidupan bersama,” katanya lagi. Dan ini tentunya mempengaruhi perilaku mereka dalam konsumsi makanan minuman dan pakai barang gunaan. Selain itu juga berpengaruh pada perekonomian. 

“Produk yang diperdagangkan harus sertifikat halal maka produser halal dari luar negeri antusisas berhubungan langsung dengan kami melakukan kerjasama agar produk bisa masuk mulus dengan Indonesia,” katanya. Muhammad Aqil mengatakan produsen halal Indonesia berasal bukan mayoritas muslim. Bahkan merekaa berasal dari negara seluler tapi mengakspor barang halal ke seluruh negara muslim. Ini karena segmen pasar sebesar 1,9 miliar yang menggiurkan bagi mereka. 

Dikala era pasar bebas seperti sekarang, pemerintah mendorong UMKM agar produk-produk yang mereka produksi agar halal. “Jadi kami lakukan langkah interfensi utuk pelaku UMKM,” katanya lagi.  Kalau perusahan besar sudah dianggap sebagai sebuah nilai atau reputasi bagi perusahaan sebagai image yang perlu dibangun sehingga produknya kompetitif. 

“Hanya saja penekanan kami bagaimana lakukan intervensi ke pelaku usaha kecil yang menganggap bahwa sertifikasi halal sebagai sebuah value atau reputasi,” ungkapnya. Hal ini yang kemudian dilakukan sosialisasi kepada semua pelaku usaha agar ekosistem halal bisa jadi lebih kuat. Saat ini komposisi pelaku UMKM sangat besar sehingga pemerintah mendorong lebih agar sertifikasi halal bisa dilakukan dan pemerintah membiayai pengurusan sertifikasi halal untuk pelaku UMKM.  “Kami ingin UMKM menjadi garda kedepan untuk penuhui kebutuhan domestik,” katanya lagi. 

Sertifikasi halal sebagai sebuah standar, memberikan sejumlah manfaat dan keuntungan baik bagi pelaku usaha atau produsen maupun bagi konsumen produk. Jaminan produk halal ini memberikan beberapa manfaat yakni : 

• Produsen memiliki unique selling point dalam penjualan 
• Bisa masuk ke pasar halal global 
• Meningkatkan kepercayaan bagi konsumen 

Masyarakat yang menggunakan Produk yang bersertifikasi halal merasakan kenyaman, keamanan, keselamatan hingga kepastian ketersediaan produk halal dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk. Dan bagi pelaku usaha ada nilai tambah, menambah daya saing, reputasi dan dapat memenuhi standar. 

Prima S Sehanputri, Head of Regulatory Affairs Danone Indonesia  mengatakan, Danone mendukung dan melakukan gaya hidup halal sebagai fondasi masyarakt menjad lebih sehat. “Kami memulainya gaya hidup halal sejak karyawan. Dan bahkan ada tim halal juga,” katanya. Hal ini dikarenakan ada manajemen komitmen halal yang harus dijaga. Jadi, tak hanya sekedar halal saja tapi juga menjadi sebuah gaya hidup yang menyeluruh di perusahaan.