Apa yang terjadi jika seorang perempuan mengalami pergulatan jati diri ketika berada di negeri asing ? Bagaimana seorang perempuan bangkit setelah memiliki masa lalu yang kelam? Bagaimana hidayah dari Allah datang kepada hambanya ?
Tiga pertanyaan ini adalah pertanyaan awal yang saya tanyakan ketika hendak mengikuti premier film berjudul Merindu Cahaya de Amstel pada tanggal 17 Januari 2022. Film Merindu Cahaya de Amstel ini berdasarkan novel laris yang ditulis oleh Arumi Ekowati. Arumi adalah penulis yang telah menulis lebih dari 30 karya mulai dari genre romantis, novel bertema anak, horor dan religi.
Sumber : instagram Merindu Cahaya de Amstel
Film berdurasi 107 menit ini diproduksi Unlimited Production yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu. Oh ya, film ini merupakan film Indonesia pertama yang saya nonton di bioskop awal tahun ini. Siang itu, saya menonton bersama teman-teman blogger dan media di bioskop CGV Grand Indonesia, Jakarta.
Saya tiba di bioskop CGV Grand Indonesia sekitar pukul 14.00 WIB. Satu jam kemudian, kami dipersilahkan untuk masuk untuk menonton film Merindu Cahaya de Amstel. Pengaturan tempat duduk diatur untuk menerapkan protokol kesehatan.
Bagaimana jalan cerita film Merindu Cahaya de Amstel ini ? Film ini menceritakan perempuan berkewarganegaraan Belanda yang memutuskan menjadi mualaf dan merubah nama dari Marien Veenhoven menjadi Khadija Veenhoven (Amanda Rawles).
Perubahan nama itu dikarenakan masa lalunya yang kelam. Ia mengadopsi gaya hidup bebas ala negara barat. Tapi semuanya berubah sehingga ia depresi, kecewa dan memutuskan untuk bunuh diri. Hidupnya terselamatkan secara tak sengaja bertemu Fatimah (Oki Setiana Dewi). Fatimah menuntun hidupnya dan membuat hidupnya menjadi lebih baik.
Merindu Cahaya de Amstel |
Tapi film ini tak hanya berkisah tentang Khadija. Ada Nicholas Van Djick (Bryan Domani), Kamala (Rachel Amanda) dan Joko (Ridwan Remin) yang muncul dalam kehidupan Khadija secara tidak sengaja dan kemudian membuat pertemanan yang kemudian memunculkan benih-benih cinta segitiga antara Khadija, Nicholas dan Kamala. Siapakah yang akan dipilih Nicholas? Apakah Khadija? Ataukah Kamala ? Dan apakah Khadija mencintai Nicholas? Jika teman-teman menonton film ini, jawabannya tentunya terjawab dengan jelas.
Review Film Merindu Cahaya de Amstel
Film ini menjadi semakin menarik karena memasukkan unsur-unsur islami. Film ini bukanlah film religi yang menggurui. Tak ada unsur pemaksaan untuk berpindah ke agama Islam. Namun film ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang islami dengan contoh yang baik.
Misalnya ketika Nicholas bertanya kepada Fatimah tentang mengapa seorang muslimah menggunakan jilbab. Fatimah yang diperankan dengan baik oleh Oki tidak langsung menyebutkan ayat-ayat Al Quran atau Hadist kepada Nicholas yang notabene bukan beragama Islam. Tapi memberikan perumpamaan yang sekilas tampak sepele tapi ngena.
Kisah Kamala, orang Indonesia yang hidup di negeri Belanda sebetulnya memotret kisah mereka yang menjauhkan diri dari agama. Kamala berbeda dengan Khadija yang mualaf namun memahami dengan baik nilai-nilai islami. Kamala walaupun beragama Islam namun tak menjalankan apa yang sudah diperintahNya. Kamala mengabaikan shalat walaupun berulangkali harus diingatkan oleh ibunya melalui telefon whatsapp saat subuh menjelang. Bukankah ini yang masih sering terjadi hingga kini pada sebagian umat Islam ?
Film ini hampir mayoritas dilakukan di Belanda, tepatnya di kota Amsterdam. Beberapa adegan kebetulan yang muncul terjadi di pinggir sungai de Amstel. Seperti saat Nicholas bertemu Khadija, Nicholas bertemu Kamala. Namun setting pengambilannya tak melulu di kawasan sungai ini. Ada masjid, toko buku hingga restauran yang menyanjikan kuliner enak dan khas dari Amsterdam.
Saya terhibur dengan celetukan-celetukan Joko yang menghibur. Namun Joko juga yang secara tidak langsung memasukkan unsur islami dalam film ini. Termasuk ketika dia pula yang menegaskan bahwa memutuskan memeluk suatu agama harusnya bukan karena faktor manusia tetapi karena hidaya dari Allah.
Saya dan mba Arumi, penulis novel
Menonton film ini sebetulnya juga membuat saya sempat bertanya-tanya. Mengapa sikap Kamala kepada Khadija begitu tak ramah saat awal jumpa? Padahal dia berada di negara orang dan bertemu orang berjilbab yang tentunya memiliki agama yang sama dengannya. Saya juga sempat bertanya-tanya mengapa ada cinta yang harus mengalah untuk pertemanan yang mungkin belum begitu mendalam terjadi ?
Penasaran ingin segera menontonnya ? Langsung saja ke bioskop pada tanggal 20 Januari 2022 untuk menonton film Merindu Cahaya de Amstel.
Aku udah lama nggak nonton bioskop nih mbaaa. Ini filmnya shoot di sana ya. Enggak hanya ceritanya yg bagus tapi viewnya kayaknya cakeeep juga deh pastiii. Aku baru ngeh ada ustadzah Oki di film ini.. filmnya daleeem, nggak cuma hubungan antar manusia, tapi hubungan dengan Allah yaa
Reply DeleteKangen banget sama event press release offline gini mba, pasti seru banget ya.. btw, kalau film yang di adaptasi dari novel pasti keren banget ya jalur ceritanya.
Reply Deleteiyah kalo dr novel kadang bertanya2 akankah alur dan ending sama persis dg novel ataukah ada bagian berbeda yg membuat kita jd terpana dan tak terasa waktu berlalu begitu cepat...film usai
Reply DeleteBaca sinopsis nya jadi penasaran, dah lama banget gak ke Bioskop, pengen film Merindu Cahaya jadi film pertama yg aku nonton juga tahun ini di bioskop
Reply DeleteWaah baguss maak aq sampai baca pelan2 dan berulang, pengen nonton langsung 👌.
Reply DeleteSayang harus nonton ke bioskop yaa ðŸ˜
Sukaaakk banget dgn pilem yg temanya seperti ini, Mba.
Reply DeleteBisa mensyiarkan Islam dgn cara yg enjoyable banget!
Aakk, kayaknya kudu ceki-ceki jadwal tayang di bioskop Suroboyo niiih
Wah ada Ridwan Remin yang main film ini juga ya. Jadi penasaran ama perannya dia. Ngomong ngomong ini filmnya kayaknya banyak pesan moralnya ya mba. Jadi penasaran pesan apa saja yang disampaikan dari film yang diangkat dari novel ini
Reply DeleteBagus ya kisahnya, memotret realitas yang ada. Sosok Kamala gini emang banyak, terlahir dari orang tua muslim, mengenal agama sejak kecil, tapi saat dewasa mengabaikan syariat agama.
Reply DeleteBerkebalikan dengan Khadija, mualaf yang memiliki semangat tinggi untuk menerapkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam
Wah senang sekali bisa diundang nonton bareng film di CGV GI. Seru pastinya ya nonton bareng temen-temen blogger. Film nya film Indonesia, bagus pula, terbaca dari ulasan yang ditulis di sini. Saya suka film dengan unsur religi tapi dikemas dengan gaya tidak menggurui, karena kadang memang kita butuh cara-cara atau ucapan2 tertentu yang lebih ringan, mudah, tapi mengena di hati. Semoga sukses filmnya dan menarik banyak penonton.
Reply DeleteBeberapa kali saya mendengar ungkapan, "mereka yang mualaf terlihat lebih istiqamah. Dibandingkan yang sudah Islam sejak lahir." Tanpa bermaksud su'udzon, tapi memang ada benarnya. Justru harus menjadi renungan untuk memperbaiki diri.
Reply DeleteSaya jadi pengen nonton sekaligus baca novelnya, deh. Kelihatannya banyak pelajaran tentang Islam dari kisah ini. Tanpa kita merasa digurui.
Kangen nonton film ramai-ramai begini. Di CGV pula. Film Merindu Cahaya di Amstel ini kayaknya bisa jadi film terbaik nih di tahun ini. Film yang bertema religi dengan pesan tersirat tapi tak menggurui. Terus ada Mbak Oki juga. Jadi pengen nonton.
Reply DeleteTema yang diangkat beneran ngena dan memang sering terjadi di kehidupan nyata. Ya saya akui juga sebagai islam yang sejak lahir, ibadahnya masih tak sebagus mereka yang mualaf.
Hidayah Allah memang luar biasa. Bisa datang ke siapa saja.
Menjadi muslim sejak lahir itu kadang tidak memberikan rasa yang mendalam karena melalui sebuah proses ya, Mbak. Ya udah Islam aja sejak lahir, gak pernah merasakan perjuangan untuk menjadi muslim.. Kayaknya guru saya pernah bilang gitu, hehe..
Reply DeleteMungkin Kamala juga seperti itu. Jadi saat berjumpa mualaf di negeri yang notabene Islam jadi minoritas di sana, justru merasa dia bukan teman seperjuangan.
Ah, menarik ini sepertinya filmnya :)
Asyik sekali kalau nonton film religi tanpa terkesan menggurui dan kita jadi dapat hikmah dengan menonton di layar bioskop. Apalagi setingnya di luar negeri, pasti cantik dan jadi penasaran.
Reply Deletewaah, film baru~ aku baru tau nih. makasih mba ulasannya. menarik sepertinya, apalagi diangkat dari novel laris ^^ dulu sebelum nikah juga suka ikutan press conference gini, nonton bareng movie trailernya dan ketemu langsung pemerannya. sejak punya bocah, keadaan tidak memungkinkan, haha xD
Reply DeleteJadi kangen bioskop..Mau nonton kalo disini udah main..Kayaknya filmnya bagus kak..apalagi settingan lokasinya di Belanda..salah satu negara favoritku hehe..Kayaknya mau bikin film apa aja di Belanda tuh bagus ..
Reply DeleteAku udah lama gak nonton film tema religi kaya gini. Entah mengapa, tertarik lihat Bryan Domani. Nanti deh kalau sudah ada di situs online coba lihat. Soalnya di sini gak ada bioskop
Reply DeleteNah, iya kais kemarin kan yah tayang perdana nih film, paspulak kalo kais ada potongan aharga buat debit BRI untuk tiket kedua, asik benar deh. Filmnya aku suka pasliat trailernya, itu kok sapa cowok yang gondrong gemes deh liatnya. Moga ini jadi film religi inspiratif ya Mba
Reply DeleteAgak pangling dengan penampilan Maudy Koesnaedi dengan jilbab nih mbak. Penasaran sama filmnya nih kayaknya lumayan bagus ya, saya juga baru sekali nonton di 2022 tapi film kartun karena sama anak
Reply DeleteAku tuh sempat nonton thriller nya, penasaran banget endingnya Nicholas ama siapa. Film2 kayak gini hlo menurut aku wajib ditonton, kita enggak cuma terhibur tapi juga bisa dapat pelajaran baru
Reply DeleteWhoaaa iya makin penasaran sih karena tokoh yg dihadirkan related dg kondisi sekarang. Sejak kecil Islam tapi sholatnya bolong-bolong. Justru jadi bahan evaluasi diri.
Reply DeleteEh ya Fatimah gimana jelaskan ke non Muslim tentang jilbab? Ah kudu nonton ni
lagi banyak yang review merindu cahaya ini
Reply Deletefilm pas religi yang aku suka. jadi penasaran bts filmnya secara kan pandemi tapi bisa bikin film yang apik, secara novelnya juga bagus sih ya
Pemerannya terkenal semua yaa, kak Lid..
Reply DeleteRasanya senang sekali menonton bioskop dengan lika-liku kisah percintaan dalam Islam. Jadi inget Film Ayat-Ayat Cinta.
baguuus ya mba filmnyaa.. wah aku harus tunggu berapa lama ya bisa nonton film ini di Wellington. Semoga soon
Reply Delete