Saya merasa bersyukur sejak kecil terbiasa membaca. Saya membaca apa saja. Mulai dari buku, novel, komik hingga majalah politik. Walaupun besar di kota Ambon, akses saya terhadap dunia literasi tak menghalami hambatan. Papa saya suka baca walaupun tidak seperti pecandu membaca seperti saya. Saya masih ingat kedua orangtua senang sekali mengajak saya ke toko buku. Toko bukunya bisa dicapai dengan berjalan kaki sekitar 10 menit dari tempat tinggal. Selama di toko buku, orangtua membebaskan saya untuk memilih buku atau novel apapun yang saya inginkan.
Bahkan saat hendak ke Surabaya menengok keluarga, kedua orangtua saya mengajak saya untuk membeli buku sebagai teman perjalanan. Kala itu kami ke Surabaya menggunakan kapal besar yang membutuhkan waktu 4 hari 3 malam dari Ambon dan berhenti di beberapa daerah sebelum tiba di Surabaya, Jawa Timur. Perjalanan selama 4 hari 3 malam semakin menyenangkan dan tidak membosankan karena ditemani berbagai komik dan majalah yang saya beli di Ambon.
Sejak kecil saya juga senang datang ke perpustakaan. Bahkan saya betah berjam-jam di perpustakaan Daerah Ambon yang saya tempuh berjalan kaki sekitar 10 menit dari tempat tinggal. Perpustakaan Daerah ini boleh dibilang menjadi tempat saya menghabiskan waktu berjam-jam tanpa bosan. Saya berkeliling membaca berbagai bacaan yang menarik tanpa ada suara bising atau ramai dan membuat saya tenggelam dengan kenikmatan membaca. Keluarga saya pun paham kalau saya lama keluar rumah pasti saya di perpustakaan.
Oh ya, Bib saya (kakek) dulu pernah punya toko buku di Ambon. Tapi sebelum saya lahir, toko buku itu terbakar. Beberapa koleksi bukunya sempat dipindahkan di rumah Bib di lantai dua. Tepat di depan kamar saya. Bib saya adalah ustad sekaligus guru agama di kota Ambon. Koleksi bukunya memang kebanyakan buku agama tapi ada juga koleksi buku umum yang menjadi salah satu pilihan bacaan saya.
Saya paling suka baca komik Donal Bebek, Mickey Mouse dan juga senang mengoleksi beragam hadiah yang diberikan jika membeli komik itu. Masa kecil saya juga dihiasi bacaan majalah Bobo yang mengenalkan saya dengan keluarga Bobo, hingga cerita bergambar negeri dongeng bercerita tentang Putri Nirmala dan Oki. Majalah Bobo yang terbit pertama kali pada 14 April 1973 ini menambah pengetahuan, pembendaharaan kata yang membuat saya semakin mencintai literasi.
Saya mencintai dunia komik juga. Membaca Candy-Candy yang penuh romansa ala remaja membuat kehidupan saya menjadi berwarna. Membaca persahabatan Doraemon dan Nobita membuat dunia penuh tawa. Membaca membuat hidup saya semakin bahagia.
Menginjak remaja, bacaan saya menjadi bertambah. Orangtua saya membeli majalah Gadis hingga Aneka yang menemani saya mengenal indahnya dunia remaja. Saya jadi tahu dunia remaja yang penuh warna, gadis-gadis sampul yang mempesona hingga ramalan zodiak yang kadang bikin dilema saat membacanya kala itu.
Dunia Literasi Sejak Dulu Hingga Kini
Paman saya yang tinggal bersama kami di rumah Bib dan Baba saya (Kakek dan Nenek) langganan majalah Tempo. Saya dulu membaca majalah itu di kamar Ami Rus (panggilan saya ke paman saya). Tumpukan majalah Tempo kala itu membuat semangat saya membaca tak pernah hilang. Saya semakin tahu bahwa dunia di luar kota Ambon sungguhlah luas.
Beberapa orang mungkin meragukan kebiasaan saya membaca, termasuk majalah politik di usia yang boleh dibilang masih belia. Apalagi posisi saya di kota Ambon yang bukan termasuk kota besar di Indonesia. Tapi itulah kenyataannya. Saya dibesarkan dengan kebiasaan membaca yang didukung penuh oleh kedua orangtua saya.
Selepas meninggalkan Ambon dan menetap ke Sidoarjo, Jawa Timur. Kebiasaan membaca saya tak surut. Hanya saja akses saya untuk membeli buku dan majalah ataupun novel sempat tersendat. Dampak perpindahan secara terpaksa karena konflik yang terjadi di Ambon membuat saya harus menahan kebiasaan membeli buku atau novel terkini. Keuangaan keluarga yang terbatas kala itu membuat saya harus menghentikan sementara kebiasaan membeli. Apalagi kala itu saya hidup terpisah jarak sehingga kami harus menghemat.
Tapi dengan berjalannya waktu, saya tak sengaja menemukan tempat penyewaan novel dan juga komik yang berjarak sekitar 2 kilometer dari rumah eyang saya di Sidoarjo. Seingat saya, harga penyewaannya murah meriah tapi saya lupa persis berapa harganya. Tempatnya tak terlalu luas tapi lokasinya di depan jalan utama sehingga mudah di akses.
Koleksi bacaanya lebih banyak koleksi lawas. Bukunya kebanyakan sudah agak usang berwarna cokelat dimakan waktu. Tapi tak menyurutkan minat saya membaca novel-novel yang ditulis Mira W, Marga T yang novel-novelnya menjadi mayoritas di tempat penyewaan ini.
Saat kuliah sambil kerja, saya menyisihkan sebagian uang yang saya peroleh untuk membeli buku. Saya nggak selalu membeli buku baru. Saya membeli buku atau koran bekas di tempat penjualan buku dan koran bekas di Surabaya, Jawa Timur.
Beberapa koleksi buku saya di media sosial |
Saya juga paling senang datang ke launching buku yang kerap dilaksanakan gratis di Surabaya. Seringkali setiap ada sesi tanya jawab, ada hadiah buku terbaru plus tanda tangan bagi penanya terbaik. Dan tentu saja saya tak pernah melewatkan kesempatan bertanya untuk mendapatkan buku plus tanda tangan penulisnya. Bahagia sekali pastinya.
Saat bekerja sebagai jurnalis di Majalah Gatra, saya makin bahagia karena ada rubrik resensi buku bagi jurnalis yang menulis resensi. Saya paling senang saat resensi buku karena bisa membaca buku baru, buku yang diresensi bisa jadi milik pribadi dan saat jadi kontributor, saya dapat uang dengan resensi buku. Kebahagiaan yang lengkap !
Setelah tidak bekerja di Majalah Gatra, saya tetap menulis resensi buku di blog saya ini. Saya bahkan membuat rubrik khusus resensi buku di blog saya. Tak hanya itu saja, saya juga menulis resensi buku untuk website khusus literasi yakni Jakarta Book Review. Ini membuktikan rasa cinta saya kepada dunia literasi tak pernah berkurang dan selalu bertambah.
Saat menulis ini, saya semakin merasa bersyukur teryata tanpa sadari kedua orangtua saya, mama dan papa saya membuat saya cinta dengan dunia baca. Sesuatu yang dulu mungkin saya anggap sesuatu yang biasa saja tapi teryata luar biasa dan penuh kesan. Dan saya sangat berterima kasih kepada kedua orangtua saya atas dukungan mereka kepada saya untuk memiliki akses mudah untuk membaca.
Kecintaan saya kepada dunia literasi pun coba saya tularkan ke keluarga. Salah satu anak saya yang kini duduk di kelas 1 SMP senang membaca buku sejak dini. Ia membaca berbagai novel dan dia sangat menyukai membaca buku. Dengan membaca buku, ia mendapat banyak wawasan dan menambah pengetahuannya sejak dia kecil.
Saya tak pandai mendongeng dengan membacakan buku cerita padanya. Tapi saya lebih memilih langsung membeli buku untuk dia baca kemudian kami bahas bersama-sama. Seringkali, ia mendapat referensi membaca buku dari temannya dan kemudian dia mencari informasi tentang buku itu sebelum mengusulkan kepada saya untuk membeli buku itu. Saya bahkan lebih sering membeli buku buat anak sebagai bentuk dukungan saya kepadanya di dunia literasi.
Kebahagiaan di dunia literasi ini tak ingin saya akhiri namun ingin saya tularkan. Termasuk menularkan kebahagiaan melalui kiriman buku ke kerabat ataupun teman melalui JNE, jasa pengiriman andalah saya sejak dulu.
Tulisan ringan ini membawa pesan mendalam tentang pentingnya keluarga untuk mengenalkan dunia literasi sejak dini.
Bagaimana cerita kebahagiaan teman-teman dengan dunia literasi ?
Saya sukak membaca makk apalgi disaat butuh rehat mau ya baca yg ringan2 tapi kalau di perjalanan paling ga bisa sambil baca atau baca pesan Hp langsung pusing ma bok. Anak2 sejak kecil sudah saya cekoki buku2 tapi ya itu up and down
Reply DeleteMba Alida mantuulll banget!
Reply DeleteKalo jadi wartawan di GATRA itu kan "napas nulis"-nya harus panjaaanggg yha
Dan itu hanya bisa dilakukan oleh orang2 yg memang gemar membaca.
Keren bgt mba
Masya Allah... Ngomongin literasi, sahabat anak jaman dulu memang BObo itu ya. dulu pengen banget langganan majalah bobo, tapi apa daya tinggal di desa, ngga ada aksesnya. jadi mencukupkan diri dengan buku perpustakaan aja. malah seringnya koran dan majalah tempo, hahaha
Reply DeleteHampir sama sih mak..aku pun seneng banget mengenalkan dunia literasi ke anak-anak. Seringnya sih beliin buku..Sebelum anak-anak bisa baca sendiri ya aku bacain tuh buku ceritanya. Setelah bisa baca sendiri makin sering beli buku karena dibaca beberapa jam aja selesai..
Reply DeleteSaya juga suka baca buku, Mbak. Terutama novel dan ilmu pengetahuan. Kalau saya suka membaca buku karena sejak kecil kakak saya selalu melatih saya untuk suka membaca.
Reply DeleteAku dan anak2 senang membaca buku. Tapi aku bukan tipe ibu yang rajin membacakan buku menjelang tidur. AKu sering ke toko buku, ajak mereka pilih langsung buku2nya dan yang aku rekomendasikan. Tante mereka alias adikku beberapa kali mengirimkan paket buku juga via JNE praktis dan tepat waktu.
Reply DeleteMamah adalah orang yang 'merangsang' saya untuk belajar membaca hingga membuatnya sebagai hobi. Novel Lima Sekawan yang dibaca Mamah bikin aku kepo. Dari situ akhirnya rajin belajar membaca dan Mamah juga sering membelikan buku-buku yg isinya tentang cerita anak.
Reply DeleteOrangtua memiliki peran thd literasi anak ya, Mbak. Dulu orangtua saya juga gak pernah mendongeng untuk anak-anak. Karena keduanya sibuk bekerja. Tetapi, yang saya ingat banget, mamah saya sering bawain buku atau majalah baru setelah pulang kantor. Kalau saya minta dibeliin buku pun gak pernah diprotes. Jadi saya pun yakin hobi membaca memang karena didukung oleh orangtua
Reply DeleteApa yang orangtua saya lakukan, juga saya lakukan ke anak-anak. Pokoknya kalau untuk buku, diusahakan selalu ada bujetnya. Seneng banget kalau pada semangat membaca ya, Mbak
Reply DeleteDulu aku punya impian menulis novel, tapi sekarang tidak begitu tertarik lagi. Aku pengen juga kaya mbak Lid, menularkan kecintaan membaca buku pada anak
Reply DeletePerjalanan yang panjang mengenal dan menekuni dunia literasi. Senangnya orang tua dan keluarga mengenalkan dan mendukung hingga Mbak Alida jadi seperti saat ini, mencintai dunia literasi.
Reply DeleteSaya juga termasuk yang memilih memberi hadiah buku pada saudara dan teman, dan menjadikan JNE andalan
Aku pun sejak kecil suka banget baca mbak. Mulai dari buku2 dongeng, komik, SMP mulai kenal novelnya agatha christie dan jd penggemar setia sampe skr. Anak2 juga kubiasakan baca sejak kecil. Tiap malam didongengin, acara wajib deh tiap malam. Alahmdhulilah merasa beruntjng banget hobi baca nurun ke anak2
Reply DeleteIya mbak, literasi memang baiknya kita kenalkan sejak dini ya di dalam keluarga
Reply DeleteAku sendiri sudah mulai membacakan buku untuk anakku saat dia berusia 6 bulan
Alhamdulillah sekarang besarnya jadi suka membaca
Melihat keberhasilan teman-teman di dunia literasi, sungguh membuat hati juga ikut senang. Apalagi keberhasilan itu diawali dengan hobi yang disuka tanpa paksaan
Reply DeleteKalau aku dari kecil suka banget baca komik, dan komik pertamaku Doraemon. Nggak tau kenapa kalau dibawa ke toko buku aku seneng banget mbak. Tapi seiring bertambahnya umur minat baca tuh jadi surut banget haha, biar pun begitu aku selalu sempatkan membaca buku tiap hari biar nambah insight meskipun hanya 1-2 paragraf.
Reply DeleteWah idem sejak kecil juga bacaanku majalah dan komik kyk Bobo,Donal dll. Di rumah selalu tersedia bacaan krn bapak kerja di media mulai dr majalah anak kecil sampai majalah dewasa kubaca wkwkwk :p
Reply DeletePenting banget menurunkan kebiasaan membaca krn membaca itu akan bikin kaya dan membuka pintu ke dunia mana aja ya mbak.
Salam literasi! Kebiasaan membaca memang perlu dipupuk sejak kecil ya, Kak. Beruntung Kak Lid mendapatkan akses luas untuk baca majalah dan buku sejak dini.
Reply DeleteSama mbaa.. Aku jd suka komik donal bebek. Seru, gak lekang oleh zaman. Sampai sekarang pun suka. Melebihi kartunnya. Wkwk.
Reply DeleteSama bacaan masa kecil kita mbaa, aku berlangganan majalah Bobo dan suka baca Donal Bebek. Masuk SMP bacaan udah mulai majalah Gadis, Anita, Hai dan Aneka hihi. Sampai sekarang kalau baik kereta api dan pesawat aku selalu bawa majalah mba buat menemani perjalanan selain ditemani suami haha
Reply DeleteSalu dengan konsistennya Mbak Alida baca. Aku huhuhu... payah. setahun ini aku jarang banget baca buku. Makanya otaknya tumpul. Vocab gak nambah-nambah. Salah satu resolusiku tahun ini kepengen bisa baca banyak buku lagi. Buku fisik. Biar bisa sekalian main saat belinya. :D
Reply DeleteDulu saya juga langganan Bobo, Mbak. Suka dengan cerita Oki dan Nirmala juga cerita Mr. Gembul. Setelah SMP juga suka baca majalah Aneka dan Gadis. Bahkan jadi senang menulis juga setelah sering baca cerpen di majalah Aneka.
Reply DeleteKayaknya kita satu zaman ya mbak. Masa kecilku dulu juga diiisi bacaan yang sama. Kakekku dulu juga punya banyak koleksi buku karena suka banget baca. Kebanyakan sih biografi dan buku filsafat. Bukunya Kho Ping Ho juga lengkap. ibuku juga suka baca, kami dulu langganan segala macam majalah juga, termasuk tempo, kartini, ayah bunda, gadis, aneka.
Reply DeleteMemang kebiasaan waktu kecil itu akan menjadi kebiasaan kita di masa dewasa. Penting sekali makanya untuk menularan kecintaan pada dunia literasi kepada anak sejak dini ya Ummi, sehingga mereka pun memiliki kecintaan yang sama pada literasi.
Reply DeleteKebahagiaan di dunia literasi ini ternyata terbentuknya sejak kecil yaa, kak..
Reply DeleteDan aku juga merasa beruntung bahwa edua orangtuaku gak pernah larang dan membatasi buku bacaan. Tapi sampai sekarang, mentalku jadi seneng baca buku-buku populer dulu ketimbang buku yang B aja.
Dan selalu melihat nama penulisnya. Kalau penulis yang aku kenal betul, maka aku gak pake mikir panjang atau baca resensinya, langsung ikutan baca.
Sejak kecil saya juga terbiasa dikelilingi dengan banyak buku mba, apalagi saat kecil dulu saya termasuk pemalu, jarang bermain dan keluar rumah. Teman setianya ya buku-buku tadi. Mulai dari segala macam karya Enid Blyton lengkap di rumah.
Reply DeleteBenar sekali jika semangat membaca ini dimulai dari keluarga. Alhamdulillah anak sulungku persis banget dengan diriku, hobi banget membaca, bahkan pencapaiannya jauh lebih bagus karena dia sudah berusaha menulis fiksi sejak kelas 4 SD. Kalau ibunya sih enggak gitu hehehee...
Wah...ternyata dari kebiasaan baik Ibunya bisa langsung menurun terhadap anak yaa, kka Uniek..
Reply DeleteHebat sekali ananda sudah ada ide berimajinasi menulis kisah fiksi.
wow Ummi senangnya bisa nikmatin dengan mudah ya sejak kecil, kecil aku justru susah mau baca krn minimnya perpus, toko buku ga ada dan cuma dikasih langganan bobo aja hehehe
Reply DeleteWah, jdi inget, dulu aku suka literasi gara2 majalan Bobo yg sering temenku bwa dari kios ibunya.
Reply DeleteBtw manfaat dan kebahagian dengan kenal Dunia Literasi itu positif banget ya mbak poinnya. Apalgi bisa ketemu penulis hebat,
Wah, pas kecil bacaannya keren amat mba baca buku politik, ga puyeng tuh? Aku juga suka lama di perpustakaan mba, sampai pernah mau tutup baru keluar krn keasyikan baca.
Reply DeleteLiterasi memang sangat penting karena dengan banyak membaca kita jadi lebih banyak pengetahuan. jadi beruntung sekali kita sebagai penulis bisa menungkan ide-ide yang baik untuk bisa mengispirasi masyarkat
Reply DeleteAku malu deh dah lama banget gak baca buku kecuali buku pelajaran… untungnya bacain blog teman-teman itu banyak insight yang penting buat kehidupan
Reply DeleteMasyaAllah Mbak, kebiasaan membacanya sekarang menurun ke anak ya Mbak.
Reply Deletesaya pun sekarang sebisa mungkin mengumpulkan buku-buku untuk anak, waktu kecil saya juga happy banget tiap kali dibelikan majalah Bobo, jadi kenal Putri Nirmala dan Oki, tapi karena dulu saya tinggalnya di desa bersama Kakek dan Nenek jadi akses buku apalagi buku anak itu sangat terbatas, makanya sekarang ini sejak dini saya perkenalkan buku-buku ke anak-anak, karena saya yakin jika dari sekarang mereka sudah terbiasa dengan buku nanti mereka pun juga akan suka dan cinta buku, suka membaca :)
Kayaknya hampir semua anak merasakan kebahagiaan kalau dikasih BoBo ya mba..
Reply DeleteBerkesan banget kenangan kecil bersama majalah Bobo
Saya juga sama. Suka banget baca sejak kecil. Dulu sukanya baca bobo, lima sekawan, dsb. Komik apalagi. Sampe pas sekolah SMP aja setiap Minggu pasti minjem buku di perpustakaan sekolah sehingga mendapat penghargaan sebagai peminjam buku terbanyak di perpustakaan. Sampai sekarang, berusaha menularkan kesukaan membaca ke anak-anak dengan cara yang menyenangkan
Reply Deletesama mba.. sejak kecil sudah suka baca. kebetulan dulu kan ya kita cuma kenal tv dan paling ya nyetel kartun aja atau misteri gunung merapi wkwkwk sekarang berusaha ngenalin anak2 juga buat suka baca
Reply DeleteMembaca dan menulis ibarat dua sisi koin yg tak terpisahkan, seperti itulah juga dlm diriku mbak, dari hobi menulis krn memang suka membaca.
Reply DeleteSaya juga suka buku dan suka banget datang ke perpustakaan atau toko buku. Tapi anehnya saya kurang suka membaca. Kenapa ya *lah malah nanya😂
Reply DeleteKebahagiaan saya di dunia literasi bisa ngeblog, menerbitkan buku fisik, ebook, bahkan menginspirasi adik saya jadi ikutan punya buku solo juga, Alhamdulillah ^^
Reply Deletealhamdulillah juga cinta dengan dunia literasi sejak kecil. pernah merasakan sulitnya mendapatkan bahan bacaan. alhamdulillah jg sudah punya buku sendiri
Reply DeleteBacaan masa kecil kita sama mba. Saya juga suka baca sekarang lagi berusaha supaya anak-anakku juga suka membaca
Reply Delete