Saya menuliskan pengalaman saya positif covid tepat tiga hari setelah saya dinyatakan negatif dari covid. Sebetulnya saya sadar diri bahwa saya rentan terkena covid karena masih ke kantor dan menggunakan commuterline hingga terkadang ojek online. Oleh karena itu, saya sekeluarga berusaha untuk tak terkena covid.
Tapi apa yang kami usahakan teryata gagal juga. Semua berawal saat suami saya sakit pada tanggal 27 Juni 2021 mendadak sakit. Badannya lemas dan panas serta libu sekujur badan. Suhu badannya di atas 38,3 derajat celsius. Dua hari sakit tak ada perubahan, Rabu, 30 Juni suami swab antigen dan hasilnya positif covid. Sore itu juga kami semua SWAB PCR dan hasilnya muncul keesokan harinya yakni Kamis 1 Juli 2021.
Hasilnya, suami positif sedangkan yang lainnya negatif. Jujur saat akan membuka hasil SWAB via email itu kami deg-degan. Apalagi saat itu kasus lagi banyak-banyaknya sehingga hasil SWAB muncul telat dan harus dihubungi berulangkali.
Suami saya pun menjalani isoman terhitung sejak 1 Juli 2021 hingga 14 Juli 2021. Pagi hari tanggal 14 Juli 2021 suami swab antigen dan hasilnya negatif. Cerita lengkap tentang isoman suami saya posting di postingan blog saya https://www.lidbahaweres.com/2021/07/pengalaman-isolasi-mandiri-di-rumah.html
Tanggal 27 Juli 2021, sepulang kerja saya mendadak panas. Suhu tubuh di atas 38,3 derajat celsius. Malam itu saya minta suami kerok. Lalu saya jadi merasa akan flu. Hidung bersin-bersin sehingga saya ijin ke kantor untuk istirahat sakit. Pagi tanggal 28 Juli suara sudah mulai bindeng (apa ya bahasannya saya lupa. Hehhe). Saya curiga ada yang tak beres dengan tubuh saya karena saya sudah vaksin flu tapi kenapa malah flu. Badan saya juga mendadak jadi sakit. Linu seluruh badan.
Daripada bertanya-tanya, tanggal 28 Juli 2021 saya memutuskan SWAB Antigen di Klinik dekat rumah. Saya berharap sekali hasilnya negatif karena suami saya swab antigen disana negatif dan saat saya menunggu hasil swab, ada pasien lain keluar dan hasilnya juga negatif. Wah insyaAllah saya negatif nih. Agak pede diluar nalar. Hahhaa.
Tapi kepedeaan saya ambyar saat masuk ke ruang dokter dan sekilas membaca surat tertulis Positif. Dokter tak sampaikan langsung hasil pemeriksaan. Tapi menanyakan kondisi saya panjang lebar dan menjelaskan tentang prosedur isolasi mandiri. Untuk memastikan rasa penasaran, saya nanya dokter “Saya positif ya dokter?,” kata saya.
Dokter bilang iya bahwa benar saya positif. Saya berusaha tegar walaupun sebelumnya udah mau nangis. Tapi saya kuat-kuatkan hati. Perasaan saya campur aduk tapi ya saya berusaha tetap tenang. Setelah mendapat penjelasan dokter panjang lebar, saya pulang. Saya tak diberikan obat karena masih ada obat pereda sakit yang sebelumnya digunakan suami. Vitamin juga masih ada.
Saya segera mengabarkan suami dan atasan saya
di kantor. Suami saya meminta saya tenang dan menyiapkan diri untuk isolasi
mandiri. Saya kabarin anak-anak juga melalui whatsapp grup. Komentar paling
majleb datang dari Ayyas yang bilang rasanya seperti dejavu. Ia komentar itu
karena kami belum lama berkumpul setelah suami negatif covid, tapi ini malah
saya yang positif covid.
Tiba di rumah, papa dari kamar atas nanya hasilnya. Saya bilang positif. Lemas ? Iyalah. Saya langsung masuk kamar. Siapkan barang-barang sendiri. Suami masih di kantor dan anak di kamar belajar online. Atasan sempat menyarankan saya untuk SWAB PCR tapi saya tak kuat karena badan saya sakit semua. Saya juga sedih harus menerima kenyataan saya harus positif covid. Saya kabarin Pak RT tentang keadaan saya. Saya ingin menyendiri dulu dan siapkan diri saya. Saya memutuskan tak langsung kabarin keluarga besar. Teryata papa kabarin ke adik saya dan adik kabarin ke keluarga besar. Saya tahu sorenya karena handphone saya matikan.
Suami pulang tak lama kemudian. Saya kabarin sahabat saya. Keluarga besar memberikan dukungan serta doa agar saya lekas sembuh. Beberapa menelpon saya untuk menguatkan saya. Saya kabarin sahabat-sahabat saya. Saya memutuskan tak kabarin keadaan saya di medsos walaupun saya selama ini aktif menggunakan medsos. Saya ingin fokus untuk sehat dan sembuh.
Hari Kedua dan Hari-Hari Berikutnya Setelah Positif Covid
Selama saya sakit, suami pun di rumah. Hari kedua, saya dinyatakan positif covid, saya flu berat. Hidung meler dan bersin-bersin. Saya bolak-balik ganti masker karena pilek berat. Badan saya terasa kaku, sakit sekali. Kepala saya juga sakit.
Bersyukur, sejak awal positif saturasi oksigen saya selalu bagus. Rata-rata di angka 99-98. Alhamdulillah. Anosmia? Awalnya saya pede tak anggap mengalami anosmia. Hanya saja saat mau rendam pakai di kamar mandi, saya tak mencium bau sabun pencuci baju. Saya kira mungkin karena flu. Ah sudahlah.
Malam pertama saya covid, saya menangis. Lebay? Biarlah. Memang kenyataannya saya sedih. Beberapa kerjaan blog saya terpaksa tolak dengan alasan ingin istirahat sakit karena memang fokus istirahat biar lekas sembuh. Selain itu laptop juga digunakan anak sehinggak tak mungkin saya gunakan bergantian dalam keadaan saya positif dan anak negatif covid.
Saya merasa ini adalah teguran dari Allah agar saya semakin memperbanyak ibadah. Ada pekerjaan yang lagi berjalan tetap saya lanjutkan karena hanya tweet sehari sekali saja. Selama isolasi mandiri, saya perbanyak mengaji, dengar ceramah KH Zainudin MZ, buka tiktok cari video lucu, baca buku, nonton drama korea Hospital Playlist, makan-makan-makan-makan-makan terus dan tidur. Paling banyak ya makan dan rencananya saya akan menulis secraa terpisah makanan apa saja yang saya konsumsi setelah saya isolasi mandiri karena positif covid.
Sahabat-sahabat saya mengirimkan beraneka makanan dan buah-buahan. Ipar-ipar saya juga. Setelah tetangga-tetangga tahu kondisi saya, mereka pun mengirimkan beraneka makanan. Belum lagi kiriman makanan dari orangtua teman Ayyas yang belakangan tahu kondisi saya. Dan kiriman demi kiriman tak henti tiba. MasyAllah. Padahal saya tak pernah memberikan alamat lengkap saya. Itulah, pertolongan Allah masyaAllah luar biasa banyak dan berlimpah. Bahkan sampai saya negatif covid pun makanan masih dikirim. MasyaAllah.
Hari keempat setelah positif covid saya mencoba peregangan badan mengikuti instruksi di youtube. Awalnya, badan saya terasa kaku sekali tapi saya sadar secara perlahan saya harus gerakkan badan ini berawal dari gerakan-gerakan sederhana. Alhamdulillah perlahan hari demi hari, badan saya lebih enakan.
Anosmia yang saya alami
muncul-hilang-muncul-hilang selama hampir dari 10 hari. Awalnya saya membatin
kenapa pas mau rendam pakaian tak tercium bau sabun. Tapi saya pede nggak alami
anosmia. Tapi baru terasa dan lumayan shock dan spontan ucap “ASTAGFIRULLAH”
saat sabun dan parfum yang tajam harumnya mendadak tak ada bau sama sekali.
Beneran sama sekali. Saya tahu bahwa memang anosmia gejala govid juga tapi tak
nyangka terasa seperti itu.
Ketika kondisi badan sudah lebih baik, saya usahakan ada kegiatan walau di kamar saja. Mulai dari nyapu kamar, berjemur, yoga untuk pemula untuk menjaga pernafasan lebih baik, perbanyak mengaji. Saya berusaha bikin jadwal teratur.
Tapi saya mengalami susah tidur selama isolasi mandiri. Saya tidur di atas jam 12 dan bahkan di atas jam 1 dini hari. Ini bukan kebiasaan saya karena saya biasa tidur jam 9 atau bahkan jam 10 malam. Jarang begadang juga karena saya mudah tertidur. Saya konsumsi obat untuk tidur tapi juga tak mempan. Dampaknya abis shalat subuh, saya tertidur lagi dan terbangun jam 9 atau 10 pagi. Dan ini juga yang membuat kepala saya sakit berhari-hari selama isolasi mandiri.
Singkatnya, di hari ke 13 saya memutuskan untuk SWAB PCR dan hasilnya keluar keesokan harinya yakni 10 Agustus 2021. Alhamdulillah alhamdulillah. Saya bersyukur tanpa henti Allah biarkan kami melewati ujian sakit ini dengan baik. Allah menunjukkan perhatian demi perhatian dari banyak orang sehingga tak tahu bagaimana cara membalas kebaikan selama ini.
Saya juga bersyukur suami saya sangat telaten serta sabar menjaga saya selama saya sakit. Suami pula yang lebih banyak masak dengan aneka kreasi masakannya, mengupas aneka buah hingga menyiapkan berbagai cemilan untuk snack pagi, siang dan sore.
Semoga ini pertama dan terakhir yang diaalami
keluarga saya. Semoga tak ada infeksi lagi dan Allah berikan kesehatan serta
keberkahan bagi saya sekeluarga besar hingga orang-orang yang membantu serta
mendoakan saya. Juga kepada teman-teman yang membaca tulisan ini. Aamiin
MasyaAlloh, memang sll ad hikmah dsetiap ujian.
Reply DeleteJazakillah khoir mbak. Sangat bermanfaat.
Terima kasih kak
Reply DeleteAaamiiin... Semoga untuk kedepannya sehat selalu ya mba lid :). I Feel you, awal2 terkena covid tuh. Akupun ngerasa hal yg sama, pas tau positif. Rasanya kayak dpt kabar kena HIV, bukan covid. Apalagi pas aku kena mama baru meninggal Krn covid, dan covid masih baru msk Indonesia. Masih panik , masih bingung hrs ngapain.. cuma memang support dari teman dan keluarga itu sangat membantu utk semangat.
Reply DeleteSemoga aja wabah ini cepet berakhir ya mba. Aku berharap juga vaksin bisa mencapai targetnya.
Hiks ya mba ikutan berasa sedih banget :((
Reply DeleteAamiin Ya Allah mba
alhamdulilah sudah kembali sehat, jadi keinget waktu aku isoman sebulanan mbak
Reply Deletetemen temen rata rata semingguan atau dua minggu sudah negatif, saya paling lama sendiri
sehat itu mahal dan diusahakan kudu extra hati hati pokoknya
Iya lama ya sebulan mba :(
Reply DeleteAlhamdulillah sudah sehat mbak. Di pekerjaanmu memang kondisinya sulit karena bertemu banyak orang. Yang penting dirimu sudah berikhtiar jaga prokes. Aku kok kebayang dokternya pasti gak tega ngasih taunya, makanya pakai prolog dulu. Semoga dirimu dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamin 🤲
Reply DeleteAamiiin. Subhanallah mba.... Alhamdulillah ya mba sudah sehat dan bisa beraktivitas kembali. Bulan Juli-Agustus kemarin itu benar2 puncak covid sepertinya ya... Semoga cepat berlalu pandemi ini
Reply DeleteAku senang mbak sudah sehat
Reply DeleteSekarang mbak harus perkuat kesehatannya lagi
Kudu lihat dan dengar yang baik baik saja
Kalau aku sakit kemarin karena murni kebanyakan pikiran dan ketakutan soal COVID-19 ini
Papa mertuaku udh 80 tahun kena covid Alhamdulilah sembuh mbak, dia cuma panas aja. Sudah divaksin juga untungnya. Semoga kita semua selalu sehat
Reply Deletebener mba, pas pertama kali sakit, aku udah curiga wah ini kayaknya covid, bener aja hahaa tapi tetep sih pas baca diagnosanya jedeerrr
Reply DeleteHancur hati Hiks
Reply DeleteMenurut mbak Alida selain sering menggunakan kendaraan umum, kira-kira terpaparnya di mana? Covid ini proses menularnya secepat itu ya, mulai timbul gejala selang hitungan jam langsung dinyatakan positif.
Reply DeleteSemoga kita semua terhindar dari virus ini, yang saat ini masih menjalani isoman semoga dilekaskan sembuh. Baca pengalaman teman2 yang pernah positif kena Covid rasanya badan remuk🤕
Itulah mba. Di kendaraan umum paling utama karna tiap hari dan lama durasinya
Reply DeleteAlhamdulillah sekarang udah sembuh ya mbak. gpp nangis wajar namanya orang sedih ya. Dokternya hati2 banget ya buat infoin kalau positif . Sehat-sehat ya mbak ke depannya buat Mbak Alida & keluarga
Reply DeleteAamiin Allahumma aamiin. Saya baru tau kalau Mbak Alida baru sembuh. Sehat-sehat selalu untuk kita setelah ini ya, Mbak. Insya Allah pandemi akan berakhir
Reply DeleteAlhamdulillah udah negatif ya Mba, semoga selalu sehat sekeluarga ya.
Reply DeleteSaya bulan lalu juga merasakan gejala covid, anosmia, tulang tuh ngilu nggak nyaman pokoknya, tapi nggak demam sama sekali sih, cuman parno berat karena bersamaan dengan meningkatkan korban covid si Jawa dan Bali, alhasil saya nggak mau swab, takut tambah drop, dan milih isolasi mandiri berbekal vitamin segambreng.
Alhamdulillah nggak ada gejala berat sih, tapi mengurung diri hampir sebulan di kamar hehehe.
Semoga kita semua selalu sehat ya :)
Aku nggak sampe periksa waktu itu mba Lid, sebulan sakit dan 2 minggu gak bisa apa-apa, mau periksa mertuaku dua nggak ada yang jaga, soalnya gak bisa jalan semua jadilah merawat diri isoman di rumah. Semoga kita semua sehat selalu ya mbak.
Reply DeleteAamiin mbak semoga sehat2 seterusnya
Reply DeleteMemang copid ini ajaib, gak tau juga di mana ketularannya, siapa yang nularin, untung udah vaksin jd bisa dilewati dengan baik ya.
Alhamdulillah ya Mbak Al, banyak yang sayang. Covid ni emang bikin deg-degan ya, dari yang cuma baca berita aja apalagi sampai yang baca surat keterangan dokter hasilnya positif. Semoga selalu sehat terus sekeluarga
Reply Deletealhamdulillah sekarang sudah negatif yaa, Mba. Melihat banyak orang yang ogah divaksin dan gak menerapkan prokes memang bikin parno deh, apalagi saya punya bayi dan mertua yang komorbid
Reply DeleteAlhamdulillah udah sehat lagi semuanya ya Mbak Al. Aku termasuk yg taunya telat, pas mba Al udah sembuh. Berat juga ya ngalamin covid. Flu biasa aja aku tepar.
Reply DeleteAlhamdulillah sudah sehat kembali ya Mba Lida. Tentu ada rasa sedih yang hebat melanda ketika tau terpapar virus ya mba. Saya aja yang mendampingi suami pas dia positif juga sampe nangis2 mba. Lihat dia digledek (didorong di atas brankar) masuk ruang isolasi rumah sakit rasanya duh duuuhh.. Semoga ga lagi-lagi ya mba. Sehat selalu untuk kita semua dan keluarga.
Reply DeleteAlhamdulillah sekarang sdh negatif ya mba, sehat-sehat terus ya. Keluargaku juga positif covid bulan Juni lalu mba, yg pertama ketahuan positif suamiku, trus dua anakku. Alhamdulillah tes antigen ku negatif tapi aku bergejala, jd kuanggap aku juga positif krn antigen ternyata sering false negatif ktnya. Jadilah kami sekeluarga isoman selama 14 hari. Selama masa isoman kami terus berfikir darimana kami bisa tertular ya, pdhl utk prokes keluarga kami tuh cukup ketat dan kami juga hampir ga pernah pergi kemana-mana. Tapi ya udah lah ya,m yg penting kami sekarang sdh negatif. Semoga Allah selalu melindungi kita dimanapun berada ya bu Dirut
Reply DeleteDeg degan baca cerita ini. Alhamdulillah udah terlewati ya mba. Sehat selalu sekeluarga
Reply DeleteBaca ceritanya Mbak Alida bikin aku ikut deg-degan. Ini pengalaman luar biasa banget ya dan syukurlah sudah pulih. Sehat-sehat ya Mbak Sekeluarga.
Reply DeleteAlhamdulillaah ya Mbak sudah sembuh dari COVID-19. Aamiin semoga tidak terinfeksi lagi dan thanks sudah sharing pengalamannya buat pembaca termasuk saya biar bisa lebih aware lagi jaga kesehatan
Reply DeleteAlhamdulillah ya Mbak, hari ke13 udah keluar hasilnya negatif.
Reply Deletesemoga sehat selalu ya Mbak dan pasti jadi pengalaman yang sangat berharga ya ini.
Alhamdullilah, sehat sudah sekarang ya, Mba Al. AKu masih ingat saat dikabarin itu jadi kepikiran, terus doain dari jauh. Berharap gejala yang terjadi tidak berbahaya. Ketika dengan sudah negatif, aku lega deh. Sehat-sehat yaaaa
Reply DeleteWah, hari pertamanya tanggal 27 Juli ya? Sama banget sama aku. Aku semalamnya, tanggal 26 sih yang demam. Tapinya barengan sama alergi kumat. Wajah bengkak sama bentolan sebadan-badan. Nah besoknya setelah alergi hilang, eh demamnya gak hilang. Tapi belom curiga covid. Setelah suami swab dan positif, baru deh terkonfirmasi.
Reply DeleteAlhamdulillah ya kita udah sembuh. Semoga hanya sekali saja kita kena. Taat prokes aja deh. Sehat-sehat selalu, Mbak Alida :)