Tulisan ini saya buat berdasarkan saya dan suami yang memutuskan isolasi mandiri di rumah karena terkena covid. Saya dan suami tidak sakit bersamaan tapi bergantian. Suami awalnya sakit pada 27 Juni dan SWAB Antigen pada 30 Juni dan hasilnya positif. Suami negatif covid pada 14 Juli 2021. Sedangkan saya positif covid pada tanggal 28 Juli 2021. Jadi ada jarak waktu 14 hari antara suami negatif dan saya positif. Oh ya pas suami saya positif, saya SWAB PCR dan hasilnya saya negatif.
Ketika awal suami dinyatakan positif covid, suami isolasi mandiri di rumah. Kenapa tak di rumah sakit? Waktu itu kondisi rumah sakit lagi penuh-penuhnya. Bahkan suami tak bisa ke dokter karena ngantrinya panjang. Akhirnya kami memutuskan suami isolasi di rumah.
Rumah kami dua lantai tapi kami memutuskan suami dirawat di kamar utama di lantai satu. Kebetulan ada kamar mandi dalam, televisi dan jendela yang besar untuk sirkulasi udara yang baik. Dan saya pun jadi lebih maksimal untuk memantau perkembangan. Dan ketika saya positif covid pun saya isolasi mandiri di kamar yang sama.
Sumber : pixabay.com |
Selama isolasi mandiri, hampir sepanjang waktu dilakukan di kamar. Bosan? Pastilah! Apalagi selama isolasi mandiri, saya tak bisa berkumpul bersama keluarga. Semua hanya bisa dilakukan melalui videocall whatsapp serta komunikasi dari kamar ke halaman belakang. Jadi saya atau suami isolasi mandiri di kamar, yang lainnya di halaman belakang untuk saling komunikasi. Untungnya lagi jendelanya besar sehingga bisa memandang keluarga penuh cinta lebih puas. Alhamdulillah.
Sebelum memutuskan apakah isolasi mandiri atau
tidak, berdasarkan rekomendasi PAPDI (perhimpunan Dokter SPesialis Penyakit
Dalam Indonesia), ada tiga syarat utama isolasi mandiri di rumah yakni :
- Tidak bergejala
- Gejala ringan
- Memiliki rumah yang ventilasinya baik
Selain itu, jangan lupa menyediakan dua alat utama untuk isolasi mandiri yakni termometer untuk mengukur suhu dan oxymeter untuk pengukur saturasi oksigen. Kedua alat itu alhamdulillah sudah saya sediakan di rumah.
Panduan Isolasi Mandiri di Rumah
Lalu, bagaimana panduan isolasi mandiri di rumah ? Pertama, orang yang menjalani isolasi mandiri harus tetap di rumah. Bahkan harus di kamar atau lokasi yang dijadikan tempat isolasi mandiri. Misalnya saat saya memutuskan isolasi mandiri, saya hanya tetap berada di kamar. Intinya, gunakan kamar terpisah dari anggota keluarga lainnya. Ventilasi kamar juga harus baik untuk proses sirkulasi udara. Saya beruntung karena jendela kamar besar sehingga sirkulasi udara lebih baik.
Kedua, isolasi mandiri pun harus sebaiknya menggunakan masker untuk meminimalisir penyebaran covid. Apalagi ketika saya mengalami flu berat saat covid, saya bahkan harus bergonta ganti pakai masker. Selain itu, jangan lupa untuk jaga jarak dengan orang lain walaupun itu anggota keluarga ketika positif covid dan harus melakukan isolasi mandiri di rumah. Oh ya, masker bekas pakai dibuang di tempat yang terpisah dan semprot disinfektan sebelum dibuang.
Ketiga, jangan lupa pantau kesehatan harian. Setiap pagi, saya cek suhu tubuh dan saturasi oksigen. Semuanya saya catat dan dishare di whatsappgrup keluarga untuk pemantauan bersama. Jadi bisa diketahui perkembangan harian saya setiap hari.
Keempat, berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi selama kurang lebih 15 menit. Biasanya setiap pagi, suami selalu mengingatkan saya untuk berjemur. Ada satu tempat yang dijadikan tempat berjemur dan ketika berjemur, tak ada interaksi sama sekali oleh keluarga.
Kelima, jangan lupa makan-makanan bergizi. Saya
sudah berbagi informasi informasi soal makanan di tulisan saya sebelumnya.
Alhamdulillah ada banyak makanan bergizi serta minuman yang suami berikan
kepada saya. Bersyukur pula tak ada masalah dengan selera makan. Makan saya
banyak dan lahap. Saya juga masih bisa merasakan masakan yang diberikan.
Keenam, secara perlahan melakukan aktifitas minim seperti olahraga. Olahraga yang saya lakukan adalah perenggangan sekitar 5-10 menit untuk meminimalisir dampak badan yang sakit serta kaku karna covid. Kegiatan ini saya lakukan di atas tempat tidur dan baru bisa saya lakukan setelah isolasi mandiri kelima.
Nah, kira-kira itulah panduan isolasi mandiri di rumah yang saya dan suami lakukan setelah ter
ketika cuman bisa di dalam kamar aja dan keluar teras kalau untuk berjemur aja, kayak terasing.
Reply Deleteuntung aku punya tetangga yang pengertian, jadi kalau aku diluar rumah berjemur, kayaknya mereka udah paham.
aku juga olahraga ringan yang penting badan digerakin ya mbak
terakhir-akhir karena kangen SKJ, akhirnya buka yutub
Dulu pas kena covidun, aku dan suami di rumah mba. Itu Krn kami berdua ga bergejala samasekali. Tapi sbnrnya ya, yang ga bergejala gini malah bingung, dibilang sakit ga, tapi positif hahahaha.
Reply DeleteSelama isoman jadinya berduaan Mulu di kamar :p. Asisten yg nyiapin peralatan kami. Anak2 untungnya udah bisa tidur berdua, jadi ga masalah ditinggal pindah kamar :D.
Sehat2 trus untuk kita semua ya mba. Capek jenuh, Ama semua ini sebenernya. Apalagi kalo baca berita2 yang jelek :(.