Honjok (diucapkan hon-juk) merupakan istilah yang muncul pada tahun 2017 di Korea Selatan. Hon adalah kependekan dari kata honja artinya sendirian. Sedangkan Jok artinya suku. Jadi, kata honjok adalah suku penyendiri.
Munculnya honjok ini boleh dikatakan sebagai bentuk ‘perlawanan’ terhadap masyarakat Korea Selatan yang menuntut untuk menikah dan tuntutan masyarakat pada umumnya. Dalam buku ini ditulis bahwa gerakan ini muncul karena anak-anak muda merasa frustasi. Persaingan dibidang perekonomian yang lesu, kurangnya kesempatan kerja dan mobilitas sosial yang menghambat perkembangan masa depan.
Ditambah lagi, masyarakat Korea hidup dalam kekakuan yang terbentuk sekian lama. Misalnya di sekolah dasar, anak murid harus antre dan diberi nomor sesuai dengan tinggi badan. Selain itu juga penampilan memainkan peran penting bagi masyarakat Korea. Penampilan calon pelamar kerja juga ditentukan oleh tampilan foto yang menarik.
Perlu diketahui, Korea Selatan menduduki peringkat tertinggi di dunia dalam hal operasi wajah. Bahkan menurut jajak pendapat yang dilakukan Gallup Korea, satu dari tiga perempuan pernah menjalani operasi plastik.
Anak muda Korea Selatan hidup seperti mimpi orang Amerika yang digalakkan di Amerika pada masa McCarthy pada 1950-an. Mimpi itu adalah rajin belajar, lulus, mendapat pekerjaan, menikah, membeli rumah, memiliki anak. Mimpi yang menurut saya masih bertahan hingga kini karena dianggap itulah kehidupan yang ideal bagi kebanyakan orang.
Perempuan dalam kehidupan di Korea Selatan juga mendapat tuntutan yang sama. Mereka harus memilih antara menikah atau karir. Tak bisa antara menikah selaras dengan pekerjaan. Ini karena perempuan di Korea Selatan (dan sama seperti di Indonesia juga) dituntut menjadi perempuan yang mampu mengurus rumah tangga. Perempuan dituntut menjadi menantu yang patuh, mampu membereskan rumah, bisa memasak, mampu mengurus dengan baik. Tuntutan ini yang kemudian juga memunculkan gerakan #NoMarriage di Korea Selatan.
Tekanan demi tekanan, serta rasa kecewa itu yang kemudian memunculkan Honjuk. Honjuk menjadi pilihan yang kemudian dipilih oleh anak muda Korea Selatan. Terutama pada perempuan muda Korea Selatan yang semakin tinggi tuntutan hidup oleh masyarakat.
Honjok berbeda dengan penyendiri. Buku ini memberikan perbedaan antara honjok dengan penyendiri. Jika penyendiri ditolak masyarakat, honjok menolak tekanan dan harapan masyarakat untuk menikah dan berkeluarga. Penyendiri menyebabkan penderitaan karena kesepian. Sedangkan honjok menikmati waktu untuk sendiri. Jika penyendiri tidak memiliki kepuasaan karena menyembunyikan diri, honjok fokus pada memenuhi kebutuhan diri sendiri sebagai cara berkembang. Honjok juga cenderung tidak peduli pada kesendirian.
Pertanyaannya, apa hakikat gaya hidup honjok ? Jadi, hakikat gaya hidup honjok adalah memilih untuk hidup di saat ini untuk diri sendiri dan bukan untuk orang lain. Dengan memilih gaya hidup honjok, ada kebebasan memiih kemana pergi dan apa yang dilakukan tanpa tergantung pada orang lain atau memenuhi kehendak orang lain.
Di halaman 65, buku ini juga memberikan beberapa pertanyaan yang bisa menentukan apakah seseorang termasuk introver, ekstrover atau ambiver. Salah satu pertanyaan adalah terkait perasaan kita ketika berbicara dengan orang yang tidak dikenal. Selain itu juga pertanyaan terkait kecenderungan berbicara dengan seseorang.
Selain itu, buku ini juga memberikan beberapa rekomendasi kegiatan yang dapat dilakukan ketika memilih gaya hidup honjok. Mulai dari makan, meditasi, berjalan sendirian dan lainnya. Namun honjok bukan berarti tanpa resiko. Butuh keberanian untuk memilih untuk gaya hidup honjok.
Apakah selama ini teman tanpa disadari memilih gaya hidup honjok? Atau malah termotivasi untuk mengadopsi gaya hidup honjok? Sebelum memutuskan, silakan baca lengkap ulasan buku ini yang ditulis secara detail dengan bahasa yang mudah dipahami.
Selamat membaca :)
AKu familiar banget sama Honjok ini dan banyak banget yang ngomongin juga. Yess bener banget Mak, sebelum menganut gaya hidup honjok disarankan buat baca2 buku dulu, bukan hanya sekedar ikut2an saja.
Reply DeleteSoalnya ada temenku penganut honjok ini juga. TApi kalo dipikir memang iya juga kita hidup buat diri sendiri, kek aku kmana mana sendiri tanpa harus bebarengan sama yang lain rasanya nyaman, jangan jangan... eaaa..
Honjok emang nonjok!!
Reply DeleteIntinya hidup secara mindfull dan menjadikan diri sendiri sebagai pusat tata surya ya mbaaa
Asik bgt dah ini. Ga perlu FOMO kalo honjok
kayaknya part paling menarik buat saya dari buku ini adalah beberapa pertanyaan yang bisa menentukan apakah seseorang termasuk introver, ekstrover atau ambiver.
Reply Deletewaah ada-ada aja ya Mi, tapi emang namanya beda budaya, beda kebiasaan, beda segalanya, maka pemikiran pun bisa beda, smpe ad gerakan hidup sendiri, kalo di Indonesia mah kynya ga ada mau yg jomblo ya, hehehe
Reply DeleteSaya baru tau tentang honjok. Jadi sempat mikir kalau saya mungkin termasuk salah satunya. Karena sering merasa kurang nyaman berada di tempat yang banyak orang.
Reply DeleteTapi, kalau bener-bener sendiri juga kayaknya gak berani. Soalnya saya penakut juga hihihi
Nah iya mbak, perempuan korea mirip-mirip gaya hidup orang Indonesia yang dituntut jadi menantu idaman mertua untuk masak dan ngurus rumah tangga. Jadi penasaran aku baca buku tentang Honjok
Reply Deletewaaa aku baru tau nih soal honjok ini, jadi penasaran pengen cari tau lebih banyak deh jadinya hihihi, bener bener baru denger banget soalnyaaa
Reply DeleteBener nih hidup adalah pilihan mau hanjok atau tidak. Karena pemikiran dan pandangan orang berbeda . Kita hanya bisa menghargai setiap orang termasuk memilih jalan hanjok
Reply DeleteSaking banyaknya tekanan di korea sampai muncul honjuk.
Reply DeleteIni paripurnanya self love nggak, sih mbak? Jadi penasaran pengin baca bukunya juga.
waktu baru baca judulnya kirain istilah ini dari Jepang, enggak taunya dari Korsel. Btw ada juga ya ternyata antri berdasarkan tinggi badan. Kalau di Indonesia yang bedain tinggi badan itu bukan antri tapi upacara bendera, yang tinggi di depan, yang pendek di belakang. Nah aku pasti kebagian yang belakang hehehe
Reply DeleteBisa dipahami tentang honjok ini karena ini orang Korea ya... semoga orang Islam jangan mengadopsi ini karena bertentangan dengan syariat. Menikah itu memang dianjurkan kecuali memang yang belum diberikan jodoh Allah di dunia itu lain masalah, tapi kalau menyengaja ingin sendiri ..jangan deh ah hehe..
Reply Deletebaru denger istilah honjok ini. kalo aku mah mana bisa hidup sendiri.. butuh pendamping mbaaak.. wekekek..
Reply DeleteKyknya emang Korsel mirip2 Indonesia nih soal cewek mau jd emak2 RT atau kerja aja, pdhl aslinya ya bisa jalan bareng.
Reply DeleteHidup Honjok keknya relate sama pandemi skrng wkwk
AKu pengen nyobain kuisnya biar tau aku intropret atau ekstropreet :D
Harga bukune berapaan?
sepertinya anak-anak muda sekarang banyak yang memang lebih byk pertimbangan untuk memutuskan menikah/berkeluarga yaaaa, di satu sisi bagus juga jd gak cuma mikir asal nikah krn semuanya hrs disiapkan toh
Reply DeleteJadi Honjok berbeda dengan menyendiri yah. Baca ulasannya jadi tertarik pengen baca, apalagi menceritakan karakter masyarakat Korea Selatan pada umumnya ya mba
Reply DeleteBaca ulasan mba Alida, jadi Inget temenku deh. Dia terang terangan bilang pengen hidup sendiri aja seumur hidupnya. Hal itu dipicu karena keluarganya yg agak toxic.
Reply DeleteBaru tahu gaya hidup. Beginian..
Reply DeleteKalau aku sih nggak bisa. Jadi penasaran baca bukunya juga.
Fenomena honjok ini juga kali ya yang bikin child birth rate di korsel turun drastis :(
Reply Delete