Sebetulnya tahun ini saya berharap bisa lebaran sambil bertatap muka seperti biasanya. Bukan seperti tahun lalu yang terpaksa merayakan lebaran tanpa mudik, jaga jarak dan juga harus mengunakan masker. Tapi harapan saya tidak terwujud.
Kasus corona masih tinggi. Masih banyak masyarakat yang tak menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Aturan yang dibuat masih tumpah tindih. Melarang mudik tapi mengijinkan tempat wisata dibuka. Hasilnya ? Sudah ditebak seperti apa.
Jadi pilihan untuk lebaran di rumah pada tahun ini adalah pilihan yang tepat. Saya menghindari resiko harus berdempet-dempetan bersama keluarga di tempat wisata. Saya juga menghindari macet yang tak berujung karena banyak yang keluar kota sebelum larangan mudik dikeluarga. Sehingga kami pun memutuskan lebaran di rumah saja selama pandemi. Dan ini tahun kedua kami menjalaninya.
Malam sebelum lebaran, saya sudah menyiapkan makan untuk keluarga. Saya beli nais kebuli kambing ungtuk enam orang, tetangga beri lauk rendang dan sayur. Lalu ada tetangga yang nawarin beli ketupat dan lauknya. Ya udah saya beli juga untuk cadangan. Paginya saya masih kerja dan pulang sore. Entah kenapa sampai rumah udah malas jadi pengennya beli saja. Walaupun sebetulnya saya sudah menyiapkan bahan makanan untuk dimasak.
Lebaran pagi hari tanggal 13 Mei 2021, saya, Ayyas dan Mas Gahffar hendak menyusul suami yang berangkat sejak subuh untuk sekalian membantu membersihkan masjid. Tapi pas di tengah jalan, bertemu suami dan kami diajak untuk makan nasi kebuli dulu sebelum ke masjid. Kami pun akhirnya balik rumah dan makan nasi kebuli.
Setelah itu langsung bergerak ke masjid untuk bersiap menunaikan ibadah shalat idul fitri. Masjid menyediakan tempat terbuka untuk menunaikan shalat. Sebelum masuk, pengunjung dipersilahkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Kami sengaja datang agak awal supaya bisa duduk di dalam masjid. Dan alhamdulillah berhasil dapat tempat yang nyaman.
Selesai menunaikan shalat idul fitri, kami pun sekalian saling bermohon maaf dengan warga yang lain tanpa saling berpegang tangan atau bahkan cipika cipiki alias cium pipi kiri dan cium pipi kanan. Kami langsung pulang dan kembali makan serta beristirahat.
Saya pun mencoba melakukan lebaran virtual untuk keluarga suami. Setelah bersantai sejenak di rumah, saya membuat link khusus untuk akses zoom. Kebetulan saya sengaja membeli khusus paket zoom selama 28 hari untuk bisa digunakan.
Awalnya yang muncul satu keluarga lalu lama kelamaan alhamdulillah bisa berkumpul 7 keluarga (satu keluarga via whatsapp video dan satu lagi belum bisa bergabung). Kumpul keluarga suami agak-agak semi formal. Saya bertindak lebih banyak sebagai operator, suami sebagai MC, kakak ipar memberikan pengantar, kakak ipar lain kebagian mendoakan, adik ipar memberikan tausyiah.
Pertama-tama setiap keluarga saling mengucapkan permohonan maaf jika ada salah kata atau perbuatan entah sengaja atau tidak sengaja. Kadang mungki di grup whatsapp saling ngeledek walaupun becanda atau apapun tindakan semoga tidak melukai hati saudara sendiri.
Lebaran Virtual Bloger Depok City |
Kurang lebih sekitar satu jam lebaran virtual keluarga suami yang berada di Kudus, Jakarta, Bekasi, Bogor dan Banyumas. Terakhr diakhiri dengan berdoa dan foto bersama. Berharap banget bisa silaturahmi kumpul bareng tatap muka bareng jika pandemi ini telah selesai. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya dan semoga bisa terwujud.
Keesokan harinya, di pagi hari saya melakukan lebaran virtual Blogger Depok City. Kelompok blogger ini adalah kelompok blogger yang sering menjadi tempat ngobrol ngalur nglindur tentang apa saja. Awalnya jadi tempat saling share link tapi kemudian jadi tempat ngobrol. Hehhee.
Saat lebaran virtual dengan Blogger Depok City, kami sama sepertidi whatsapp grup yakni saling nanya kabar keluarga. Dan salah satunya mendengar cerita salah satu teman blogger yakni Mira Utami yang sekeluarga baru saja dinyatakan sembuh dari penyakit covid. Memang tak mudah harus mengalami covid sekeluarga apalagi ada anak yang masih bayi. Hiks … Ngobrol ngalur nglidur tak sampai sejam karena beberapa anak kecil sudah nangis minta diperhatiin. Hhahaa.
Sore harinya, saya membuat lebaran virtual dengan keluarga papa yang terdiri dari saudara dan keponakan papa yang tersebar di Jakarta, Makassar, Surabaya, Ambon, Solo, Kendari. Tapi kemarin keluarga di Solo dan Kendari belum bisa mengikuti halal bihalal lebaran virtual tahun ini.
Acara lebaran virtual keluarga saya lebih
cenderung ngobrol santai saja. Saling terhubung minta maaf dan juga ngobrol
ngalur ngidur kagak jelas. Hahhaa. Tapi ya begitulah kebiasaan kelurga saya.
Suami tak gabung karena pas tidur. Anak pun pas tak gabung. Ngobrol di keluarga
saya full pakai bahasa Ambon dan ini sedikit buat suami dan anak kesulitan
walaupun mereka paham bahasa Ambon sedikit-sedikit.
Tahun ini lebaran virtual tapi berharap sekali
tahun depan pandemi segera beres dan bisa tatap muka lebarannya seperti
tahun-tahun. Saya yakin, teman-teman pun berharap yang sama. Semoga
Allah kabulkan! Aamiin
Mba alidaaaa, mohon maaf lahir batin yaaa mba :).
Reply DeleteAku juga ga nyangka loh kalo pandemi ini bakal sama kayak lebaran THN lalu. Kirain THN ini udh bisa balik ke Medan lebaran bareng mama papa ku. Ternyata blm :(. Aku dan keluarga juga di hotel di JKT aja. Ga kemana2, sambil nunggu mba2 asisten pada balik. Pas lebaran, yg ada juga video call bareng keluarga. Sedih, tapi ntahlah, udh agak biasa kayaknya :p.
Tapi aku tetep berharap semogaaaa aja THN depan, kalk msh dikshb umur panjang, bisa mudik ke Medan :(. Serius kangen banget ketemu Ama keluarga kayak sebelum pandemi yaaa..
Aamiin aku pun berharap demikian mba. Maap lahir dan batin juga ya mbaa Fanny :*
Reply Delete