Ibadah haji adalah ibadah yang mengandalkan fisik. Perjalanan yang berpuluh kilometer, perpindahan tempat dari satu tempat ke satu tempat lainnya tentunya membutuhkan fisik yang sehat. Lalu, bagaimana dengan orang lumpuh? Apakah memungkinkan untuk melaksanakan ibadah haji ?
Pengalaman orang lumpuh naik haji tertuang di buku berjudul ‘Orang Lumpuh Naik Haji’ oleh Mulyanto Utomo. Mulyanto adalah adalah jurnalis kelahiran Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 16 April 1963 yang pernah berkarir sebagai Pemimpin Redaksi Harian Solopos, Solo pada tahun 2007-2009).
Sebagai seorang jurnalis, sejak awal saya sudah tertarik dengan kalimat demi kalimat yang ditulisnya. Tulisannya jenaka tapi informatif dan menginspirasi. Membaca buku ‘Orang Lumpuh Naik Haji’ membuat saya semakin merasakan betapa tak mudahnya melaksanakan ibadah haji dengan segala keterbatasan.
Jangankan untuk melaksanakan kegiatan haji yang bahkan tak mudah dilakukan orang kebanyakan. Melaksanakan kegiatan sehari-hari pun tak mudah. Dan buku ini menjelaskan dengan baik bagaimana perjuangannya melaksanakan haji dengan kondisinya sebagai orang lumpuh.
Semuanya baik-baik saja hingga pada hari Jumat, 4 April 2008 ia harus mengalami peristiwa yang membuat ia lumpuh selamanya. Dia tertabrak mobil dinasnya yang mundur tak teratur. Orang jawa bilangnya kunduran mobil.
Peristiwa dua detik itu yang kemudian merubah hidupnya. Tulang belakangnya cedera parah. Thorakal 12 dan lumbal (T12-L1) ruas tulang belakangnya patah, bergeser dan saling tergencet. Benturan antar ruas itu yang menyebabkan kelumpuhan. Nah ketika mengalami kerusakan itulah, sistem susunan saraf yang menggerakkan, memerintahkan , merasakan segala rangsangan dari luar maupun dari dalam diri pun ikut rusak. Kedua kakinya tidak berfungsi sama sekali. Dan sejumlah organnya malfungsi.
Mulyono kemudian menceritakan dengan detail bagaimana kehidupannya setelah mengalami kelumpuhan yang juga berdampak pada pekerjaannya. Ia yang sebelumnya mampu melakukan semua pekerjaannya sendiri, kita hidup harus tergantung pada orang lain.
Lalu bagaimana ia harus menjalani ibadah haji dengan kelumpuhan yang ia alami ? Inilah yang menjadi inti dari buku ini. Namun Mulyono juga menuliskan beberapa kegiatan yang ia lakukan sebelum melakukan ibadah haji. Mulai dari percobaan melakukan perjalanan jarak jauh dalam kota hingga perjalanan umrah. Perjalanan umrah ini ibarat perjalanan perkenalan sebelum melakukan ibadah haji.
Pengalaman Perjalanan Haji Penuh Ujian dan Ketabahan
Satu hal yang saya pelajari dari kisah perjalanan ini adalah butuh dukungan kuat dari keluarga terutama pasangan, ketabahan serta niat yang kuat. Tanpa niat yang kuat untuk melaksanakan ibadah haji, tentunya akan menjadi hambatan. Namun sebaliknya dengan niat yang kuat, semua rintangan insyaAllah akan terlalui.
Rintangan yang terkesan sederhana namun menyulitkan bagi orang lumpuh adalah naik atau turun bus yang mau tak mau harus dibantu beberapa orang. Model bus berlantai tinggi (high deck) tentunya menyulitkan baginya. Oleh karena itu, jika hendak naik atau turun tentunya membutuhkan kebaikan hati orang lain untuk menolongnya.
Penulis. Sumber foto : Solopos |
Namun ujian sebenarnya bagi Mulyono saat melaksanakan ibadah haji Adalah selama di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina). Kekuatan jasmani dan rohani benar-benar di uji. Apalagi untuk orang lumpuh sepertinya yang memang memiliki keterbatasan.
Di Muzdalifah yang merupakan kawasan berbukit-bukit serta berpasir memnyulitkannya untuk mendorong kursi roda menuju tempat bus. Ia bahkan mengaku sempat menangis selama di Mina ketika menyaksikan antrean di kamar mandi yang mencapai puluhan dan sulit diakses. Hampir semua bilik kamar mandi yang tersedia adalah kloset jongkok dan hanya empat kamar mandi yang sediakan kloset model duduk. Belum lagi ukuran kamar mandi yang kecil untuk ukuran kursi rodanya sehingga pintu kamar mandinya tak bisa di tutup.
Kekuatan fisik, ketangguhan mental dan kekukuhan psikis benar-benar di uji. Satu yang sangat berperan penting dalam pelaksanaan ibadah haji adalah jiwa sosial saling membantu tanpa membedakan untuk mendapatkan pahala ilahi.
Banyak hal yang sebetulnya di tulis dengan baik di buku ini. Bagaimana melatih diri untuk tangguh serta sabar menghadapi ujian, tahapan demi tahapan kehidupan yang harus di hadapi serta sikap pasrah atau semua ketentuan Allah menjadi landasan utama. Tertarik membeli ? Bisa membeli di toko buku online kulakanbuku.com
Penulis : Mulyanto Utomo
Penerbit : PT Smart Media Prima
Tahun : 2019
maasyaallah membaca tulisan mu ini mba, gimana perjuangannya seseorang yang lumpuh untuk berhaji aku jadi malu, Allah yang mudahkan semua ya mba
Reply DeleteBener banget kak Aie, ibaratnya malu sama semangatnya dan usahanya untuk bisa menunaikan haji. Semoga kita yang sehat bisa dimudahkan ya.
Reply DeleteOrang yang bisa berangkat haji adalah orang-orang terpilih. Termasuk pak Mulyanto. Meski beliau lumpuh tapi Allah menganggap beliau bisa dan layak jadi tamuNya. MasyaAllah.
Reply DeleteMbak, nama penulisnya terlihat mirip ya tapi berbeda ternyata dengan tokohnya, saya kira nama yang sama saat baca sekilas tadi.
Reply DeleteMasya Allah ya perjuangan yang patut dibagikan kepada orang lain supaya menjadi inspirasi. Bahwa tidak ada yang tak mungkin selama berusaha dan Allah ridha.
Sama mba. Penulis menceritakan kisahnya mba
Reply DeleteWuahhh..ini pengalaman pribadi si penulis rupanya. Jadi penasaran pengen baca langsung ceritanya. Baca ulasannya gini aja udah terharu.
DeleteAku percaya sih, segala sesuatu kalau berdasarkan niat, insyallah Allah pasti berikan jalan. Dan memang alhamdulillah selama aku hidup aku meyakini hal itu :) Jadi niatkan dulu yang kuat, sisanya? Lets God do the rest :)
Reply DeleteHmm.. ini bisa jadi masukan bagus untuk penyelenggara haji di tanah suci
Reply DeleteI wish lain kali dibuat lebih ramah untuk diffable. Aamiiin
Membacanya aku jadi terharu dengan semangat dan niatnya untuk pergi haji sehingga diberikan kemudahan oleh Allah dan kitapun bisa mencontoh dari Bpk nih kegigihan dan ketangguhan dalam menjalankan pergi haji
Reply DeleteSubhanalloh. Penulis ini orang Solopos, ya. Pantas kalau bisa menulis meski kondisi tidak mudah.
Reply DeleteGa terbayang bgmn sulitnya. Ya Alloh, semoga kita dijauhkan dari ujian seperti ini. Pingin sehat sampai akhir hayat.
Masya Allah benar-benar ya perjuangan Pak Mulyono ini. Rasanya malu membaca review ini, apalagi kalau baca bukunya, saya bisa mewek terus mungkin.
Reply Deleteiyaa yaa kak.. jadi dibuat berkaca pada diri sendiri. Sampai sejauh ini, sudah sampai mana perjuangan kita untuk naik haji? sudah sedisiplin dan sebaik apa cara kita beribadah?
Reply Deletemasya Allah... perjuangan yang sangat gigih untuk melakukan ibadah haji, aku jadi ingat sama mamahku jadi waktu dia mau berangkat haji itu juga dalam keadaan sakit dan sulit berjalan. Mamahku bilang entah gimana selama di sana dia selalu memohon dan alhamdulillah dimudahkan jalannya.
Reply DeleteMasya Allah benar-benar ya perjuangan Pak Mulyono ini. Rasanya malu membaca review ini, apalagi kalau baca bukunya, saya bisa mewek terus mungkin.
Reply DeleteWah pak Mulyono tangguh banget, pengalaman beliau saat melakukan ibadah haji dengan kondisi fisik demikian tentu akan menjadi inspirasi bagi orang banyak ya, mbak.
Reply DeleteBenar kalau ada yang bilang bahwa hidup ini memang misteri ya, Mbak. Kejadian hanya dua detik tapi mengubah segalanya. Aku sampai merinding, gimana beliau menjalani hidup selanjutnya.
Reply DeleteAku jadi tertarik sama buku ini. Patut diburu di online shop nih.
Bukunya sepertinya menarik dan mungkin dapat mengingatkan kita akan perjalanan ibadah ke tanah suci, namun dengan nilai lainnya serta mengingatkan akan perjuangan orang seperti Pak Mulyono yang tetap gigih untuk beribadah
Reply DeleteMashaAllah mba Al, cerita yang luar biasa dan menyentuh. Semoga aku bisa menyusul kesana. aamiin
Reply DeleteMasya Allah. Saya suka gampang baper membaca kisah seperti ini, Mbak. Penyemangat sekali menyentil banget pastinya. Kadang-kadang saya suka merasa lemah sendiri, deh
Reply DeleteSaya tetiba ingat dengan kisah Uwais Al Qarni yg menolong ibunya yg juga tidak bisa berdiri ketika naik haji, sehingga akhirnya digendong oleh Uwais. Tapi dengan baca sinopsis di atas jadi penasaran dengan wisata rohani seorang Bapak Mulyono ini. Pasti perjalanan spiritual yg luar biasa
Reply DeleteMasyaAllah... semangat nya untuk beribadah tetap menyala meski fisik sudah tak mendukung..sehat selalu njih Pak Mulyanto.
Reply DeleteMasyaAllah patut dicontoh semangat beribadahnya ya Mbak..
Reply DeleteKbayang pas disana dengan keterbatasannya ya Mak, tapi beneran butuh kesabaran, kekuatan fisik, mental dan kekukuhan psikis benar-benar di uji.
Reply DeleteTerlebih peranan pelaksanaan ibadah haji adalah jiwa sosial saling membantu itu loh yang dibutuhkan.
MasyaAllah hanya orang-orang terpilih yang bisa pergi ke tanah suci. Kisah yang diceritakan membuktikan bahwa dengan niat yang kuat, semua rintangan InsyaAllah akan terlalui.
Reply DeleteSalut sama perjuangan Pak Mulyono untuk sampai di Tanah Suci. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah. Btw ini nama penulis ama tokohnya mirip-mirip ya mba? True story kah? Penasaran euy
Reply Deleteaku merinding bacanya, huhu ... bangkit dari keterpurukan kemudian dapat menjalankan rukun islam kelima itu yaa masya Allah. Allah akan mampukan.
Reply DeleteMasya Allah, luar biasa ceritanya mba. Tentu dengan hal demikian akan 2x lebih sulit menjalankan rangkaian kegiatan ber haji nya.
Reply DeleteApalagi perjuangan beliau (Pak Mulyanto) saat si Mina yang melihat antrian yang begitu panjang saat ingin ke kamar mandi, semoga Allah SWT melipat gandakan pahala beliau.
masyaaAllah bener2 jadi refleksi buat kita semua ya mbak. Semoga Allah mudahkan kita yg masih diberi kesehatan untuk menuju rumah Allah. Aamiin
Reply DeleteYa Allah, terharu bacanya mbak..gimanapun keadaannya harus tetap semangat ya...orang Ungaran ternyata penulisnya...
Reply DeleteBAnyak yang bisa dipelajari dari buku ini ya mba. Kekuatan hati, tekad yang kuat, dan kepasrahan pada Allah SWT, bahwa atas ijinNya lah semua bisa dilampaui meskipun pasti berat.
Reply Deleteya Allah mba, aku terharu banget baca kisahnya. aku yang sehat aja masih begini ibadahnya huhuhu.
Reply Deletemudah-mudahan kisah pak Mulyono bisa menjadi pemantik semangat beribadah dan ketanah suci untuk kita semua
MasyaAllah ya Umi, Memang luar biasa pengalaman berhaji itu, diibaratkan sedang jihad fisabilillah
Reply DeleteSubhanallah benar-benar ujian besar bagi Pak Mulyono ya Mbak. Nggak kebayang kalau Pak Mul berangkat sendirian tanpa pendamping. Mengalami kesulitan-kesulitan saat berhaji di atas sungguh menguras kesabaran.
Reply DeleteSemua bisa asal terus berpengharapan dan berusaha. Semangatnya luar biasa ya mbak dan beribadah walau dlm keterbatasan.
Reply DeleteWalaupun penuh rintangan alhamdulillah ya bisa menyelesaikan ibadah dengan baik. Kalau gak salah skrng pun banyak kemudahan utk org disabilitas beribadah. Ada yang nawarin bantuan dll.
Reply DeleteInspirasi utk calon jamaah haji berikutnya ya.
Bukunya udah ada di toko kek gramed gtu kah mbak?
Ya Allah...bagus sekali kisahnya.
Reply DeleteMenguatkan kita semua untuk senantiasa sabar akan ujian yang Allah berikan dan tidak putus asa serta yakin bahwa ini ketentuan yang terbaik dari Nya.
Barakallahu fiik~
Perjuangan yang luar biasa ya mba dan kita banta mendapat Teladan darinyaaa
Reply DeleteDari cerita Pak Mulyanto kita bisa melatih diri untuk tangguh serta sabar menghadapi ujian, ya, Mbak.
Reply DeleteMasya Allah sekali yaa kisah yang diceritakan. Benarbenar luarbiasa banget nih perjuangan Pak Mulyono. Semoga kita semua bisa belajar dari perjuangan beliau.
Reply Deletehuhuhu terharu merinding aku bacanya. jd pengen baca full satu buku..
Reply DeleteMasya Allah, kok akunya yang mbrebes mili ya huhuhu. Padahal haji itukan ujian fisiknya lebih berat daripada umroh.
Reply DeleteYa Allah mbak, sangat inspiratif tulisannya.
Reply DeleteLuar biasa perjuangannya...
Jd malu sama diri sndr
Merinding mbak bacanya. Benar-benar perjuangan ya. Untuk orang yang fisiknya sempurna saja butuh perjuangan, apalagi yang memiliki keterbatasan fisik. Pasti perjuangannya lebih keras lagi. Salut untuk Pak Mulyanto..
Reply DeleteMenginspirasi sekali, pengalamannya jadi pelajaran ya bahwa dengan fisik yang masih baik, seharusnya bisa beribadah dengan lebih baik lagi ya
Reply DeleteAku berasa ikut merasakan bagaimana kesusahan yang dialami Mulyono, terutama saat di Muzdalifah. Karena semua pasir, bahkan tidur pun di atas pasir dengan dialasi plastik. Kalo di Mina juga ada kesulitan menggunakan toilet karena memang terbatas. Aku dulu nyuri waktu kalo mandi harus pukul 2 dinihari agar tidak antri. Jadi mandi ya sekaligus komplit. Gak kebayang gimana susahnya Mulyono mengakses fasilitas toilet selama ARMINA
Reply DeleteMasyaallah... semoga dapat kesempatan dipanggil ke rumah Allah...
Reply DeleteSemoga hajinya mabrur bapaknya ya Mba...
Aku merinding baca ulasanmu Mbak. Gak kebayang berada di posisi seperti itu. Namun Allah itu Maha Segalanya, masya Allah. Niat ikhlas beribadah isnyaAllah dimudahkan segalanya
Reply DeleteInspiratif ya kisahnya. Di satu sisi ga tega karena harus segitunya di Arab Saudi, tapi setelah dilewati jadi worth it ya
Reply DeleteIni berisikan pesan yang dalam ya Mbak Alida... kesungguhan Pak Mulyanto bisa menjadi tamu Allah meski kondisi tubuhnya lumpuh, masyallah... pingin baca bukunya ah
Reply Deleteharu jadinya.. keinget saat almarhumah eyang putri naik haji, banyak drama memang. juga saat kakungku umroh, ajaibnya, saat umroh malah ilang semua sakitnya.. padahal sebelum berangkat sempet susah untuk berjalan.
Reply DeleteMasyaAllah, Bapak Mulyono aja bisa dan semangat melaksanakan ibadah hajinya apalagi kita ini yang masih diberi fisik yang Alhamdulillah lengkap dan sempurna ya, harus bisa lebih bersyukur dan semangat lagi dalam beribadah. InsyaAllah bisa kesana juga
Reply Deleteterharu bacanya gimana bapak Mulyono yang tetap semangat untuk naik haji walau dalam keadaan lumpuh. tulisan ini jadi pengingat untukmkita semua
Reply DeleteDuuh, ngilu baca kronologis kecelakaannya. Dan rasanya mau nangis juga baca cuplikan perjuangannya selama naik haji. Kita yang abis lahiran aja kadang suka mau nangis karena susah gerak buat sekedar ke kamar mandi apalagi ini harus berjuang melewati serangkaian proses ibadah haji di negeri orang dengan medan yang gak ramah untuk penyandang disabilitas.
Reply DeleteMasya Allah.. dari judulnya udah bikin merinding Mbak... Keterbatasan fisik akhirnya bisa ditaklukan pak Mulyono hingga tina d Mekkah :')
Reply DeletePerjuangan untuk naik haji luar biasa ya mbak, luar biasa semangatnya dalam keterbatasan tetap menunaikan ibadah.
Reply DeleteYa Allah...perjuangan sekali ya. Mulai akses jalan yg gak ramah untuk kursi roda hingga antre di toilet, sungguh butuh kesabaran ekstra. Syukurlah beliau bs melaluinya. Jd ingin baca versi lengkapnya di buku
Reply Deletekeren dan inspiratif
Reply DeleteMasyaallah.... Ibadah haji membutuhkan fisik yang tangguh, sementara beliau lumpuh. Pastinya luar biasa ujian kesabaran beliau hingga mampu menyelesaikan ibadah haji. Buku yang inspiratif.
Reply DeleteDuuh baru baca reviewnya lgs terharu mba. Ga kebayang samasekali perjuangan yg harus dilakukan saat haji, dengan segala keterbatasan gitu. Pas umroh aku banyak ngeliat orang2 yg dibantu dengan kursi roda juga. Tp haji kan LBH rame dan Crowded :( salut Ama penulis..
Reply Delete