Takkala saya menulis tulisan ini, Arab Saudi melakukan penundaan sementara keberangkatan umrah dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Dampaknya, banyak calon jamaah umrah pun tertunda keberangkatannya. Hingga kini, belum ada informasi pasti kapan penundaan ini dilakukan. Tapi saya berharap penundaan umrah sementara waktu ini bisa dihentikan sehingga bisa melaksanakan umrah, melepas rindu kepada Baitullah.
Kerinduan saya melaksanakan umrah seringkali saya lakukan dengan mendengar kisah rekan yang sudah melaksanakan umrah. Atau membaca buku-buku kisah umrah.
Beberapa waktu lalu, saya sengaja ke toko buku di kawasan Depok ketika libur kerja. Disana, di antara tumpukan buku, mata saya kemudian tertuju pada buku berjudul ‘Umrah Anti Mainstream’ tulisan Nordin Hidayat. Nama Nordin Hidayat bukan nama yang asing bagi saya karena merupakan rekan kerja saya saat masih di majalah Gatra. Hanya saja, saya baru beberapa kali jumpa wajah karena selama ini dia lebih banyak menghabiskan waktu di Mekkah dan Madinah.
Saya pernah dengar kalau mas Nordin akan menulis buku tentang umrah karena pengalamannya mendirikan usaha Land Arrangement sendiri dan telah bekerjasama dengan sekitar 40 biro travel Tanah Air. Dengan buku yang ditulis, saya pun penasaran apa sih yang dimaksud dengan umrah anti mainstream?
Buku setebal 276 halaman ini tidak hanya membahas umrah anti mainstream, panduan ibadah umrah. Melainkan membahas juga bagaimana harus memahami bangsa arab seperti pernikahan ala Saudi, hingga bagaimana perempuan Arab menjalani kehidupan sehari-hari.
Nordin membuka buku terbitan Turos Pustaka ini dengan sekapur sirih. Buku ini memberikan bagaimana melakukan umrah yang lebih berkesan, bahkan tidak dilupakan seumur hidup. Menjalankan ibadah umrah dengan cara menikmati setiap prosesnya dari tahap ke tahap, dari menit ke menit, dari satu tempat ke tempat lain serta menyatu dengan kultur setempat. Kulturnya meliputi masyarakatnya, gaya hidupnya hingga cita rasa masakannya.
Umrah anti mainstream berfokus pada tiga hal yakni perjalanan, tradisi dan kuliner. Menurutnya, Saudi merupakan tempat yang tepat untuk larut dalam kultur berbagai bangsa dan menyelami keberagaman ciptaan Allah.
Arab : Etos Kerja dan Nasib Perempuan
Membaca buku ‘Umrah Anti Mainstream’ membuat saya tahu bahwa kultur orang Arab berbeda 180 derajat dibandingkan orang Indonesia. Mereka bekerja lebih santai tanpa mau diburu waktu. Bahkan orang Saudi memiliki tradisi tidur siang mulai abis Zuhur hingga Ashar dan menjadi anggota resmi di kantor-kantor. Meski durasi bekerja selama 10 jam, tapi jika dihitung, masa kerja hanya 6,5 jam saja.
Hampir semua bidang usaha dimiliki warga lokal karena orang asing hanya pekerja atau partner bisnis saja. Orang asing tidak bisa memiliki legalitas usaha tanpa berpartner dengan kafil (penjamin) orang lokal dan pembagiannya minimal fifty-fifty.
Mereka percaya konsep berkah dan rezeki yang bermanfaat. Bahkan memiliki tingkat kepasrahan yang tinggi dan menyadarkan sesuatu kepada Allah. Tingkat kepasrahan ini tampak dalam berbagai perkataan seperti ‘insyaAllah’, ‘Barakallahu fiik’, ‘MasyaAllah’ dan lain-lain. Namun di satu sisi, watak orang Arab cenderung keras tapi hatinya lembut.
Buku ini juga menceritakan kisah Nordin saat dari Mekkah ke Madain Saleh (petilasan kaum Nabi Saleh) di daerah al-Ula, 400 km dari Madinah. Saat mobil terperosok pasir, mobil pertama yang ditemui langsung memberikan bantuan tanpa diminta. Ketika bertemu keluarga Arab yang tak ditemui sebelumnya, air mineral secara gratis tanpa meminta balasan.
Perempuan di Arab Saudi berada dalam dua pihak yang berbeda. Satu sisi terasa begitu mengekang, satu sisi dianggap sebagai bentuk proteksi kepada perempuan. Tapi, bagaimana kenyataannya ?
Perempuan di Arab Saudi tidak dapat bepergian tanpa anggota keluarga. Bila naik kendaraan, perempuan akan mendapat prioritas untuk duduk walaupun masih muda dan terlihat kuat. Ada berbagai tempat yang khusus untuk perempuan agar privasi perempuan dapat terjaga dengan baik.
Jika sebelumnya perempuan di Arab Saudi tidak diijinkan menyetir, kini perempuan diijinkan menyetir dan diputuskan oleh Raja Salman dengan berbagai syarat. Dalam sudut pandang barat, Arab Saudi boleh dibilang sangat konservatif dalam peranan perempuan karena hanya berada dalam lingkup domestik dan hanya sedikit peran dalam publik. Begitulah dunia Arab.
Lalu, Seperti Apa Umrah Tak Terlupakan ?
Sesuai judulnya, buku ini ingin menyampaikan cara umrah tak terlupakan. Dalam buku ini ingin menyampaikan Umrah Anti Mainstream memiliki tiga kata kunci utama seperti yang saya sampaikan sebelumnya yakni menikmati perjalanan, menyelami budaya serta merasakan kuliner.
Menikmati perjalanan umrah dilakukan melalui hal sederhana seperti mengantre di pemeriksaan imigrasi, proses check in yang dilakukan dengan energi positif sehingga perjalanan umrah selalu diliputi energi positif yang tentunya akan mempengaruhi perjalanan umrah. Perjalanan juga bisa dilakukan dengan berkunjung ke situs bersejarah yang menggambarkan sejarah budaya bangsa arab serta sejarah perkembangan Islam di tanah Arab.
Budaya arab yang dibahas dalam buku bisa menjadi pegangan untuk lebih paham bagaimana ketika harus bersikap dengan wraga lokal. Duduk menikmati kopi bersama warga lokal, ngobrol santai sambil melihat orang lalu lalang bisa menjadi pilihan.
Umrah tak terlupakan bisa dilakukan dengan melakukan wisata kuliner khas Arab yang mudah ditemui di berbagai tempat di sudut kota Mekkah, Madinah serta Jeddah. Cita rasa masakan arab yang umumnya lebih pedas serta kaya rempah merupakan salah satu cara untuk bisa menikmati perjalanan umrah.
Secara keseluruhan, saya menilai buku ini mampu menghadirkan pemahaman lebih tentang arab serta kebudayaan serta konsep keterlibatan perempuan di dunia Arab. Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dicerna namun kaya data dan fakta yang menunjukkan penulisnya adalah jurnalis senior sekaligus pengelola biro umrah yang terpercaya. Buku ini juga dilengkapi dengan informasi tempat wisata bersejarah yang bisa dikunjungi hingga oleh-oleh khas.
Namun buku ini akan menjadi semakin menarik jika lebih dapat membahas lebih mendalam tentang umrah anti mainstream seperti pilihan kuliner arab yang menggoda namun pas di lidah. Atau bahkan menulis lebih detail tentang tempat bersejarah seperti Madain Saleh, Jabal Khuraibah, Najran yang jarang dikunjungi jamaah umrah sehingga menjadi alternatif lain saat umrah.
Menarik nih, sayang kurang detail ya, padahal saya ingin baca juga...
Reply Deletejd inget seorang temen yang melakukan umrah mandiri. Buku2 seperti ini saya rasa bisa dibaca lintas agama krn tidak hanya bercerita dari sisi religi tp juga sosial budaya
Reply DeleteKadang, kita kalau yang ngelihat kayak gak percaya sama kerjanya orang2 disana yang sebenarnya pasrah sama rejeki Allah. Seandainya itu di terapkan di Indonesia, kira2 jadi negara maju apa malah mundur yaa?
Reply Deletenah..itu katanya orang arab keras, kalo ingat arab ingat tkw yang disiksa disana..., tapi buku ini menceritakan sisi lain arab ya, orangnya juga berhati lembut..mungkin tergantung oragnya juga..open minded apa nggak dalam bersosialisasi.
Reply Deletebukunya emang udah anti mainstream ya. umumnya buku umroh menjelaskan tentang pelaksanan inti umroh..tapi disini menceritakan tentang budaya dan kuliner..menarik
keren ulasannya mba. aku jadi penasaran pengen baca bukunya juga.
Reply Deletekalo aku umroh lagi, kayaknya aku ragu bisa banyak ekplorasi wisata anti mainstreem secara suami ga mau diajak kemana2 kecuali kalo waktu umrohnya lama banget seminggu lebih misalnya :D
Lengkap juga isi bukunya ya, jadi selain kita akan mendapat pemahaman lebih tentang arab dan kebudayaannya, kita juga akan mendapatkan informasi tempat bersejarah dan juga kulinernya.
Reply DeleteWah iya, saya jadi kepengen umroh membaca ini, meski Arab Saudi sedang melakukan "penutupan' sementara utk jemaah dari seluruh dunia yang ingin beribadah umroh.... Dengan adanya buku2 bacaan yang berkaitan dengan umroh bisa jadi refrensi kalau kita umroh nanti mau ngapain aja di sana..
Reply DeleteKewajiban kita usaha sebaik mungkin, dan hasilnya, memang Allah yg menentukan. Ya, kita memang sebaiknya pasrah atas keputusan Allah. Salut dg mereka. Dan salut juga yg ada jeda istirahat siang untuk tidur dari setelah dzuhur sampai ashar.
Reply DeletePenasaran dg buku Umroh Anti Mainstream ini, terlebih menceritakan budaya Arab. Sungguh menarik.
Saya jadi tertarik mengetahui apa latar belakang penulisnya khusus menceritakan mengenai perempuan Arab ya. Bukannya buku ini untuk menginspirasi orang umroh ?
Reply DeleteOhh baru tau kalau di Arab lebih santai orang orangnya
Reply DeleteUmmi, rajin sekali 2020 masih selalu baca buku dan temanya tentang Umroh ya Alloh smeoga bisa ke sana aamiin makasih nih ummi jadi tahu gambarannya tapi kalau ga detail juga agak kurang ya semoga mAs Nourdin bikin jilid baru
Reply DeleteAku jadi penasaran dengan bukunya, aku suka buku yang ada alur pembukanya ngak langsung to do point masuk ke tema, sempalan cerita di balik tema buku itu kadang bikin wawasan bertambah, aku suka bukunya nih juga tulisan ini...hehehe.
Reply DeleteMenarik bgt ini mbak buku umroh anti mainstream ini mengenai pembahasan perbedaan kultur orang Arab yang berbeda dengan Indonesia perihal waktu yang lebih santai gak terlalu mengejar dunia. Bahkan jika waktu sholat rata-rata toko di sana ditutup. Saya bahkan sempet ngikutin pekerja Indonesia di Arab mengenai perbedaan ritual makan, mereka biasa makan di satu piring besar yang sama.
Reply DeleteUlalaaaa, aku mupeng bacanya Mbaaa
Reply DeleteDan aku puingiiinn bgt umrah sekeluarga tahun ini.
Semoga ALLAH mudahkan.
Semoga corona segera hengkang dari bumi yaa
Jadi menurut mbak Al masih ada yang kurang ya mbak untuk pembahasan dalam buku jika dalam kategori umrah yang tak terlupakan.. tempat kuliner dan tempat membeli oleh oleh menjadi tempat yang banyak dicari saat umrah ya mbak :)
Reply DeleteUlasan buku nya menarik sekali Mbak jadi informasi tentang umroh tergambarkan dengan detail, maka aku jadi penasaran dengan buku ini
Reply Deleteisinya sepertinya sangat menarik untuk dibaca, bahkan oleh saya yang non muslim sekalipun :)
Reply Deleteaku jadi penasaran beneran ama isi buku ini. selalu tertarik baca buku tentang perjalanan umroh yang tidak biasa.
Reply DeleteMeski judulnya ttg umrah..isinya ternyata cukup global ttg kultur arab ya
Reply DeleteIsi bukunya ternyata juga hasil pengamatan penulis, nggak sekadar tips umraah mandiri misalnya. Tapi benar sih kalo penduduk Arab asli tuh baik-baik, suka bagi-bagi makanan, buah, atau minuman. Mereka ramah juga, ngajakin suami ngobrol waktu di masjid. Eh menyarankan punya istri dua, wkwkwkkk
Reply DeleteMasih penasaran dengan LAnya bagaimana cara pengelolaannya. Karena itu jadi komponen terpenting dalam perjalanan umroh.
Reply DeleteBukunya ini kayaknya emang bagus banget ya aku jadi penasaran dan pengen baca juga jadinya bagus ini bukunya...
Reply DeletePengen baca bukunya. Aku tahun 2018 itu umroh mandiri cuman berdua sama suami dan tinggal di apartemen milik orang Arab. Seru banget
Reply DeleteKisah umrohnya menarik ya, mbak. Biasanya umroh tuh fokus ibadah, hotel-masjid-hotel-masjid. Yang ini enjoy banget eksplor daerah sekitar, mungkin karena bolak-balik umroh kali yaa
Reply DeleteDuh bikin penasaran deh bukunya. Jadi keinget sama temenku yang umrah backpacker dan mandiri pula. Katanya lebih seru dan penuh tantangan.
Reply DeleteWah kyknya bukunya apik. Bisa dibeli di Gramedia kah?
Reply DeleteAku jd keinget dulu ada wartawan senior JP bikin buku ttg haji dan aku suka bacanya tapi sayang lupa judul, pengen deh punya buku2 kyk gtu yg semacam buku ini juga. Tambah wawasan soal perjalanan umrah dan bagaimana bisa menikmati prjalanan itu sendiri ya mbak :D
Etos kerja orang Arab sepertinya cocok dengan saya yang juga serba santai hehe
Reply DeleteAku baru tau juga nih kalau orang arab bekerja lebih santai dana da waktu tidur siangnya ya setelah Dzuhur, ini seperti ajaran rosul yang setidaknya tidur 30 menot setelah dzuhur.
Reply DeleteWah baca review buku ini pas baru beberapa hari plg umroh...jd terbayang kembali perjalanan umroh kemarin.. Kalau saya pikir aih setiap perjalanan umroh pasti tak terlupakan...hehe... Aku jd pengen nulis dari sisi ruhiyah nya nih sepertinya kalau baca reviewnya kurang disentuh...atau saya terlewat baca ya..:)
Reply Deletesaya suka membaca hal-hal yang berbau historical, seperti pada buku ini. Apalagi menlihat sudut pandang perempuan di negeri yang lain seperti arab.
Reply DeleteMba, aku juga pengin banget suatu saat bisa ke baitullah bareng keluarga. Doakan ya mba. Bagus juga nih buku Umrah Anti Mainstream ini. Jadi pengin baca juga.
Reply DeleteMba, aku juga pengin banget suatu saat bisa ke baitullah bareng keluarga. Doakan ya mba. Bagus juga nih buku Umrah Anti Mainstream ini. Jadi pengin baca juga.
Reply DeleteMba, aku juga pengin banget suatu saat bisa ke baitullah bareng keluarga. Doakan ya mba. Bagus juga nih buku Umrah Anti Mainstream ini. Jadi pengin baca juga.
Reply DeleteMenarik banget buku ini. Dan yang bikin saya tertarik memang jadinya tentang masyarakat sana. Jadi rasanya kalau bisa ke sana tidak sekadar umroh
Reply DeleteBagus nih bukunya. Sekarang umrah memang lebih mudah sehingga selain umroh kita bisa melakukan beberapa hal lain
Reply DeleteBukunya umum ya melihat dari sudut pandang sosial budaya di Arab selain dari sisi agama,semoga bisa menjejak ke tanah suci, pengennnn
Reply DeleteAku setuju banget deh Mba klo bidang usaha itu seharusnya dimiliki oleh warga lokal atau minimal betpartner dengan warga lokal. Jadi peluang untuk menyejahterakan warganya semakin besar kan tuh.
Reply DeleteNah kan nah kan
Reply DeleteJadi pengen baca detilnya terus nih
Soalnya kami punya cita cita umrah juga dengan anti mainstream. Kali aja diijabah sama Allah untuk bertamu ke Baitullah
wah oke.. ini bagus sepertinya dari review yang ditulis
Reply Deletebisa jadi refrensi nih,, saya ada target sebelum umur 30 mau berangkat umrah. semoga saja ya
Reply DeleteBisa dilakukan jika umrah scr mandiri ya??? Jika dg travel agent hrs mengikuti jadwal dr t.a nya...
Reply Delete