Jalan-jalan ke Benteng Rotterdam, Makassar

Salah satu tempat wisata yang menurut saya wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Makassar adalah Benteng Rotterdam. Dan saya bersyukur bisa berkunjung ke Benteng Rotterdam pada akhir bulan Desember 2019 bersama keluarga. Saya berangkat dari Jakarta bersama papa dan anak saya, Ayyas.

Tepat sehari setelah kedatangan di Makassar, kami langsung ke Benteng Rotterdam. Lokasinya di pusat kota Makassar yakni hanya sekitar 5 menit dari kawasan Pantai Losari yang merupakan salah satu tempat wisata di Makasar. Benteng yang merupakan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke 9 yakni I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa.

Salah satu sudut Benteng Rotterdam

Saat masuk ke museum, kita diminta untuk mengisi buku tamu sesuai dengan yang telah disediakan. Setelah itu, saya dan keluarga (sepupu, anak dan papa) berjalan melangkah dari satu ruangan ke ruangan lain yang ada di Rotterdam.

Pertama, kami langsung menuju ke Museum La Galigo. Ada yang familiar dengan nama La Galigo ? Saya seringkali mendengar buku yang menceritakan tentang La Galigo serta pertunjukan teater La Galigo.  Namun sayangnya, saya belum pernah membaca tuntas tentang La Galigo ataupun menonton pertunjukannya.

 

Benteng Rotterdam

Jadi, pas tahu di Benteng Rotterdam ada Museum La Galigo, saya pun memutuskan untuk memasuki museum itu. Untuk tiket masuk per orang hanya Rp 5000. Berdasarkan informasi dari Museum La Galigo, museum ini dibangun pada 1938 dengan didirikannya Celebes Museum oleh pemerintah Nederlandsch-Indie di Makassar. Kemudian pada tahun 1970 berganti nama menjadi Museum La Galigo.

Mengapa dinamakan La Galigo ?

La Galigo adalah karya sastra klasik dunia yang besar dan terkenal serta berkultur dalam bentuk naskah tertulis berbagasa Bugis yang disebut Sure’ Galigo. Nah, Sure’ ini mengandung nilai-nilai luhur, pedoman ideal bagi tata kelakuaan.

Lalu, ada apa saja di Museum La Galigo? Bagi saya, jika ada yang ingin tahu sejarah dan budaya Sulawes Selatan, museum ini bisa menjadi rekomendasi. Misalnya informasi soal jaman budaya Islam. Dalam museum ini diceritakan bahwa Islam masuk ke Sulawesi Selatan pada masa pemerintahan raja Gowa IX Karaeng Tunipallanga. Beberapa peninggalan masa Islam misalnya masjid, tasbih hingga Al Quran yang ditulis tangan.

 

Mejeng di depan Museum La Galigo

Lalu ada juga miniatur rumah adat tradisional suku bugis Makassar di Sulawesi Selatan. Bagi masyarakat Makassar pembangunan rumah, lokasi, arah rumah, semuanya dihubungkan dengan kepercayaan turun temurun. Tiga bentuk rumah Bugis Makassar menurut lapisan sosial penghuninya adalah :

• Saoraja yaitu bangunan istana bangsawan yang mempunyai tangga bertingkat pada bagian bawah
• Sao pitik, bangunan agak kecil dan mempunyai dua bubungan dan tidak memakai sapana
• Bola, rumah rakyat pada umumnya bagi orang bugis Makassar

Dapur tradisional Sulawesi Selatan serta perlengkapannya pun di ditampilkan di museum La Galigo ini. Dapurnya berbentuk segi empat mengikuti falsafah hidup orang Bugis Sulapa Eppa yang berarti sesuatu yang paling sempurna itu berbentuk segi empat. 

Bagian museum La Galigo 

Adapun dapur orang Makassar selain berbentuk segi empat, ada yang berbentuk trapezium sama kaki artinya ukuran keliling dapur ini diambil dari tiga keliling kepala suami yang empunya rumah.

Setelah itu kami pun melangkahkan kaki menuju sudut-sudut Benteng Rotterdam. Selain itu, kami pun berhenti sejenak untuk sekedar berfoto bersama menikmati keindahan sudut-sudut Benteng Rotterdam.

 

Mejeng di salah satu sisi Benteng Rotterdam

Oh ya, karena kami datang ke Benteng Rotterdam ini di pagi hari, suasananya masih lebih sejuk dan tak terlalu panas. Selain itu, di kawasan Benteng Rotterdam ini juga banyak pohon-pohon yang besar yang membuat suasananya terasa lebih asri. Hanya saja, saat datang ada banyak iklan minuman dan banyak logo-logi dipasang di beberapa bangunan sehingga terasa agak sedikit menganggu bagi saya.

Ada yang sudah pernah ke Benteng Rotterdam di Makassar ?