Mencicipi Enaknya Sop Ubi, Kuliner Khas Makassar

“Chi kalau ke Makassar harus nyoba sop ubi,” kata ibu da, tante saya. Apa? Sop ubi? Setahu saya kuliner Makassar ya seperti coto makassar, sop konro, es pisang ijo. Kayak gimana tuh sop ubi? Apakah sopnya terbuat dari ubi?

Berbagai pertanyaan kemudian menghinggapi saya tentang sop ubi. Ketika saya sampaikan ke sepupu yang menemani, Ayu, dia mengaku sudah lama tak ke sop ubi, kuliner khas Makassar ini. “Tapi nanti dicari, chi,” kata Ayu.

Sop ubi 

Penasaran, saat ke Makassar akhir Desember 2019, saya menyempatkan diri mencoba sop ubi, kuliner khas Makassar. Sebelum ke sop ubi, kami istirahat di kawasan sekitar masjid terapung dan masjid 99 kubah sambil menunggu papa dan adik sepupu saya, Yahdi yang menunaikan shalat Jumat.

Setelah mereka usai shalat, kami pun meluncur ke sop ubi ini. Lokasinya hanya sekitar 5 menit naik mobil dari pantai losari. Lokasi rumah makan sop ubi ini agak terpencil yakni di lorong. Makanya, orang kadang juga lebih mengenalnya dengan nama sop ubi lorong.

Gang menuju sop ubi lorong

Sop ubi yang saya coba adalah sop ubi Hajjah Haniah yang telah ada sejak tahun 1963. Saya senang setiap kali datang ke suatu daerah, pasti menyempatkan diri untuk mencoba kuliner khas yang melegenda. Kemampuan mereka untuk mempertahankan kuliner khas menurut saya harus di apresiasi karena merupakan bagian sejarah daerah yang harus dipertahankan.

Bagian depan rumah makan sop ubi 

Mobil yang saya tumpangi sempat mutar kawasan itu dua kali karena nggak ada tempat parkir. Namun akhirnya kami parkir di seberang jalan yang kebetulan lagi kosong. Lorong menuju rumah makan sop ubi Hj Hasanah ini hanya cukup dilewati oleh satu orang. Sehingga harus bergantian untuk melewati lorong itu. Walaupun lokasinya yang seperti ini, sop ubi ini sangat dinikmati dan menjadi salah satu kuliner khas Makassar.

Saya sekeluarga 

Bangunan rumah makan Sop Ubi Hj Hasanah adalah bangunan dua lantai sederhana. Lantai pertama adalah ruang makan yang bisa menampung hingga lebih dari 15 orang. Saya memesan seporsi sop mie seharga Rp 25 ribu. Ayyas dan beberapa sepupu saya memilih untuk tidak memakai ubi. “Namanya sop ubi ya pakai ubi dong harusnya,” kata saya.

Namun karena seleranya minta tanpa ubi, akhirnya pun memesan sesuai pesanan. Pesanan tiba tak lama setelah kami memesan. Pas pesanan tiba, saya mengira sop ubinya porsinya sedikit. “Kayaknya harus makan lagi deh abis makan sop ubi ini,” pikir saya.

Eh teryata dugaan saya keliru!

Review Sop Ubi, Kuliner Khas Makasar

Satu porsi sop ubi kuliner khas Makassar ini teryata banyak banget menurut saya. Bayangkan saja, selain bihun ada juga potongan-potongan ubi kukus yang ukurannya nggak begitu besar tapi banyak. Belum lagi ditambah sebutir telur rebus yang pastinya sangat mengenyangkan.

Ubi ini seperti pengganti nasi ataupun kentang. Jadi, kalau sudah memesan sop ubi lengkap dengan ubinya, saya sarankan untuk tidak menambah nasi karena beneran kenyang banget!

 

Awalnya juga saya mengira sop ubi ini seperti sop biasa. Kayak sop ayam begitu. Teryata dugaan saya lagi-lagi keliru. Kuah sop ubi yang bening tanpa santan menjadi semakin enak dan rasanya lebih ‘ringan’ di lidah. Bawang gorengnya cukup banyak dan bagi saya yang tak terlalu suka bawang goreng, mau tak mau harus menyingkirkan dulu sebelum menikmati seporsi sop ubi.

Satu suapan pertama membuat saya merasa bahwa sop ubi ini enak. Dan hingga suapan terakhir, saya akan menyesal mengapa baru sekarang mencoba makan sop ubi ini. Dan saya nggak tahu kalau sop ubi ini adalah kuliner yang khas dari Makassar. Andaikan tahu, saya akan mencoba kuliner ini sejak awal pertama kali tiba. Untuk minum, ada berbagai minuman seperti minuman cepat saji dan lain-lain.

Kalau ada kesempatan ke Makassar, saya sarankan untuk mencicipi sop ubi ini. Teman-teman ingin mencicipi sop ubi, kuliner khas Makassar ?

Tampilan yang menggugah selera