Anak perempuan berusia 3 tahun
itu tertidur di kasur. Di lehernya, terdapat alat bantu bernafas. Ya, anak
perempuan bernama Putri itu tak bisa bernafas seperti layaknya orang biasa.
Namun ia harus dibantu dengan alat bantu yang terpasang di lehernya.
Siapa yang melihatnya tentunya
jatuh iba dengan kondisi yang dialami Putri. Apalagi Ervina, sang ibu yang
selama ini selalu mendampingi dan membantu kegiatan Putri. Ervina tentunya tak
pernah menyangka, buah hatinya ini harus menderita sakit pneumonia (infeksi
paru). “Sebelumnya, saya tak tahu apa
itu pneumonia,” kata Ervina.
Tapi lebih dari empat hari
demamnya tak kunjung hilang, Putri pun dibawa ke klinik dekat rumah. Tapi tak
kunjung reda juga demamnya. Bahkan hingga berpindah dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lainnya, demam Putri tak kunjung mereda.
Putri dan Ibu Ervina yang hingga kini masih membutuhkan bantuan |
Hingga ketika Putri diperiksa di rumah sakit di kawasan Pesanggrahan, Jakarta, baru diketahui penyakit yang dialaminya. “Teryata anak saya didiagnosis kena Pneumonia,” kata Ervina. Sakit pneumonia yang kemudian membuat Putri harus langsung dirawat selama dua hari agar demamnya turun dan disarankan untuk minum paracetamol 8x sekali.
Tak lama kemudian, Putri
tersendak karena ada obat yang masuk ke paru-parunya. Pagi itu, sekitar pukul
4, Putri harus dibawa ke RS Tarakan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Teryata,
Putri didiagnosis gagal pernapasan sehingga harus dimasukkan alat ventilator.
Kesedihan tak berhenti sampai
disitu. Putri koma selama 20 hari dan membuat Evrina dan sang suami tak
henti-hentinya menangisi nasib yang dialami buah hatinya. Ketika sembuh dan
pulang ke rumah, tubuh Putri membiru dan membuatnya harus masuk rumah sakit
lagi.
Kini, hidup Putri tergantung
dari tabung-tabung oksigen berukuran raksasa yang ada di kamarnya. Untuk biaya
pengobatan Putri setiap bulan, Ervina harus mengeluarkan dana hingga Rp 2,5
juta. Ini belum termasuk biasa isi tabung oksigen sebesar Rp 80 ribu per bulan.
Kondisinya sebagai ibu rumah
tangga dan suami hanyalah sopir taksi, membuatnya harus mencari bantuan untuk
pengobatan Putri. Apalagi ia masih harus mengurus dua adiknya (satu masih dalam
kandungan). “Saya bersyukur dapat bantuan untuk bisa membeli obat-obatan
Putri,” katanya.
Namun, dengan kondisi yang dialami oleh Putri, Ervina tahu bahwa dia tidak boleh anggap remeh demam. Demam yang selama ini dianggap penyakit biasa, teryata berdampak serius jika tidak tertangani dengan baik dan bisa menyebabkan kematian.
Hingga kini, Ibu Ervina masih membutuhkan bantuan pengobatan serta doa untuk kesembuhan Putri, buah hatinya agar bisa bebas dari sakit pneumonia
Namun, dengan kondisi yang dialami oleh Putri, Ervina tahu bahwa dia tidak boleh anggap remeh demam. Demam yang selama ini dianggap penyakit biasa, teryata berdampak serius jika tidak tertangani dengan baik dan bisa menyebabkan kematian.
Hingga kini, Ibu Ervina masih membutuhkan bantuan pengobatan serta doa untuk kesembuhan Putri, buah hatinya agar bisa bebas dari sakit pneumonia
Tentang Penyakit Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang
kerap kali dianggap enteng namun teryata berdampak kematian. Penyakit pneumonia
ini bisa dialami siapa saja, pada usia berapa saja dan dialami di berbagai
wilayah. Di dunia, pneumonia ini adalah penyebab utama kematian pada anak
balita.
Bahkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2016 menunjukkan, 16% kematian anak disebabkan oleh pneumonia. Bahkan, 99 persen kematian anak yang disebabkan oleh pneumonia terjadi di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Pneumonia bahkan merupakan pembunuh utama balita di dunia. Jumlah ini lebih banyak dari AIDS, malaria, dan campak sekaligus.
Bahkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2016 menunjukkan, 16% kematian anak disebabkan oleh pneumonia. Bahkan, 99 persen kematian anak yang disebabkan oleh pneumonia terjadi di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Pneumonia bahkan merupakan pembunuh utama balita di dunia. Jumlah ini lebih banyak dari AIDS, malaria, dan campak sekaligus.
Di Indonesia, pneumonia adalah
salah satu penyebab utama kematian balita (15,5%). Menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan tahun 2013, angka kejadian pneumonia meningkat dari 2,1%
menjadi 2,7% pada tahun 2007 dan 2013. Bahkan, setiap 1 menit, dua balita
meninggal (2500 jiwa per hari) disebabkan oleh pneumonia.
Penyakit pneumonia dialami
oleh buah hati Mama AR di Sumba dan Ibu SA di Jakarta. Walapun dipisahkan oleh
jarak, tapi keduanya memiliki satu persamaan yakni anak terdiagnosis terkena pneumonia. Saya
mulai dengan kisah mama AR yang pada tahun 2017 harus menyaksikan sang anak
yang berusia tiga tahun merenggang nyawa karena pneumonia. Semua berawal ketika
sang anak batuk dan pilek.
Sumber : Save The Children |
Kisah Ibu SA di Jakarta Utara
pun tak kalah pilu. Semuanya bermula ketika anaknya yang berusia tiga tahun
mengalami panas dan batuk serta nafasnya yang tersenggal-senggal. Dokter di
puskesmas yang terletak tak jauh dari rumah.
Dan teryata, sang anak terkena pneumonia. Ketika dilakukan pengecekan ke
rumah, teryata memang tak ada yang merokok. Namun teryata selama sang ibu pergi
bekerja, anak dititipkan ke rumah pamannya yang merokok. Dan inilah yang
mengakibatkan sang anak mengalami pneumonia.
Dua kisah di atas diceritakan
Selina Patta Sumbung Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save The
Children saat launching kampanye STOP Pneumonia yang didukung oleh Save The
Children pada 18 Agustus di kawasan Kota Tua, Jakarta dan disiarkan oleh Ruang
Publik KBR. Selain Ibu Selina, ada narasumber lain yang dihadirkan yakni :
- Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A Ikatan Dokter Anak Indonesia
- Dr. Erna Mulati MSc. CMFM - Direktur Kesehatan Keluarga, Direktorat Jenderal Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI, dan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular P2PM
- Bayu Oktara - Public Figure, Bapak 3 anak
“Pneumonia itu bisa dicegah
jika kita sadar dan membawa anak ke fasilitas kesehatan,” kata Ibu Selina.
Selain itu, fasilitas kesehatan juga harus mudah di akses, cepat penanganan
serta dilengkapi dengan petugas kesehatan yang terlatih. Selain itu, faktor
lingkungan yakni perilaku dan lingkungan juga berpengaruh besar terhadap
penumonia.
Apa yang akan terjadi jika
pneumonia tidak dicegah? Teryata, ini akan mengakibatkan 11 juta anak akan
mengalami kematian akibat pneumonia di tahun 2030.
Pneumonia : Gejala, Pencegahan dan Pengobatan
Lalu, apa yang dimaksud dengan
penyakit pneumonia? Menurut dr Madeleine, pneumonia adalah penyakit yang
menyerang paru-paru anak-anak hingga orang dewasa. Penyakit ini bisa disebabkan
oleh infeksi paru, infeksi bakter, infeksi jamur yang menyebabkan peradangan
pada paru anak. Akibatnya, anak pun mengalami sesak napas, nafas
tersenggal-senggal dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Mengapa pneumonia di Indonesia
masih banyak dialami di Indonesia ? Pertama karena informasi dan sosialisasi
tentang penumonia itu masih sedikit. Bahkan ada banyak yang belum tahu apa itu
pneumonia.
Gejala pneumonia pada balita
adalah :
- Nafas cepat
- Batuk
- Nafas sesak
Untuk menghitung nafas anak
bisa dilakukan saat anak sedang tidur. Caranya, lihat dada anak dan hitung
gerakan nafasnya selama satu menit. Untuk anak di bawah dua bulan, batasnya
adalah 60 kali napas pemenit. Sedangkan untuk anak usia 2 bulan hingga 12 bulan
atau setahun, tak boleh lebih dari 50 kali per menit. Sedangkan anak usia 1-5
tahun tidak boleh lebih dari 40 kali per menit.
Deteksi dini ini, menurut
dokter bisa dilakukan juga di puskesmas sehingga bisa untuk penanganan lebih
cepat agar tak semakin fatal. “Makanya memang penting edukasi dini,” kata
dokter Madeleine.
Untuk pengobatan pneumonia,
diharapkan keluarga bisa langsung membawa anak ke puskesmas atau layanan
kesehatan terdekat untuk segera mendapat penanganan kesehatan sehingga tak
berdampak fatal. Nantinya, aparat kesehatan memberikan pelayanan kesehatan
untuk pengobatan anak.
Saya dukung STOP Pneumonia |
Di lain pihak, untuk
meningkatkan kesehatan anak serta terhindar dari pneumonia, anak harus mendapat
ASI Ekslusif hingga 6 bulan dan dilanjutkan MPASI hingga 2 tahun. Selain itu,
anak pun harus mendapat imunisasi dasar lengkap serta kecukupan gizi.
Faktor lingkungan juga sangat berperan seperti menghindari anak dari asap rokok serta polusi udara, sanitasi di rumah tercukup sehingga perputaran udaranya lebih baik. Dan jangan lupa untuk menerapkan gaya hidup sehat seperti cuci tangan pakai sabun agar terhindar dari berbagai penyakit.
Faktor lingkungan juga sangat berperan seperti menghindari anak dari asap rokok serta polusi udara, sanitasi di rumah tercukup sehingga perputaran udaranya lebih baik. Dan jangan lupa untuk menerapkan gaya hidup sehat seperti cuci tangan pakai sabun agar terhindar dari berbagai penyakit.
Peran Keluarga dan Pemerintah untuk STOP Pneumonia pada Anak
Jangan abaikan peran keluarga
untuk menghentikan dan mencegah pneumonia. Keluarga harus dapat mengetahui
tentang pneumonia, mengetahui gejalanya serta upaya pencegahan agar anggota
keluarganya tak alami pneumonia.
Keluarga tidak hanya identik
dengan peran ibu yang seringkali dianggap yang lebih bertugas untuk mengurus
anak. Tapi juga ada peran ayah yang bekerja bersama ibu untuk mendukung untuk
meningkatkan kesehatan anak serta mencegah agar anak terhindar dari pneumonia.
Saya dan Ayyas, anak saya yang kini usia 10 tahun |
Lalu, bagaimana caranya ? Bayu Oktara, public figure dan juga ayah tiga orang anak mengatakan, anak juga harus didukung penuh kesehatannya oleh ayah dan ibu. Pemberian ASI kepada anak juga membutuhkan peran sang ayah. Ia misalnya bahkan kerap memberikan pijatan-pijatan buat sang istri yang memberikan ASI. Selain itu, urusan rumah tangga pun membuat ia tak ragu untuk ikut andil membantu.
Seorang ayah juga harus
memperhatikan gizi keluarga, terutama anak. Serta mendukung pemberian imunisasi
dasar lengkap untuk anak. “Kalau anak sakit, ayah juga harus membantu ibu
merawat anak,” katanya.
Saya bersyukur memiliki suami yang juga mendukung pemberian ASI, MPASI (Makanan Pendukung ASI) hingga membantu menjaga anak. Saya masih ingat ketika masih masa pemberian ASI, suami pun tak segan untuk membantu mengurus rumah tangga. Bahkan rela serta tanpa mengeluh untuk diminta bangun di tengah malam untuk membantu menjaga anak.
Pemberian MPASI kepada anak pun dilakukan saya dan suami. Kami berdua turut bersama memasak MPASI serta memberi makan anak. Bayangkan jika suami tak membantu, tentu saya sebagai seorang ibu pun akan kerepotan untuk menjaga anak serta memberikan pemenuhan ASI serta merawat anak. Bukankah tugas menjaga anak adalah tugas bersama dan bukan hanya tugas seorang ibu ?
Pemerintah pun mengemban tugas yang tak mudah namun harus dilakukan. Pemerintah harus memastikan fasilitas kesehatan tersedia dan dapat memberikan pelayanan sesuai standar. Di samping itu, pemerintah telah mengeluarkan regulasi untuk meningkatkan kesehatan sehingga anak bisa terhindar dari pneumonia.
Pemberian MPASI kepada anak pun dilakukan saya dan suami. Kami berdua turut bersama memasak MPASI serta memberi makan anak. Bayangkan jika suami tak membantu, tentu saya sebagai seorang ibu pun akan kerepotan untuk menjaga anak serta memberikan pemenuhan ASI serta merawat anak. Bukankah tugas menjaga anak adalah tugas bersama dan bukan hanya tugas seorang ibu ?
Pemerintah pun mengemban tugas yang tak mudah namun harus dilakukan. Pemerintah harus memastikan fasilitas kesehatan tersedia dan dapat memberikan pelayanan sesuai standar. Di samping itu, pemerintah telah mengeluarkan regulasi untuk meningkatkan kesehatan sehingga anak bisa terhindar dari pneumonia.
Beberapa kebijakan yang
dikeluarkan adalah dukungan terhadap pemberian ASI Ekslusif, pemberian MPASI
(makanan Pendamping ASI) setelah anak berusia 6 bulan, anak mendapat imunisasi dasar
lengkap serta kecukupan pemenuhan nutrisi yang tepat untuk anak. “Bukan orangtua yang bijaksana jika anak tak
mendapatkan imunisasi,” ungkap dokter Madeleine
Kolaborasi Berbagai Pihak untuk Mendukung STOP Pneumonia
Mungkin teman-teman telah
familiar dengan Save The Children. Organisasi yang berdiri di Inggris ini
memberikan komitmen serta peran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terutama orangtua tentang perlindungan kesehatan anak termasuk untuk pencegahan
dari penyakit pneumonia.
Ada kolaborasi yang harus
ditingkatkan serta berkesinambungan antara orangtua, pemerintah, tenaga medis
dan organisasi masyarakat seperti Save The Children untuk mencegah serta
menghentikan penyakit pneumonia di Indonesia. Orangtua yang terlibat pertama
kali untuk melindungi anak dari pneumonia, pemerintah mengeluarkan regulasi, dokter
memberikan informasi bahaya pneumonia serta Save The Children yang ikut
mengkampanyekan dukungan untuk stop pneumonia.
Kampanye ini dilakukan dengan
sosialisasi pneumonia di berbagai pihak dengan berbagai cara yang mudah
dipahami. Untuk kampanye ini, Save The Children memiliki tagline yang selalu
disampaikan yakni STOP Pneumonia. Apa itu STOP Pneumonia ?
- S : ASI Ekslusif hingga 6 bulan dan ditambah MPASI hingga dua tahun
- T : Tuntaskan imunisasi
- O : Obati anak jika sakit
- P : Pastikan kecukupan gizi anak
Keseluruhan ini sangat tepat
untuk pencegahan penyakit pneumonia serta menghentikan pneumonia. Kalau bukan
kita yang peduli, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi harus hentikan
pneumonia ?
Apa langkah yang dilakukan
teman-teman untuk STOP Pneumonia ?
Duh sedih banget sih baca kisahnya putri. Kalau itu anak saya dah mewek sepanjang masa. Mana ortunya supir taksi pula.. huhuhu.. memang harus tanggap dan cepat periksa kalau anak sudah demam ga berhenti. Insya Allah STOP peunomia sudah dilakukan tuh, Mba Alhamdulillah
Reply DeleteIYa mba. KIta doakan ya PUtri lekas sembuh ya mba. Dan anak anak nggak ada yang kena penumonia
Reply Deleteaku pun mendukung STOP Pneumonia pada anak, duh aku gak tega kalau lihat anak balita sakit. Jadi ini tuh bisa dicegah dengan pemberian ASI eksklusif, rajin vaksin, dan kecukupan gizi pada anak ya kak? Banyak sepertinya orangtua yang harus diedukasi soal ini ya.
Reply DeleteIYa edukasi seperti ini yang harus kita tingkatkan ya mba
Reply DeleteSemoga anak2 terhindar dari pneumonia ya...penyakit yang rentan dialami anak2 da m sangat fatal
Reply DeleteAamin atas doanya mbaa
Reply DeleteAku sadar pneuomoni ini karena dua keponakan pernah kenak. Begitu punya anak, jadi ngeh dan waspada sama penyakit ini.
Reply DeleteTernyata peran suami sangat berpengaruh pada kondisi dan situasi kesehatan isteri dan anaknya ya. Suami kudu siap siaga, bukan sekadaer kepala keluarga yang mencari nafkah tapi mendukung peran ibu dalam memberi ASI pada bayi minimal 6 bulan hingga 2 tahun. STOP Pneumonia mesti disosialisasikan dg baik agar masyarakat paham dan merealisasikannya.
Reply DeleteKasihan Putri, anak sekecil itu harus menanggung sakit luar biasa. Mdh2an ortunya sabar dan dimudahkan jalan untuk mendapatkan biaya perawatan tiap bulan
Reply DeleteAaaamin ya Allah mas Kiki . Makasih
Reply DeleteDuh sampai koma 20 hari ya. Kebayang panik dan sedihnya. Semoga anak-anak sehat selalu ya. Jangan sampe terkena pneumonia.
Reply DeleteYa Allah, kak Lid...
Reply DeleteNuhun informasinya.
Aku kalau anak-anak demam memang tenang, seringkali 1-2 hari pertama malah ikhtiarnya pakai madu dulu.
Seremnya...
Kadang kalau ke Rumah Sakit yang kurang tenaga medis, pmeriksaannya kurang detil.
Semoga Allah lindungi semua anggota keluarga kita dari penyakit Pneumonia ini...
Aamiin~
Semoga banyak tulisan mengedukasi masyarakat mengenai sakit pneumonia ini...
Reply DeleteKarena gejalanya terlihat sepele yaa, kak...
Semoga indonesia merdeka dari peneumonia dari desa sampai kota ya kak. Karena.sesungguhnya penyakit ini bisa disembuhkan.
Reply DeleteAstaghfirullah.... kasian ya mba anak2 kecil yg kudu menanggung akibat dari sikap orang dewasa di sekitarnyaa
Reply DeleteSemoga STOP pneumonia ini bisa bergulir ke seluruh Indonesia sehingga setiap keluarga paham tentang apa dan bagaimana penanggulangannya
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Ya Allah, nangis saya baca kisahnya putri.
Reply DeleteSemoga angka kematian karena pneumonia ini semakin menurun, tingkat kesehatan anak balita semakin baik. Tentunya perlu peran serta semua warga masyarakat ya mbak
Betul banget mba
Reply DeleteSemua pihak kudu bahu membahu untuk stop pneumonia
Hancur rasanya melihat Anak apalagi Bayi yang harus berjuang karena Pneumonia. Semoga kedepannya angka kematian karena penyakit ini terus berkurang. Ini harus menjadi concern kita bersama untuk mencegahnya, terutama karena ini merupakan salah satu penyakit mematikan, gak hanya membahayakan Anak, namun dari segala usia :(
Reply Delete
Reply DeleteYaa Allah kisahnya 😢. Jadi pelajaran banget buat kita semua. Sedih banget melihat anak yg masih terlalu kecil utk merasakan penumonia. Smg kita dan keluarga kita sehat selalu. Aamiin
Kasihan adik-adik korban pneumonia, saya pun mendukung STOP pneumonia pada anak. Dan ternyata ASI eksklusif dan MPASI yang baik bisa bermanfaat sebagai tindak pencegahan. Thanks infinya kakak 🙏
Reply DeleteASI beneran membantu banget mba, anak saya pertama dan kedua keliatan banget bedanya.
Reply DeleteYang anak kedua, kalau sakit semacam ASI itu obatnya.
Kalau anak pertama mah, sakit means DSA hahaha
Punya bayi itu yang bikin degdegan tuh ya pneumonia, sampai-sampai setiap anak batpil, saya terjaga semalaman cuman buat ngitungin nafasnya hahahah
Semoga anak Indonesia bisa bebas Pneumonia :)
Edukasi masyarakat mengena pneumonia memang penting karena pada dasarnya bisa ditangani secara cepat jika diketahui lebih dini lagi gejalanya. Terima kasih sudah nulis ini, saya sebagai ibu selalu bertanya apa yang harus dilakukan karena hidup rentan dengan penyakit dari sekitar.
Reply DeleteLangah yang aku lakukan untuk stop Pneumonia dari 4 langkah InsaAllah semua bisa dilakukan.. mengingat anak anak sudah bukan balita lagi, maka yang bisa saya lakukan adalah memastikan kecukupan gizi anak anak dan langsung obati anak jika sakit.
Reply DeleteTemenku blm lama ini kehilangan anaknya yg blm genap berusia 3thn akibat pnemonia yg terlambat diketahui. Pnemonia ini sering dianggap sbg batuk pilek biasa pdhal lebih parah efeknya. Krn itu,aku sekarang waspada terhadap batuk pilek
Reply DeleteDi rumahku suami ngerokok klo habis makan dan di luar. Jauh juga dari lingkungan rikok karena jarak dengan tetangga cukup luas. Binar pernah gejala hanyackarena ketularan batuk abang Pendar. Batuk biasa, 3hr batuk Abang Pendar sembuh eh kok ke Binar jadi infeksi saluran nafas. Alhamdullilah dibawa ke dsa trus 3x therapi sembuh
Reply DeleteHaduuh, akutu miris kalo liat anak kecil batpil kelamaan ya, khawatir ke pneumonia, kasian apalagi kalo pas sesek. Kita aja orang dewasa merasa sakit dan panik apalagi anak balita.
Reply DeleteSemoga mamah2 muda atao yang mau punya anak lebih sadar akan pentingnya ASI eksklusif ya, cuss ah budayakan STOP muali dari sekarang.
Makasih infonya Maak.
Ya Allah terharu dan sedih banget ini bacanya. Semoga Terget tercapai. Sehingga penyebab kematian pada anak ini segera berkurang ya. Amin.
Reply DeleteUntuk yg jauh dr puskesmas langkah apa yg diambil pemerintah Mbak? Karena taruhannya memang nyawa kalo udah kena pnemonia
Reply DeleteSedih baca kisahnya Putri. Nggak bisa bayangin bagaimana perasaan ortunya. Semoga Putri segera sembuh.
Reply DeleteDeteksi dini memang penting banget untuk mencegah pneumonia ini dan jika memang terkena bisa segera diobati.
Mba, kalo anak udah terkena pneumonia ini, apakah bisa sembuh total atau penyakitnya bisa sewaktu-waktu kambuh seperti halnya batuk atau flu?
Reply DeleteNgga disangka ya, gejala awalnya hanya demam biasa dan ternyata pneumonia dan sampai dibantu alat pernafasan :(
Reply DeleteSaya malah baru tahu tentang pneumonia ini dari tulisan Mbak ini. Sering dengar tapi nggak begitu aware. Ternyata penyakit yang mematikan juga. Saya jadi harus waspada dengan gejala-gejalanya.
Reply DeleteSetuju, pencegahan lebih baik dari pengobatan!
Reply DeleteItulah kenapa penting edukasi dini .
Dimulai dari diri sendiri, mulai saat ini
Seringkali karena ketidaktahuan orangtua, anak menjadi korban. Pneumonia ini harus dicegah dan ditanggulangi jika sudah terkena. Semoga para oragtua semakin sadar tentang bahaya merokok ya, dan mengutamakan kebutuhan penting anak seperti ASI, imunisasi, gizi dan mengobati anak jika sakit.
Reply DeleteDuug aku bacanya sedih.... Memang jadi ibu tuh susah-susah gampang. Jagain anak aja harus ekstra hat-hati dan peka luar biasa. Semangat mom
Reply DeleteBerarti saat anak demam, panas, harus sigap dan cepat diberikan perawatan yang tepat dengan membawa ke puskesmas, tenaga medis. Karena saat anak panas, resikonya besar sekali. Salah satu contohnya kisah putri ini, yang terkena Pneumonia.
Reply DeleteSmg kita semakin aware dengan gejalan pneumonia pada anak. Sehingga mampu mendeteksi serangan penyakit ini sedini mungkin. Trimksh mbak sharingnya.
Reply DeleteMembaca kasus Putri jadi iba mba, kasihan anak sekecil itu harus menderita pneumonia. Jadi tahu apa sebenarnya pneumonia itu.... ternyata penyakit yang berbahaya dan tidak boleh dianggap remeh. Memang benar peran orang tua dan orang-orang terdekat sangat penting untuk mencegah penyakit ini, disamping faktor gizi juga harus menjadi prioritas bagi anak-anak dimasa pertumbuhan. TFS ya mbak
Reply DeleteDuh...sedih banget baca kisah Putri dan anak2 yg terkena pneumonia ini.. Semoga sosialisasi gencar bisa mencegah korban lebih banyak lagi..
Reply DeletePnemonia memang tidak boleh dianggap enteng dan harus segera ditangani. Semoga anak -a anak dan keluarga kita selalu sehat ya
Reply DeleteTerkadang kita menganggap enteng batuk dan pilek. Padahal itu bisa saja merupakan salah satu tanda pneumonia ya...
Reply DeleteSemoga saja dengan program ini, banyak orang tua yang peduli dengan gejala pneumonia dan berusaha mencegah pneumonia.
Wah ilmu baru nih untuk aku kalau sudah jadi ibu nantinya. Penting banget emang mencegah ini dan tentunya juga didukung oleh banyak pihak terutama pasangan kita.
Reply DeleteSedih banget baca awal tulisan ini. Apalagi pas lihat foto Putri. Nggak tega melihatnya. Pneumonia serem banget ternyata. Ciri-ciri awalnya kayak demam dan batuk biasa. Kudu waspada kayaknya ya.
Reply DeleteSalah satu penyakit yang menyeramkan mba, anakku waktu berusia 2tahun pernah di diagnosis Pneumonia. Saat itu hati hancur bangeet alhamdulillah semua itu bisa terlewatkan dengan baik
Reply DeleteKalau mengalami demam begini ga boleh diremehkan mbak ya. Harus segera dapatin penanganan yg lebih intensif lagi. Semoga Adek Putri lekas sembuh. Aminn
Reply DeleteSemua orang tua terutama Ibu pasti sedih banget kalau anaknya sakit, yang sabar ya putri Dan mamanya juga. Semoga lekas sembuh Dan main dengan teman-temanmu.
Reply Deletekasihan baca kisahnya. Mak dari itu sosialisasi pencegahan pneumonia perlu disebarkan luaskan wajib banget ini mah. Apalag daerah pedesaan. Semoga yang mengidap ini diberikan kesembuhan aamiin
Reply DeleteButuh perhatian serius nih untuk mencegahnya, karena belakangan banyak anak yang terkena pneumonia.
Reply DeleteBener banget, Mbak, kita butuh edukasi tentang penyakit satu ini. Rasanya nggak tega membaca kisah penderita pneumonia. Apalagi saya punya dua balita, aduh jadi harus lebih peduli dan waspada aja nih. Thanks ya, Mbak, informasinya.
Reply DeleteAnakku keduaku kena pneomonia saat usia 8 bulan dan baru sembuh total saat umur 5 tahun :( sejak saat itu aku selalu aware dengan gejala2 pneomonia
Reply DeleteSerem ya kalau udah Pnemonia pada anak karena bisa mengakibatkan kematian, semoga aja ya edukasi mengenai pnemonia ini bisa meluas agar banyak lrang tua tau mengenai hal ini.
Reply DeletePenyakit Pneumonia ini aku ngertinya di tempat lembab, kayak di Eropa gitu. KEbanyakan nonton drama akutuh. Ternyata di Indonesia mash banyak yang menderita penyakit ini ya,mbak. Dan ASI menjadi pelindung anak-anak dari Pneumonia, jadi harus didukung nih pemberian ASI eksklusif
Reply Deletepneumonia ini meskipun sudah berobat sekian bulan lalu dokter bilang udah bersih dan bisa distop pengobatannya tapi tetap gak akan pulih total seperti sedia kala, misal ada pemicu seperti asap pasti batuk-batuk, jadi kasian banget, bener banget ya kak lebih baik dicegah daripada diobati,
Reply DeleteSemoga banyak masyarakat yang tahu akan bahaya penyakit ini ya mba, yuk kita sama" sebarkan cara penanganan dan pencegahanya
Reply DeletePenyakit ini lebih banyak menyerang pada anak ternyata ya mbak, aku baru browsing soalnya.
Reply DeleteAnakku pernah kena pneuomonia waktu umur 2 bulan, saat imunisasinya belum lengkap. Penyebabnya saudara yang nengokin ke rumah. Rasanya dunia mau runtuh waktu itu, karena sampai harus masuk PICU, fungsi paru-paru tinggal 60%. Alhamdulillah tim dokternya hebat, Allah mudahkan. Anakku bisa sehat lagi. tapi sekarang hati-hati banget sama kesehatannya.
Reply DeleteMerembes mili Ujame bacanya, gak kebayang minum Paracetamol 8x dalam sehari itu rasanya...
Reply DeleteAh 😭
Semoga semakin banyak yang sadar akan penyakit ini dan tau pencegahan & penanganan ya ya, bund. Aamiin
Pnemonia penyakit yg mematikan ya.
Reply DeleteKlo aq melindungi anakku dgn pemberian nutrisi sesuai standar who (imd, asi,mpasi).
Dilanjutkan dgn menjaga kebersihan lingkungan.
Semoga anak2 indonesia bisa bebas pnemoni y
Ah sedih memang kalau banyak penyakit yang dapat kapan saja bisa merenggut nyawa anak kita ya umi, pernah salah satu teman saya juga mengalami, disangkanya batuk biasa, ternyata anaknya kena pneumonia. duh gusti, kalau inget itu nyesek deh.
Reply DeleteAlhamdulillah ikhtiarku emang memberikan asi eksklusif kepada anak anakku. sebab hanya itu yang bisa aku berikan kepada mereka.
Wah ngeri jg ya.. semoga anak2 kita terbebas dari penyakit ini ya . huhu..
Reply DeleteDuh, masih banyak ternyata ya penyakit pneumonia ini di Indonesia. Bikin sedih juga, dengan angka kematian akibat penyakit ini. Selama inj aku ngeuhnya sama penyakit TB nih yang batuk2 itu. Ternyata bisa pneumonia ya. Kudu aware nih masyarakat kita.
Reply DeleteKalo diperiksa dan diteliti lebih jauh, kayaknya di lingkungan sekitar aku juga banyak anak yang kena pneumonia. Duh, jadi khawatir deh. :(
Reply DeleteAku baru tahu kalau pneumonia ini ternyata banyak bikin balita meninggal :(
Reply DeleteArtikel ini bikin aware dan bahasanya juga mudah dimengerti buat aku. Semoga semakin banyak yg paham tentang pneumonia ini biar gak telat penanganan dan semoga bisa dicegah juga
Balita angka terserang akan Pneumonia ini tinggi ya mbaa dan ternyata tingkat polusi tinggi serta pola hidup yg kurang baik, memperparah keadaan ya
Reply Deletesedih ya mbak kalau anak sakit tuh :( semoga dedek Putri cepat sehat ya mbak dan semakin banyak masyarakat yang tahu bagaimana cara menangani penyakit ini jadi pencegahannya bisa di terapkan
Reply DeletePnemonia memang harus segera diatasi yaaa mba.. bahayanya itu lho
Reply DeleteKemarin keponakan kena pneumonia mbak apalagi sekarang musim kebakaran hutan di Riau, jadi anak2 pada kena pneumonia sesak dan tak terkendali. Semoga pneomonia ini segera dapat disembuhkan dalam pengobatan yg baik.
Reply DeleteSedih ya kalau anak-anak sampai sakit begini. Mudahan anak-anak kita selalu sehat. Mengenai pemberian ASI untuk cegah pneumonia, ini bener lho. Salah satu ponakanku yang minum ASI ekslusif daya tahan tubuhnya lebih bagus ketimbang yang tidak ASI. Selain itu, penting ya sekarang orang tua juga mengenali gejala pneumonia ini
Reply DeleteSedihnya penyakit ini terus mengintai anak-anak dan termasuk penyakit mematikan ya Ummi semoga bisa dikendalikan pneumonia ini aamiin
Reply DeleteAku juga dukungan STOP Pneumonia mba... Ingatan lgsg melayang ke kasus seorang bayi yg terkenal pneumonia lantaran saat aqiqahnya bapak bapak ngerokok. :( Berbahaya pake banget...
Reply DeletePerlu banget ini tau gejala pneumonia, ya. Soalnya anakku pernah didiagnosis pneumonia tapi setelah aku second opinion kw dokter lain dibilang ispa aja karena tak ada gejala2 khas di atas.
Reply DeleteSemoga Putri segera sehat lagi. Aamiin. Penumonia memang ya , diagnosanya kadang mirip dengan ISPA tapi ternyata dievaluasi lebih lanjut Penumonia. Semoga kampanye STOP bisa mengedukasi masyarakat untuk lebih peduli dengan pneumonia ini
Reply DeleteUrusan pernapasan memang vital, ya. Sekarang, saya lagi pilek aja kayaknya gak nyaman banget karena susah bernapas. Apalagi yang kena Pneumonia. Sedih sih ini terutama kalau anak-anak yang sampai kena
Reply DeleteTernyata asap rokok juga jadi salah satu faktor penyebab penumonia ya. Setuju sih anak kalo sakit dikit sebaiknya langsung dibawa ke dokter daripada kita menerka2 nantinya malah makin parah.
Reply DeleteSedih baca penyakit kaya gini :( oh ya, fyi di Riau dan Kalimantan masih parah lho kabut asapnya, kita di sini susah napas juga, anak2 banyak yang ISPA hiks hiks..
Reply DeleteSepertinya anak pertama saya deh yang pernah mengalami ini. Saat itu usianya masih 1,5 tahun. Sayangnya dia engga dapat ASI dari saya. Alhamdulillah segera tertolong. Dan sejak itu tidak pernah sakit-sakit lagi. Saya juga berharap anak-anak Indonesia terlepas dari pneumonia ini..
Reply DeleteBaru tau klo pneumonia ini jd salah satu pnyebab terbesar anka kematian balita, ikut sedih bacanya. Baiknya kita usahakan pncegahan sedini mngkn ya mba .
Reply Deletekeponakanku meninggal bulan April kemarin karena paru-paru basah ini, usianya setahunan. Emang harus banget orangtua tau gejala dari pneumonia biar lebih paham ya
Reply Deletepokoknya kalau anak batuk dan nafas cepat sampai sesak, kudu langsung waspada pneumonia langsung diperiksakan daripada terlambat
Reply Deletepenumonia memang berbahaya banget ya, sebelnya cuma diawali demam biasa trus kalo kita nggak wasapada bisa2 kena...semoga anak2 kita bisa kita jaga dengan baik ya mba :)
Reply DeleteTeringat adikku yang juga mengalami pneumonia ini dan penyakit ini memang diam-diam mematikan juga jadi perlu penanganan khusus ya
Reply DeleteSetuju Mak, pneumonia ini harus di hentikan sejak dini dan mulai saat ini. Apalagi ttg imunisasi perlu bgt utk dituntaskan semuanya
Reply DeletePneumonia itu benar2 penyakit yang selalu bikin deg2an terutama kalau punya bayi huhu
Reply DeleteHiks, sedih banget kalau anak2 yang terjangkit penyakit ini. Memang harus diambil tindakan secepatnya ya kalau anak kecil sakit biar segera teratasi
Reply DeleteDuh, mbak. Aku terharu banget dengan kisah di atas. Dan terima kasih remindernya. Berguna banget.
Reply DeleteSemoga banyak yang sadar sama bahaya penyakit ini. Agar banyak yang langsung bertindak dan mengurangi korban meninggal akibat penyakin ini
Reply DeleteAir susu ibu memberikan daya tahan kepada bayi yang disusuinya
Reply DeleteWah pas banget, aku baru aja ikutan seminar tentang Pneumonia, serem juga ya, hikss untung aku termasuk pro vaksin nih
Reply Deletesemoga banyak yang tau tentang pneumonia, sehingga kalo terlihat tanda2 nya bisa langsung ambil tindakan yang tepat
Reply DeleteBahaya banget ini kena bayi karena ancamannya kematian. Moga di Indonesia sudah bebas penyakit ini ya. Pokoknya jangan sepelekan batuk pada bayi
Reply DeletePnemonia memang tidak boleh dianggap enteng.. kita harus tau bagaiman mencegahnya sedini mungkin
Reply DeleteKasian banget putri ya, tak terkira kesedihan bundanya. Duh aku kalau udah begitu, suka inget diri sendiri dan betapa galaunya punya baby kecil lagi. Moga cerita putri ini bisa jadi hikmah untuk kita semua agar bisa mencegah pneumonia dari lingkaran kecil kita dulu
Reply DeleteWajib tahu mengenai gejala pneumonia ini agar anak-anak terhindar dari penyakitnya. Minta izinnya untuk di share di grup ibu2 ya Moms
Reply Delete