Datang ke Thailand untuk
pertama kali, menurut saya wajib berkunjung ke Wat Arun. Bahkan tempat ini
menjadi salah satu destinasi yang menjadi favorit untuk dikunjungi ketika ke
Thailand. Pun ketika saya mendapat kesempatan ke Thailand, Wat Arun menjadi
tujuan kedua yang saya kunjungi. Saya berkunjung ke Thailand berkat lomba blog yang di selenggarakan oleh Kantor Berita Radio (KBR) dan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN).
Saya berangkat ke Thailand
pada tanggal 5 Agustus 2019 dan berkunjung ke Wat Arun keesokan harinya yakni 6
Agustus 2019. Hari itu, berangkat dari hotel sekitar jam 08.00. Oh ya, Thailand
tak ada perbedaan waktu dengan Indonesia sehingga saya tak mengalami kendala
untuk penentuan waktu.
Suasana Wat Arun dari dermaga |
Tujuan pertama kami adalah Wat
Pho. Nanti, saya akan tulis terpisah ya tentang pengalaman ke Wat Pho ini. Nah
dari Wat Pho ke Wat Arun ini jaraknya sangat dekat. “Cukup jalan kaki dua menit
nanti tiba di dermaga menuju Wat Arun,” kata Miss Dow, tour guide asal Thailand
yang bisa berbahasa Indonesia.
Pagi itu, cuaca Bangkok sangat
panas. Tapi saya bersyukur tak terlalu terganggu dengan panasnya suhu di
Bangkok. Kami bertiga (saya, Herva Yulyanti dan Miss Dow) berjalan menyusuri
jalanan menuju dermaga tempat perahu berlabuh.
Sepanjang perjalanan, ada
banyak toko-toko yang menjual beraneka souvenir hingga aneka makanan khas
Thailand. Sedihnya, saya tak sempat untuk membelinya dan lebih memilih berjalan
serta memotret suasana itu.
Saya dan Herva Yulyanti |
Makanan khas Thailand yang
dijual salah satunya adalah manggo sticky rice yang sangat terkenal. Kuliner
ini adalah potongan mangga berwarna kuning dan disajikan di atas ketan. Saya
pernah menikmati kuliner khas Thaliand ini. Dan ini sebetulnya menjadi salah
satu kuliner yang rencananya saya cicipi, eh tapi gagal. Manggo sticky rice ini
disajikan di tempat transparan dan dijajakan dengan harga sekitar 50 bath (satu
bath Rp 470).
Untuk menaiki kapal, harus
membeli tiket seharga 40 bath atau sekitar Rp 20 ribuan. Perahunya cukup
sederhana namun mampu menampung sekitar 20 orang. Sebelum perahu berlabuh, kita
bisa melihat kemegahan Wat Arun dari ujung dermaga.
Kapal tak langsung berlayar
membawa kami menyusuri sungai Chao Praya. Kami sempat menikmati semilirnya
angin yang berhembus. Tak sampai menunggu 15 menit, ketika semua kursi penuh
terisi, kapal pun berlayar membawa kami menyusuri sungai Chao Praya menuju Wat
Arun.
Perjalanan tak sampai 2 menit
dan kami pun tiba di Wat Arun. Nggak kerasa. Hahhaha. Tapi sebetulnya sensasi
naik kapal ini pun membawa pengalaman yang berbeda. Kami kemudian menyusuri
jalan sempit yang kemudian terhubung dengan pintu masuk ke Wat Arun.
Banyak yang berfoto disini |
Sebelumnya, kami sempat
berfoto dulu di pelataran kompleks Wat Arun. Menurut saya, pelantaran kompleks
ini bersih dan rapi serta backroundnya juga bagus. Bangunan utama kuil ini
memiliki tinggi sekitar 81 meter. Kalau mau foto pakai pakaian khas Thailand
juga bisa loh disini.
Oh ya, sebelum tiba di Wat
Arun, kami mampir ke pasar tradisional Wat Arun yang terletak di kawasan Wat
Arun. Dari luar, tak tampak ada pasar kecuali hanya ada satu pintu kecil yang
terhubung dengan kawasan pasar.
“Kalau belanja oleh-oleh
disini saja. Harganya lebih terjangkau,” kata Miss Daw. Dan teryata, saran itu
benar saudara-saudara. Setelah saya ngecek di beberapa pusat pembelanjaan untuk
produk yang sama, harganya beda 10 hingga 20 bath.
Berbagai pilihan oleh-oleh
bisa di peroleh disini. Mulai dari dompet, gantungan kunci, kaos, baju, tas dan
lain-lain, semua tersedia. Anak saya pesan tas dan saya beli seharga 200 bath
atau sekitar Rp 80 ribuan. Bentuknya sederhana tapi khas Thailand masih
terlihat. Tapi sedihnya saya lupa beli gantungan kunci. Hiks. Padahal kan seru
juga punya banyak koleksi gantungan kunci dari berbagai negara.
Setelah puas beli beberapa
oleh-oleh, kami pun langsung berkeliling kawasan Wat Arun. Sebetulnya nggak terlalu berkeliling karena memang
lokasinya tak begitu luas. Bagi saya, Wat Arun ini indah karena memang
tampilannya warna putih dan beberapa sentuhan warna hijau dan kuning. Keramik
Cina membuat tampilan kuil itu menjadi lebih indah.
Siang itu, udara terasa
semakin banyak sehingga tak terlalu banyak juga pengunjung Wat Arun. Sejak awal
kami sudah disampaikan untuk tidak terlalu tinggi. Jadi saya dan Herva ya
sebetulnya tak sempat naik terlalu tinggi.
Satu yang menarik dari
berbagai tempat wisata yang saya datangi, termasuk ke Wat Arun, saya tak
melihat ada putung rokok yang berserakan. Bahkan saya sama sekali tak melihat
putung rokok. Mengapa ? Thailand termasuk negara yang ketat dalam memberlakukan
aturan merokok. Bahkan, ada lebih dari 80 tempat yang ada pelarangan perokok.
Beberapa tempat selain tempat
wisata adalah bandara, hotel, pantai, rumah sakit dan masih banyak lagi. Berapa
sanksi yang akan diberikan jika ketahuan merokok ? Tak main-main, jika ketahuan
merokok maka akan kena denda 5000 bath atau sekitar Rp 2,5 juta!
Makanya, selama perjalanan di
Thailand, bisa dengan mudah dilihat berbagai tanda larangan merokok. Tanda larangannya
sederhana saja seperti ikon larangan merokok, tulisan dan serta angka jumlah
sanksi yang akan diterapkan.
Ada yang sudah pernah ke Wat
Arun?
Juli lalu ke Wat Arun saya mbak Alida. Dan bagus memang ya..Di sini yang murah kaos, 100 bath. Kalau tas lebih murah di Asiatique, 100 bath juga
Reply Deleteseruu bgt ya mba, fotonya bagus2. sayang waktu aku kesitu sedang d renov jd kurang nyaman dan tempat foto kurang ok. huks,
Reply DeleteWat arun ini harus masuk list saya jika nanti berkunjung ke thailand. Tempatnya bagus ya mba, ditunggu cerita jalan2 ke wat pho nya ya..
Reply DeleteIni dia nih lengkapnya cerita Mbak Alida, daku sering lihat di timeline IG aja dimana ada yang sedang menikmati perjalanan cantik ke Thailand hihi
Reply DeleteAlhamdulillah.. Selamat ya Mbak, bisa menang dan dapet hadiah ke Thailand. Semoga berkah perjalanannya kemarin. Aamiiiin
Reply DeleteAuto pingin bikin passpor. Hhehhe. Tapi pas lihat Wat Arun ini benar-benar kayak lagi ngeliat Borobudur atau Prambanan gitu ya Mba
Reply Deleteaaah baca blogpost ini jadi bikin kangen Thailand :(
Reply DeleteManggo sticky rice yang aslinya dari Thailand dibanderol dengan harga Rp 270.000 an, kak?
Reply DeleteWoow...
Mungkin mangga nya yang luar biasa lezzaat yaah...
Wat Arun ini salah stu destinasi wajib kunjung kalau ke Thailand ya?
Reply DeleteBtw kenapa kok gak boleh naik terlalu tinggi? Krn keterbatasan waktu atau apa mbak?
Lumayan juga denda larangan merokoknya , tapi ya kudu gtu ya supaya ada efek jera.
Gak main-main denda ngerokok ya 2,5jt ya kak, ini biar maksimal bebas kawasan tanpa rokok. Senengnya bisa ke wat Arun :)
Reply DeleteWah, boleh juga tuh aturan tentang larangan merokoknya. Dendanya lumayan bikin jera. Kalau bisa diterapkan di Indonesia mungkin bagus juga.
Reply DeleteWat Arun emang salah satu destinasi wajib kalau ke Thailand ya mbak, aku awal dulu ke Thailand juga kesini dan dibawa sama si tour guidenya. Begitu berikutnya malah nyari tempat belanja dan tempat ngopi.
Reply Deletekeliatannya sepi ya mba, enak tuh buat pepotoan puas di setiap sudut. kayaknya perjalanan ke Bangkok ceritanya bisa jadi beberapa seri nih ya
Reply DeleteDan waktu itu aku nyesel belanja oleh2 disininya cuma dikit. Cari di tempat lain malah lebih mahal. Kebiasaan punya pikiran "siapa tau tempat lain lebih murah". Udah gitu nawarnya gampang ya mba karena penjualnya bisa bahasa indonesia.
Reply DeleteWahh selamat mba Al menang jalan2 ke Thailand jadi pengen deh ke thailand soalnya blm pernah hehehe
Reply DeleteSaya baru dengar nih nama Wat Arun. Tahunya angkor wat. Hehe. Kalau dilihat dari namanya kayaknya wat ini artinya kuil ya, mbak
Reply DeleteWah seru banget jalan-jalan ke Wat Arun. Waktu itu aku cuman ke Wat Pho lanjut Asiatique. Kayanya Wat Arun ini lebih colorful ya. Next time deh. Apalagi udah ada MRT ke kawasan temple ini. Jadi makin gampang deh akses ke sana
Reply DeleteWah seru ya jalan2nya..
Reply DeleteDendanya mahal ya, tapi biar nggak ada yg berani ngelanggar ya..
Biar wisaratawan g terganggu sama asap rokok