Menjadi jurnalis sudah menjadi
cita-cita saya sejak masih kecil. Tante saya cerita, dulu saya selalu
berpura-pura menjadi jurnalis setiap kali bermain. Saya biasanya pakai sisir
yang seolah-olah mic untuk mewawancara teman. Saat masih SMP di Ambon, bacaan saya majalah GATRA
yang kelak menjadi tempat saya bekerja selama delapan tahun.
Apa yang saya rasakan ketika
berhasil kerja di media yang saya inginkan sejak dulu? Bahagia tentu saja.
Walaupun rasa capeknya liputan sejak dulu hingga kini masih terasa, entah
kenapa saya masih menyukai profesi saya sebagai jurnalis. Mungkin karena belum
ada tawaran kerja lain ya? Hiks ...
Harus Standby 24 Jam
Seperti saya bilang di atas,
jadi jurnali situ harus standby 24 jam. Nggak percaya ? Saya sering di telpon
jam 12 siang untuk konfirmasi tulisan liputan. Belum lagi harus standby menjaga
narasumber yang kerap kali tak mau di wawancara padahal kami sangat butuh
konfirmasi darinya.
Siap ditugaskan kemana saja
Emang boleh menolak penugasan
? Selama menjadi jurnalis lapangan, saya harus siap ditugaskan di mana saja.
Misalnya ini waktu baru tiba dari kota Lamongan, belum juga istirahat tiba-tiba
sudah di telepon untuk liputan ke Madura. Dan beberapa kali ini terjadi.
Makan tak Teratur
Susah jadi jurnalis karena
jujur makannya tak teratur. Pun kadang juga makan semabarangan nggak perhatiin
4 sehat 5 sempurna. Boro-boro perhatiin gizi, bisa makan aja sudah
alhamdulillah. Mengapa ? Karena dulu kuatirnya kalau pas makan, tiba-tiba
narasumber pergi, siapa yang tanggung jawab hayo? Tapi sekarang saya lihat
jurnalis televis yang live dan standby di satu tempat, disediakan makanan oleh
pihak kantor di tempat ia liputan. Sudah enak kan ?
Mudah Stres
Kerja jadi jurnalis itu jadi
mudah stres karena deadline dan tekanan yang besar dan harus di hadapi. Kalau
dulu kerja di majalah deadline hitungan jam atau kadang hari. Tapi kalau kerja di
televisi, deadlinenya bisa hitungan detik. Nggak percaya? Itulah yang terjadi
kalau ada breaking news. Dan ini mau nggak mau bikin mudah panik trus stres.
Kalau saya biasanya supaya nggak stress, saya alihkan dengan mendengarkan musik
atau nulis blog. Jangan sampai stres bisa buat nggak bagus pekerjaannya.
Tapi kerja sebagai jurnalis
itu juga ada senangnya kok. Saya bisa mendapat banyak kenalan mulai dari
pejabat hingga warga dengan menjadi jurnalis. Nggak nyangka kan bisa berhadapan
langsung dengan Presiden, Wakil Presiden, duduk ngobrol dengan para menteri.
Selain itu juga bisa datang ke berbagai tempat dan bertemu dengan berbagai
kalangan yang menginspirasi.
Selain itu, saya juga bisa
mendapatkan berbagai informasi yang ter update
karena mendapat informasi langsung dari tim lapangan. Kalau soal keliling
negara karena jadi jurnalis, dengan sedihnya saya katakan bahwa itu tak
terbukti di saya. Hahhaha. Saya belum menikmati keliling negara-negara selama
jadi jurnalis. Mungkin belum rejeki saya ya tapi ya saya percaya ada rejeki
lain yang selalu menunggu saya dan itu saya akui bermanfaat bagi saya.
Ummi, aku dulu kecil juga sama suka pake sisir ngomong sendiri di halaman rumah depan sampe mendiang ibu dianggap aku ini ya aneh wkwkwk sayang banget aku gagal sih jadi reporter tapi alhamdulilah bisa berjodoh ketemu Ummi :)
Reply Delete