“Kalau melamar kerja, kita tuh
harus bisa menjual diri,” kata teman saya.
“Heh, menjual diri? Emang mau
kerja apaan,” kata saya kaget.
“Bukan jual diri tapi
maksudnya, kita harus bisa mempromosikan diri saar melamar kerja,” kata teman
saya lagi. Ooh ...
Ngomong-ngomong soal mempromosikan diri saat melamar kerja, saya
punya sedikit pengalaman yang ingin saya bagikan buat teman-teman. Saya bersyukur
sejak dulu hingga sekarang, Allah memberikan saya kemudahan saat melamar kerja.
Mungkin karena saya melamar kerja di bidang yang saya sukai sejak masih duduk
di bangku sekolah yakni menjadi jurnalis. Nggak tahu lagi deh kalau kerja di
bidang yang agak beda, pasti di tolak. Hehhe.
Sumber foto : Pixabay.com |
Saat menjadi jurnalis lepas
sebuah tabloid mingguan di Surabaya, saya mendapat informasi itu dari kakak
senior saya. “Lid, ada lowongan jadi jurnalis lepas. Kalau mau, melamar saja,”
katanya. Saya langsung mengirim lamaran kerja ke alamat yang dituju. Saya lupa
berapa hari saya nunggu, tiba-tiba udah diterima sebagai jurnalis lepas tabloid
itu. Kayaknya saya juga nggak ada sesi wawancara khusus. Tahu-tahu udah di
suruh kerja aja. Hahhaa ..
Waktu itu, saya masih jadi
mahasiswa dan di bayar satu tulisan Rp 150 ribu itu happy banget. Sayangnya,
tabloid itu tak bertahan lama sehingga saya harus mencari pekerjaan lagi.
Akhirnya, saya membaca pengumuman bahwa Majalah mingguan mencari kontributor di
Surabaya, Jawa Timur. Dan mahasiswa seperti saya dipersilahkan untuk melamar.
Saya ingat mengirim lamaran
via email. Nulis di word yang isinya biodata diri singkat plus pembukaan surat
lamaran kerja seperti biasa. Nggak pakai desain-desain grafis seperti sekarang
yang mudah ditemui. Karena waktu itu belum punya telepon genggam, saya iseng
telepon ke kantor majalah untuk tanya apakah surat lamaran saya diterima atau
tidak.
Tak dinyana, yang mengangkat
telepon adalah Kepala Biro Majalah Gatra Jawa Timur di Surabaya (belakangan dia
menjadi sahabat yang juga ikutan jadi mata-mata untuk calon suami saya. Hahaa).
Saya ingat, dia malah nanya apa saya mengenal nama-nama senior A, B, C. Saya
jawab, bahwa saya kenal karena memang saya aktif di organisasi dan sering
ketemu dengan senior-senior itu.
Jarak berapa lama, saya lupa
deh, saya dipanggil untuk interview bersama puluhan mahasiswa dan alumni yang
kebanyakan berasal dari perguruan tinggi negeri. Pas di ruang tunggu, saya
lihat wajah-wajah lesu setelah mereka keluar dari ruang interview. “Pertanyaannya
susah. Ditanya soal isu-isu terkini,” kata salah satu mahasiswa yang abis
wawancara kerja.
Saya buru-buru ambil koran
baru di atas meja buat membaca cepat isu-isu terkini. Hahhaa. Saya sempat
minder karena saya berasal dari kampus swasta dan beda dengan yang lain yang
berasal dari perguruan tinggi negeri. Tapi saya percaya diri karena mendaftar
di bidang kuliah yang selama ini saya geluti. Selain itu, saya sudah membaca
majalah mingguan itu sejak SMP, saat masih di Ambon.
Hasilnya bagaimana?
Alhamdulillah saya lulus. Enam tahun di majalah mingguan (saya kemudian di
tarik ke Jakarta), saya kemudian melamar kerja di stasiun televisi berita
terpercaya dan independen. Hehhe. Waktu itu, informasi tentang adanya lowongan
kerja itu berasal dari senior saya juga.
Dia menginformasikan bahwa ada
lowongan kerja yang tepat buat saya. Pagi harinya saya kirim surat lamaran,
siang hari saya di telepon agar sore itu bisa melakukan wawancara. Saya
langsung datang sore itu juga dan wawancara.
Setelah wawancara, saya
kemudian mengikuti rangkaian tes psikotes, wawancara HRD, tes kesehatan agar
bisa di terima bekerja. Saya menunggu hampir tiga bulan karena birokrasi yang
memang harus ditempuh itu. Dan alhamdulillah, saya lulus dan hingga kini sudah
enam tahun saya kerja di stasiun televisi itu.
Apa sih yang harus
dipersiapkan ketika melamar kerja ?
Bagi saya, percaya diri itu
penting sekali. Percaya diri bagi saya pun tak berlebihan karena bagaimanapun
harus sesuai dengan kemampuan diri. Jangan menjual janji-janji palsu saat
melamar kerja. Tapi buktikan dan yakinkan bahwa bisa bekerjasama dengan baik
serta tepat dan benar saat kerja nantinya.
Persiapkan semuanya secara
lebih baik. Jangan abaikan cek terlebih dahulu profil perusahaan yang hendak
diajukan untuk melmar kerja. Perusahaan itu kerja di bidang apa, apa yang
menonjol dari perusahaan itu dan lain-lain. Percayalah, ini penting. Termasuk
siapkan dokumen yang dibutuhkan.
Sejak masih kuliah, belajar
yang baik dan aktif organisasi serta akrablah dengan kakak senior. Bukan sekedar
ingin cari muka ya, tapi dari senior itulah seringkali informasi lowongan kerja
ada. Bahkan, kakak senior yang biasanya merekomendasikan kita buat bekerja di
tempat kerja yang diinginkan. Tentu saja masih banyak cara saat melamar kerja
di sebuah perusahaan. Ada yang punya
pengalaman lain ?
Waduh, bikin keingetan saat-saat ngelamar kerja zaman baheula. Dakdikduk karena takut gak diterima. Sering gak diterima dan desperate. Ternyata sekarang baru ngerti kalo ternyata penolakan itu berujung pada ketemunya pada kerjaan terbaik yang sesuai passion.
Reply DeleteUmmi alhamdulilah keren bangets ga seperti aku sering ditolak wkwkwkwkwkwkwk...
Reply Delete