Setiap kali pulang ke Kudus,
Jawa Tengah, saya selalu melewati Semarang. Tapi sayangnya ya hanya sekedar
mampir tanpa ada waktu buat keliling Semarang. Padahal, jarak antara Kudus dan
Semarang hanya sekitar dua jam.
Namun lebaran tahun 2019, saya
bersyukur bisa mampir sejenak di kota Semarang bersama papa, Ayyas dan keluarga
adik yang datang dari Surabaya ke Kudus. Pas di Semarang, tiba-tiba adik
menawarkan untuk mampir ke Semarang. “Sekalian aja jalan bentar,” katanya.
Adik saya (laki) dan istri, anak serta keponakan saya |
Siang hari sekitar pukul 13.00 WIB, kami meluncur dari Kudus ke Semarang. Datang ke Semarang tuh sebenarnya tak ada rencana khusus. Intinya ya hanya tiba di Semarang, lihat keindahan kota, mampir beli oleh-oleh dan mencicipi makanan khas Semarang.
“Yuk mampir ke Lawang Sewu,”
kata saya. Akhirnya ketika tiba di kawasan Kota Lama Semarang, kami tak
berhenti. Hanya sekedar melihat keindahan kawasan Kota Semarang yang ditata
dengan rapi. Ada banyak orang yang menghabiskan waktu untuk sekedar duduk dan
ngobrol dengan rekan atau keluarganya.
Toko oleh-oleh di Semarang |
Jarak dari kawasan Kota Lama Semarang ke Lawang Sewu tak terlalu jauh, sekitar 5 menit. Pas tiba di depan Lawang Sewu, teryata penuh sekali. Antrian mobil memenuhi hingga pinggir jalan kota Semarang. Kami sempat berhenti di lokasi agak jauh Lawang Sewu agar bisa dapat tempat parkir trus berganti taksi online. Tapi teryata toh masih penuh juga. Akhirnya, kami hanya bisa memandang Lawang Sewu dari jauh.
Setelah itu, mobil kemudian
melaju sekitar 10 menit ke pusat oleh-oleh Kota Semarang. Toko oleh-oleh tampak
saling berdempetan sehingga kami leluasan untuk memilih toko oleh-oleh mana
yang akan kami hampiri. Ada toko oleh-oleh yang menjual khusus ikan bandeng,
roti hingga toko oleh-oleh yang menjual beragam oleh-oleh.
Lumpia Semarang yang lezat |
Sama seperti Lawang Sewu,
tempat parkir di toko oleh-oleh pun penuh. Mungkin karena masih suasana lebaran
yang dipenuhi para wisatawan sehingga penuh di berbagai tempat di Semarang.
Tapi untunglah kami dapat tempat parkir di dekat tempat oleh-oleh.
Saya membeli beberapa
oleh-oleh untuk keluarga di Kudus saja karena tak tahan lama jika harus di bawa
ke Jakarta. Salah satunya tahu isi, aneka makanan pilihan anak dan lain. Di
luar toko oleh-oleh, ada berbagai pedagang yang menjual berbagai oleh-oleh yang
menarik.
Setelah itu, kami pun menuju
tempat makanan yang menjual oleh-oleh lumpia khas Semarang. Setelah mencari
informasi melalui internet, kami tertarik untuk mencoba Loempia Mbak Lie. Tapi
pas tiba di Loempia Mak Lie, penuhnya bukan main. Di bagian depan, kami
diarahkan untuk masuk lagi ke dalam yang juga melayani makan lumpia Mbak Lie.
Tapi teryata di dalam pun sama saja alias penuhnya bukan main.
“Pak, mau pesan untuk enam
orang bisa,” kata saya ke petugas Loempia Mbak Lie.
“Bisa bu. Tapi kalau mau makan
disini, Ibu urutan ke 6. Tapi kalau mau bungkus, ibu urtan ke 17. Gimana bu,
mau ?
Waduh, saya nggak membayangkan
akan ngantri sebegitu banyak. Kalau saya dan semuanya orang besar mungkin tak
masalah. Tapi saya membawa enam anak kecil dan pasti mereka nggak betah untuk
ngantri lama-lama. Apalagi ngantrinya di luar dan tak ada lagi kursi kosong
yang tersisa. Akhirnya, kami pun batal mencoba Loempia Mbak Lie.
Pas jalan menuju mobil, ada
yang menjual pisang plenet khas Semarang. Plenet dalam bahasa Jawa ini artinya
penyet. Jadi pisangnya di bikin gepeng kemudian di bakar setelah itu diatur
susun dan di bagi jadi empat bagian. Setelah itu di bagian atasnya di siram
madu.
Pisang penyet |
Saya pun mencoba satu porsi
yang terdiri dari 6 susun seharga kalau tak salah Rp 20 ribu. Manisnya pisang
ditambah madu menjadi pisang ini menjadi pilihan. Dalam sekejap, pisang plenet
pun ludes. Supaya tetap bisa menikmati lumpia khas Semarang, saya memutuskan
untuk membeli lumpia yang tak jauh dari Loempia Mbak Lie.
Harga satu lumpia seingat saya
Rp 12 ribu. Saya memilih lumpia yang di goreng untuk menikmat sensasi rasa yang
digoreng. Tapi karena masih ngantri, walau nggak ngantri lama, kami memutuskan
pesan dan shalat ashar terlebih dahulu. Jadi pas setelah shalat, makanan pun
tiba.
Saya membeli 15 lumpia
Semarang yang ukurannya gede-gede. Selama perjalanan, kami pun menikmati lumpia
Semarang yang enak dan lezat. Lumpia ini juga dilengkapi daun bawang serta acar
dan cabai hijau yang menambah cita rasa. Sore hari sekitar pukul 17.00 WIB,
kami pun tiba di Kudus.
Bagi saya, mampir sejenak di kota
Semarang adalah salah satu perjalanan yang mengesankan. Apa cerita perjalanan teman-teman ?
Posting Komentar