Terhitung sejak 2006, saya
sudah aktif berbagi pengalaman menjadi jurnalis. Saat masih bekerja di
Surabaya, saya berbagi ilmu mulai dari kalangan anak SD hingga kuliah. Saya
ingat saat menceritakan pengalaman saya sebagai jurnalis kepada anak-anak SMP
di Banyuwangi sekitar tahun 2006. Ada anak yang memperhatikan dengan seksama,
tapi ada juga yang asyik ngobrol dengan temannya.
Kala itu, sekolah mengundang
saya agar bisa menceritakan lebih banyak tentang profesi jurnalis. Saya
berangkat dari Surabaya menggunakan bus untuk menempuh perjalanan ke
Banyuwangi. Tiba di Banyuwangi, saya di sambut oleh kepala sekolah dan beberapa
guru. “Anak-anak pengen tahu seperti apa sih profesi jurnalis itu,” kata kepala
sekolah.
Sumber foto : pixabay.com |
Saya memulai acara sekitar
pukul 8 pagi dengan kenalan tentang diri saya. “Apa ada yang ingin menjadi
jurnalis?,” kata saya. Hanya ada beberapa orang yang angkat tangan sambil
tersenyum. Setelah itu, saya menanyakan alasan mereka ingin menjadi jurnalis.
Ada yang ingin jadi jurnalis biar bisa keliling dunia. Ada juga yang ingin
bertemu dengan presiden.
Setelah aktif berorganisasi,
saya kerap di undang menjadi pembicara atas nama organisasi maupun atas nama
pribadi. Ada beberapa materi yang saya bagi yakni tentang jurnalis dan isu
perempuan serta anak. Sebetulnya, dua isu itu saling terkait sehingga
penyampaian materi saya pun lebih mudah.
Belakangan, saya di undang
sebagai pembicara yang berasal dari berbagai latar belakang. Ada peserta yang
berasal dari kalangan umum, ibu rumah tangga, mahasiswa jurnalistik hingga
terakhir adalah mengajar di depan kedutaan Indonesia di Malaysia.
Untuk mengajar materi
jurnalistik, saya biasanya selalu menyempatkan diri untuk menyiapkan
teori-teori dan disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Menurut saya ini
juga disesuaikan dengan peserta. Misalnya jika anak sekolahan, materinya lebih
bahas santai tentang profesi jurnalis. Tapi jika untuk mahasiwa tentunya
bahasanya jadi lebih agak sedikit mendalam.
Ada beberapa manfaat yang saya
rasakan selama berbagi pengalaman menjadi jurnalis. Pertama, berbagi pengalaman
mau tak mau membuat saya mempelajari lagi teori-teori yang saya pelajari sejak
kuliah.
Oh ya, satu yang selalu terapkan
yakni memberikan praktek menjadi jurnalis. Caranya mudah banget. Misalnya
dengan latihan ada yang menjadi jurnalis dan ada yang menjadi narasumber. Namun
terlebih dahulu disepakati apa tema yang ingin di angkat. Dengan praktek
seperti itu, mereka juga tahu bahwa perlu persiapan ketika mengajukan
pertanyaan, tak sekedar bertanya saja.
Selain itu, saya biasanya
meminta mereka berlatih menulis. Materi tulisan sebetulnya biasa saja. Ada yang
saya minta menulis tentang pengalaman hari ini, ada yang berbagi cerita melalui
tulisan tentang cita-cita yang belum terkabul dan masih banyak tema menulis
yang kerap saya tugaskan kepada para peserta.
Saya sudah mengajar di
berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Aceh, Medan, Jayapura, Kupang, Yogyakarta,
Solo, Jakarta. Tapi kalau di tanya, saya ingin berbagi pengalaman sebagai
jurnalis di Lombok. Mengapa ? Kebetulan Lombok itu menjadi salah satu tempat
yang ingin saya tuju karena keindahan alam. Sekaligus juga ada teman saya yang
bolak balik mengajak saya ke Lombok agar bisa berbagi ilmu di komunitas
jurnalisnya.
Entah kapan ya saya bisa ke
Lombok. Tapi saya berharap, suatu saat bisa ke Lombok dan bisa berbagi ilmu dan
saya juga masih bisa mendapat kesempatan untuk menyerap ilmu dari para peserta
yang hadir.
コメントを投稿