Assalamu Alaikum teman-teman.
Apa kabar ? Semoga dalam keadaan baik ya dan sehat. Saat libur 1-5 Februari di
Kudus, Jawa Tengah, saya rencananya akan mengetik untuk update blog. Banyak hal
yang ingin saya tulis saat liburan. Tapi saya keasyikan berkumpul dengan
keluarga (alhamdulillah) sehingga blog ini tidak di update hampir lima hari.
Nah pas di Kudus, salah satu tempat yang ingin saya kunjungi adalah Museum
Jenang.
Museum Jenang ini baru buka
sekitar tahun 2017 dan saya pertama kali datang ke Museum Jenang seat lebaran
tahun 2017. Itu pun hanya sebentar. Dan kemudian saya datang lagi ke Museum
Jenang saat lebaran 2018. Tapi sayangnya, semua koleksi fo to saya di Museum
Jenang dan beberapa tempat di Kudus, hilang karena kekhilafan saya.
Salah satu sudut di Museum Jenang yakni Gusjigang Building |
Akhirnya ketika ke Kudus, saya pun berharap bisa ke Kudus lagi dan menulis tentang pengalaman berkunjung ke Museum Jenang Kudus bagi teman-teman semua. Museum ini menyatu dengan toko jenang terkenal di Kudus yakni Mubarok.
Lokasi Museum Jenang ini
sangat strategis karena berada di Jalan Sunan Muria Glantengan, Kecamatan Kota,
Kudus. Dari alun-alun Simpang Tujuh Kudus ke arah utara hanya sekitar 500
meter. Parkirannya agak sulit apalagi saat musim lebaran yang sangat padat
pengunjung sehingga mau tak mau harus parkir agak jauh dari lokasi museum.
Dari depan yang terlihat
galeri toko jenang Mubarok yang menjual aneka pilihan kuliner jenang Mubarok.
Tapi saya biasanya langsung ke Museum Jenang terlebih dahulu biar lebih puas
menjelajah museum.
Legenda Jenang Kudus
Jenang memang kuliner yang
sangat terkenal di Kudus. Berdasarkan informasi dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Kudus, jenang dianggap bertalian erat dengan cerita rakyat
yang terjadi di Desa Kaliputi, Kecamatan Kota Kudus, JawaTengah.
Kisah ini tak bisa terlepas
dalam kisah perjalanan Sunan Kudus dan Syekh Jangkung serta Mbah Depok
Soponyono dan cucunya. Konon ketika Mbah Depok Soponyono sedang bermain burung
dara bersama cucunya di tepi sungai, cucunya tercebur di sungai dan hanyut.
Bersyukur sang cucu berhasil di tolong oleh sejumlah warga. Sunan Kudus yang
sedang melintas menganggap sang anak sudah tiada, namun Syekh Jantung
mengatakan cucu Mbah Depok masih hidup
hanya mati suri.
Ayyas, Saya dan Papa di Gusjigang X-Building |
Syekh Jangkung meminta ibu-ibu
membuat jenang bubur gamping untuk membangunkan anak itu dan menyuapkan. Jenang
bubur gamping ini terbuat dari tepung
beras, garam dan santan kelapa.
Kemudian Sunan Kudus berucap
dalam bahasa Jawa yang artinya bahwa kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu
berasal dari pembuatan jenang. Hingga kini, sebagai rasa syukur untuk usaha
jenang, setiap tanggal 1 Muharram, masyarakat Desa Kaliputu mengadakan kirab
tebokan atau disebut arak-arakan jenang.
Mengelilingi Museum Jenang di Kudus
Sesuai namanya yakni Museum
Jenang, di dalamnya juga ada patung atau peralatan tentang proses pembuatan jenang.
Di sebelah kiri, kita akan melihat patung pria yang terbuat dari bahan kayu
sedang duduk mengaduk jenang yang dimasak di atas tungku api. Proses pembuatan
jenang ini adalah proses pembuatan jenang secara tradisional yang hingga kini
masih tetap di pertahankan di beberapa produsen jenang. Selain itu ada juga
beberapa peralatan pembuatan jenang seperti lumpang dan mesin parut kelapa. Di
sebelah kanan, ada proses pembuatan jenang menggunakan mesin yang tampak dari
sebuah loyang raksasa yang di atasnya ada penganduk jenang.
Jenang berwarna coklat |
Nah di antara kedua proses
pembuatan jenang itu ada bangunan khas Kudus. Jika ingin melihat rumah khas
Kudus, langkahkan kaki ke belakang dan ada tampilan rumah ada kudus yang
memiliki ciri khas atap agak merucut dan dinding ada aneka ukiran dan terbuat
dari kayu jati. Rumah khas Kudus memiliki perpaduan ragam hias ukiran pada
permukaan kayu jati misalnya ragam Eropa, Persia dan hingga Cina.
Saat saya datang, ada sebuah
motor gede alias moge yang nongkrong di depan rumah Kudus itu. Karena tak ada
larangan untuk menaiki moge itu, papa saya pun menaiki dengan gaya ala
pembalap. Hehhehe.
Di bagian paling depan lantai
dua, ada ruangan khusus untuk penjualan kain batik khas Kudus, sandal batik
hingga beraneka cincin serta gantungan kunci dan mukena yang dijual. Karena
bapak suami sangat senang kain batik Kudus, ia bolak balik memilih batik yang
sesuai pilihannya dan kemudian memilih membeli sebuah batik khas Kudus. Saya
ingin membeli mukena kain batik Kudus tapi sayangnya tak ada.
Bagian depan Gusjigang X-Building |
Oh ya satu hal lagi yang baru
dari museum jenang adalah adanya ruangan khusus yang letaknya paling belakang
yakni Gusjigang Building. Pernah mendengat nama Gusjigang? Gusjigang adalah
falsafah hidup masyakat Kudus. Gusjigang merupakan akronim dari kata baGUS
akhlaknya, pinter ngaJI dan terampil daGANG. Filosofi ini Sunan Kudus berharap
masyarakat Kudus menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian yang bagus,
tekun mengaji, dan mau berusaha atau berdagang.
Di dalam Gusjigang Building ini
terdapat tampilan puisi-puisi dari sejumlah kalangan seperti Emha Ainun Najib, Lukman
Hakim Saifudin dan lain-lain. Nuansa kuning keemasan sangat mendominasi ruangan
ini. Namun yang paling menonjol adalah ornamen dinding berupa kaligrafi
menyerupai bunga yang terletak di tengah dan berukuran raksasa. Selain itu juga ada gambar serta penjelasan
mengenai sosok terkemuka asal Kudus.
Di Museum Jenang Kudus ini
para pengunjung bisa mengetahui informasi khas tentang proses pembuatan jenang,
hingga falsafah hidup orang Kudus. Menurut saya, Museum Jenang ini akan lebih
lengkap jika disedia informasi lebih lengkap berupa tulisan untuk proses
pembuatan jenang sehingga pengunjung bisa lebih tahu tentang jenang dan proses
pembuatannya.
Apakah ada yang ingin
menikmati jenang dan berencana berkunjung ke Museum Jenang di Kudus ?
Udh swring makan jenang, eh aku baru tau sejarahnya dr tulisan ini 😍😍
Reply DeleteWoia, jenang mubarok tu enaaaa
Iyaa mba. Bikin ketagihan :p
Reply DeleteSenangnya bisa berkunjung ke Museum Jenang.
Reply DeleteAku suka jenang, tapi biasanya makannya nggak bisa banyak-banyak karena manis. Jenang Kudus ini memang terkenal ya, varian rasanya juga banyak.
Iya banyak variannya mbaa. Aku seringnya siih beli yang original
Reply DeleteMuseumnya keren yah, bersih sekali nampaknya. Jadi anak - anak muda pada seneng berkunjung ke Museum, saya jadi pengen jalan - jalan ke Museum juga
Reply DeleteIyap smoga terwujud ya mbaa :)
Reply DeleteBagus banget museum jenang kudusnya. Aku beberapa kali ke kudus tapi belum jalan kesini. Kalo ke kudus pulangnya beli banyak jenang mubarok, enak
Reply DeleteAu ingat Jenang, ingat saat lamaran dulu.
Reply DeleteWajib dikasih Jenang seserahannya.
Falsafahnya : Agar lengket teruuss seperti jenang.
MashaAllah~
Museumnya indah sekali yaa...
Reply DeleteJadi ingin main ke museum.
wah kalo lewat pantura..pasti mampir beli jenang kudus. mudah2n bisa sekalian mampir museum jenang.
Reply DeleteAamin mba :)
Reply DeleteJenang mubarok memang terkenal ya.. Keren deh museumnya, jd tau juga sejarah tentang jenang...
Reply DeleteAku penyuka jenang Kudus, sesekali melewati kotanya saat mudik dari Jakarta ke Kediri tapi belum pernah ke Museum ini.
Reply DeleteKeren dari info pembuatan jenang sampai filosofi hidup orang Kudus ada di sini.
Jadi penasaran. Semoga bisa berkunjung pas ke Kudus nanti
Wah jenang kesukaan aku nih. Hihi. Kalo dapet oleh-oleh tapinya. Dan baru tau asal muasal penganan jenang ini. Bagus nih museumnya mengingatkan kita pada budaya dan sejarah yah mbak
Reply DeleteSaya gak suka jenang, Mbak. Tetapi, kalau mengunjungi museumnya tertarik banget. Kelihatan bersih dan menarik museumnya
Reply DeleteAku bolak balik ke Kudus kok ya belum pernah mampir ke Museum Jenang ta yaa, wah kebangeten aku.
Reply DeleteKalau ke Kudus lagi mesti disempatkan mampir nih kayanya
wah, aku baru tau nih legenda tentang jenang.
Reply Deleteku kira jenang itu ya jenang aja, nggak ada latar belakang cerita atau apalah... hehe
aduh, jadi pingin jenang :D
Pas baca judul langsung kepikiran "Jenang Kudus" kok kayak nama makanan. Tapi, memangnya ada nama makanan "jenang"? Eh betul aja ternyata ada kaitannya dan memang ada nama makanan. Tapi, aku lupa sih wujud jenang kayak gimana.
Reply DeleteMba cmmiw. Jenang itu yang kayak dodol kan ya. Soalnya teman kantorku selalu bawa oleh2 itu kalau pulang dari kudus. Tapi legendaris juga ternyata jenang kudus punya kisahnya tersendiri.
Reply DeleteMuseum-museum seperti jenang Kudus ini penting banget untuk dikunjungi apalagi banyak menyimpan khasanah sejarah dan budaya masyarakat setempat.
Reply DeleteKudus itu udah terkenal banget dengan jenangnya ya mbak, Jd kalau org bilang "Kudus" yang keinget selalu jenang. Ternyata ada museum jenung di Kudus. Bagus sih, sbg upaya mengingatkan anak cucu kalau Kudus emang penghasil jenang ya.
Reply DeleteSama nggak sih dengan bubur sumsum. Atau ini sejenis dodol itu ya. Pengen deh ke musiumnya euy.
Reply DeleteFilosofinya bagus, gusjigang, agak2 kekorean/ kejepangan hehe. Ternyata akronim dari mengaji dan berdagang ya. Dunia iya, akhirat iya :D
Reply Deletewaah..menarik infonya mbak..selaku orang temanggung (tetangga kabupaten meski agak jauh), saya baru tahu ada museum jenang. filosofinya bagus yaam.gusjigang :)
Reply DeleteMuseum jenang ternyata menarik kisah dibalik suatu makanan.
Reply DeleteAlhamdullilah doa kiyai besar jadi kenyataan bisa mempertahankan tradisi ini dan banyak orang menyukai jenang
Iya mpok setuju, moga Kudus tetep jd kota yang menghasilkan jenang sampai kapanpun yaaa
Reply DeleteMendengar kata jenang yang ada dalam benak aku adalah makanan semacam dodol gitu mba al.. dan ternyata memang ada museumnya ya.. istagramable banget dan itu batiknya kok bagus-bagus banget sih.. borong ya paksu hehe
Reply DeleteWah, baru tahu ada museum jenang. Pengin suatu saat berkunjung kesana..
Reply DeleteAsiknya bisa berwisata ke Museum Jenang-Kudus, pastinya seru dan dapat ilmu ya mbak Al. Mau deh kapan2 ajak keluarga kesana
Reply DeleteNanti kalo ke Kudus harus mampir ke sini. Aku suka banget sama jenangnya. Mesti tau sejarah jenang dengan mampir ke museum ini. Menarik banget pastinya.
Reply DeleteMuseum jenangnya kinclong bangeeet ya mba.. suka dengan tampilan putih dan emasnya. Mau mampir aah
Reply DeleteTerpana banget sama gambar pertama dan kedua,, bagus banyak sentuhan white and gold gitu cocok buat foto-foto. Btw aku baru tau lho ternyata ada museum Jenang.
Reply DeleteBeberapa kali main ke blog Mbak Alida sepertinya suka banget yaa mengunjungi museum? Dan yang ini unik sekali Museum Jenang, ada legendanya juga. Jujur aja baru tau nih hehe.
Reply DeleteMuseum keren nih...baru tau ada museum nya juga. Jenang kalau di sunda itu dodol ya...entah mengapa saya kurang bisa menikmati jenang ya, dodol pun paling bisa sebiji aja. Terlalu manis mungkin..:)
Reply DeleteTempatku ada orang nikah masih bikin jenang dimasak tradisional gt hlo Mbak... Punha hajat terasa kurang kalau ggbikin jenang
Reply DeleteKenapa di jawa museum tu bagus2 ya. Di sumaters barat kayanya belum nemu museum kerawat kaya gini. Tapi dulu sih. Ga tau sekarang setelah ditinggal merantau hehehe. Trus di jawa byak macem ya museum tu ampe jenang ada museum nya juga. Keren buat anak2
Reply DeleteInget jenang dr kudus aku pasti ingetnya sama jenang mubarok. Asik ya lid jalan jalan ke museum jenang jd punya wawasan baru perjenangan
Reply DeleteAku kuliah 4 tahun di Kudus kok nggak tahu museum ini, ternyata baru buka 2017 lalu. Dan minggu lalu pas aku ke Pati kan lewat Kudus ya, Mbak, aku lihat Gusjigang itu apa. Ternyata museum jenang ini. Wah, kapan-kapan harus mampir nih.
Reply DeleteWah teryata kuliah di KUdus. Cakep
Reply DeleteAsyik anget yah kak pengalamannya berkunjung di museum Jenang, baca ini bertambah pengetahuan sejarah. Mudah-mudahan nanti ada rejeki dan bisa ke museum Jenang juga, amiiinn
Reply DeleteAamin mba moga terwujud ya
Reply DeleteAku taunya jenang itu makanannya Mbak Alida, ternyata di Kudus ada museumnya juga ya. Ada legendanya juga ya mengenai jenang sampai dibuat acara di 1 Suro ya. Mudah-mudahan masyarakat yang berkunjungke Kudus bisa mampir juga ke museum ini
Reply DeleteIya ini baru dibuat mbaa
Reply DeleteJenang kudus aku suka banget. Tapi blm pernah ke pabriknya. Hehe. Mbah Jangkung masih sehat ya.
Reply DeleteAih aku pun blm pernah ke pabriknya mbaa
Reply Deleteaku juga abis berkunjung ke museum mbak minggu lalu. lagi buat adenda sama anak, sebulan sekali main ke museun ^^ eh tapi aku baru tau lho cerita legenda jenang kudus, hihi..
Reply DeleteKapan kapan main ya mbaa :)
Reply Deletedari tadi aku bertanya GUSJIGANG apa sih? Kok ribet gitu mengucapkannnya. Ternyata falsafah Jawa, tho.
Reply Deleteeh ya aku inget jenang Mubarok terkenal banget. Ada museumnya juga, tho.
Huaaa, semoga suatu hari nanti bisa berkunjung ke museum ini juga. Ohya itu cuma patung doang ya Mbak? Gak ada proses pembuatan jenang versi tradisional VS modern nya beneran ya Mbak? Padahal pengen lihat langsung.
Reply DeleteEhyaa pengen lihat rumah adatnya juga :)
Wah...ternyata Kudus punya museum keren banget ya mbak. Kapan2 mampir ah
Reply DeleteAq waktu suka bgt bantuin nenek buat jenang mak. Apalagi klo lebaran. Dulu, nenek rajiiin bgt masakin jenang buat hidangan lebaran. Capek bgt bgt ngaduk adonan jenang. Tp capeknya terbayar, krn jenang nenek enak hehe
Reply DeleteMengingatkan masa-masa kecil dulu.
Reply DeleteJika ada waktu, silakan mampir ke blog kami: ANEKA CARA BLOG
Terima kasih.
Aku baru tahu kalau di Kudus ada museum jenang Kudus. Jenang Kudus selalu jadi favoritku, Mbak. Aku suka beli Jenang Kudus saat berkunjung ke Kudus untuk oleh-oleh.
Reply Delete