Saya terlahir sebagai anak
pertama dari dua bersaudara. Ada perbedaan empat tahun usia saya dan adik
laki-laki saya yang bernama Ir. Kenangan masa kecil saya lebih banyak
dihabiskan bermain bersama kakak sepupu dan adik sepupu. Usia kami hanya
berjarak dua tahun.
Kami bertiga adalah cucu-cucu
kesayangan bib dan baba (panggilan kakek dan nenek). Maklum karena kami bertiga
tinggal serumah jadi mau tak mau kami lebih banyak menghabiskan waktu bermain
bersama.
Kami bertiga juga paling
sering memainkan perlengkapan make up milik mama atau tante. Biasanya diam-diam
kami masuk ke kamar lalu bermain berhias. Bedak pun kami taburkan di seluruh
muka hingga bak topeng. Seluruh kamar pun berubah dengan taburan-taburan bedak
yang berantakan.
Nasib kami ? Kena marah tentunya.
Hahhaa. Tapi entah kenapa ini nggak buat kami kapok malah kemudian diikuti
dengan kenakalan-kenalan lainnya. Walaupun demikian, kami masih tetap disayang
oleh bib dan baba. Bib selalu memebri barang sama untuk kami bertiga.
Saya ingat bib memberikan kami
baju. Saya dapat dress sedangkan kedua sepupu saya yang laki mendapat kaos.
Lalu kami juga dibeliin kursi kecil sebanyak tiga buah untuk saya dan kedua sepupu saya. Saya
ingat kursinya berwarna pink dan gambarnya ada tokoh kartun perempuan dan laki.
Kursi-kursi itu menjadi kursi
kesayangan kami.
Hubungan saya dengan adik saya
tentunya sangat dekat hingga kini. Padahal saat dia lahir, saya tidak suka
denganny. Hahhaa. Maklum ya anak kecil. Mama pernah cerita kalau pas adik saya
lahir, saya selalu minta agar dia dibuat di tempat sampah saja. Hihihii ....
Saya sering juga bermain
bersama adik saya, Ir. Kami biasanya main apa saja. Tapi biasanya saya
mengamati kebiasaan dia yang aneh yakni bermain semut. Biasanya dia akan
membuat rumah-rumahan buat semut di halaman sempit depan rumah bib dan baba
saya. Nah saya sih paling seringnya hanya mengamati.
Setiap bulan ramadhan, sambil
menunggu waktu berbuka puasa terkadang papa mengajak saya dan Ir naik motor
keliling pantai. Dulu setelah orangtua saya mempunyai rumah, kami pindah ke
kawasan BTN Waitatiri, Maluku yang berjarak hanya sekitar 5 menit dari pantai
natsepa.
Terkadang papa mengajak kami
cuci motor di sungai bersih yang terletak tak jauh dari rumah. Sambil menemanin
papa mencuci motor, saya dan Ir biasanya bermain di sungai yang bersih.
Terkadang juga iseng buat menganggu sapi yang mencari makan di sepanjang sungai.
Ngomong-ngomong soal sapi, saya
pernah melakukan tindakan konyol yang buat Ir adik saya tertawa terbahak-bahak.
Ceritanya saya pegang sebuah benda berwarna coklat berukuran besar. Saya kira
itu kayu karena bentuknya agak gepeng di permukaan. Pas tahu saya pegang, adik
saya teriak. “Chi jangan, itu kan kotoran sapi,” katanya sambil tertawa
terbahak-bahak. Aih sial deh !
Terkadang saya dan Ir
berpetualang bersama tetangga-tetangga seusia kami melewati hutan untuk
mencapai sungai bersih. Hutan yang kami lewati sungguh lebat. Tapi entah kenapa
tak ada rasa takut kala itu. Apalagi jaman itu nggak ada hanpdhone ya sehingga
kalau nyasar ya susah dihubungi. Biasanya kami jalan pagi-pagi dan kembali ke
rumah siang hari. Kami pulang dalam keadaan baju basah seusai bermain di
sungai.
Hidup di kota Ambon membuat
saya memiliki kenangan masa kecil yang tak hilang di lekang waktu. Apa kenangan
teman-teman di masa kecil ?
Masa kecil itu juga masa penuh konyol ya mbaaa, but it's so funnnn! Gak ada beban!
Reply Delete