Tak pernah terbayangkan oleh
Novi bahwa anak keduanya yang bernama Amara terinfeksi virus
rubella. Sekarang, di usia Amara yang sudah hampir dua tahun tapi masih tampak
seperti bayi yang berusia 9 bulan.
Amara belum bisa bicara namun
memiliki kemajuan untuk bisa duduk setelah diterapi ke rumah sakit sejak usia
masih 3 bulan. “Saya belum cek kondisi mata Amara,” kata Novi, sang ibu. Saat
Amara berusia 4 bulan, kepala Amara belum tegak. Bahkan untuk tengkurep pun
mengalami kesulitan. Selain itu, virus
telah menjangkiti otak sehingga ukuran otak Amara pun menjadi lebih kecil.
Awalnya, Novi mengaku tidak
bisa menerima kenyataan bahwa anak keduanya ini harus terlahir ‘istimewa’.
“Awalnya saya hancur. Sedih
sekali pas tahu seperti ini,” kata perempuan yang bermukim di Bandung ini. Namun kesedihannya ini tak
berlarut-larut. Seiiring berkembangnya waktu, ia pun menerima kondisi anaknya
yang terlahir 21 Desember 2016 itu.
Kini, Amara masih harus
menjalani rangkaian terapi sebanyak sebulan empat kali. Biaya terapi sebesar Rp
175 ribu ditanggung BPJS. Namun bagaimanapun ia harus menyiapkan dana lagi untuk
meningkatkan pertumban Amara dari berbagai terapi-terapi yang harus dipenuhi untuk masa depan Amara.
Novi menceritakan awalnya ia
tidak tahu bahwa Amara terkena penyakit Rubella. Saat hamil, semuanya seperti
kehamilan pertama. Saat akan melahirkan, dokter mengatakan bahwa janinnya
kekurangan oksiden dan ketubannya sedikit. Amara pun lahir melalui operasi
caesar.
Setelah Amara terlahir, dokter
mengatakan bahwa pertumbuhan janin terhambat. Akhirnya Amara dirawat
diinkubator selama 36 hari. “Sama sekali saya nggak tahu kalau Amara ini
terkena rubella,” tambahnya lagi. Novi baru tahu bahwa Amara mengidap penyakit rubella setelah Amara berusia 4 bulan. Itu pun setelah beberapa kali gonta
ganti dokter dan melalui serangkaian tes untuk memastikan kondisi Amara.
Hasil tes menyebutkan bahwa
Amara terjangkit virus rubella. Dan penyakit itu muncul sejak Amara masih dalam
kandungan. “Teryata saat saya hamil, saya terjangkit virus rubella,” katanya
lagi. Ibu hamil yang terinfeksi virus rubella memberikan efek yang berbahaya
bagi janin yang dikandung. Infeksi rubella yang terjadi selama awal kehamilan
dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella kongenital
(Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan. “Semoga tak ada
lagi yang mengalami seperti saya. Tak ada yang lain lagi,” katanya.
Apa yang dialami oleh Novi
merupakan salah satu contoh betapa virus rubella yang menjangikiti ibu hamil
memberikan dampak congenital rubella syndrome (CSR) kepada anak. Sehingga
proses imunisasi kepada anak wajib diberikan.
Tentang Penyakit Campak Rubella
Rubella adalah penyakit akut
dan ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi
yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila
rubella ini menyerang pada wanita hamil pada trimester pertama.
Penyebab rubella adalah
togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus rubella cepat
mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus
tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat
mengakibatkan abortus atau
congenital rubella syndrome
(CRS).
Penyakit rubella ditularkan
melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin. Virus dapat berkembang biak
di nasofaring dan kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi pada 4 – 7
hari setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari
sebelum hingga 7
hari setelah rash.
Pencegahan Difteri di lingkungan Kementerian Kesehatan Sumber : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id |
Masa inkubasi rubella berkisar
antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella ditandai dengan demam ringan
(37,2°C) dan bercak merah/rash makulopapuler disertai pembesaran
kelenjar limfe di belakang telinga,
leher belakang dan sub occipital.
Rubella pada anak sering hanya
menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak
terlaporkan. Sedangkan rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis
atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester 1
dapat mengakibatkan abortus atau
bayi lahir dengan CRS.
Bentuk kelainan pada CRS :
Kelainan jantung :
- Patent ductus arteriosus
- Defek septum atrial
- Defek septum ventrikel
- Stenosis katup pulmonal
Kelainan pada mata :
- Katarak kongenital
- Glaukoma kongenital
- Pigmentary Retinopati
Kelainan pendengaran
Kelainan pada sistim saraf
pusat :
- Retardasi mental
- Mikrocephalia
- Meningoensefalitis
Kelainan lain :
- Purpura
- Splenomegali
- Ikterik yang muncul dalam 24
jam setelah lahir
- Radioluscent bone
Pentingnya Imunisasi MR
Pada tahun 2000, lebih dari
562.000 anak per tahun meninggal di seluruh dunia karena komplikasi penyakit campak.
Dengan pemberian imunisasi campak dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka
pada tahun 2014 kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun,
dengan
perkiraan 314 anak per hari
atau 13 kematian setiap jamnya.
Di Indonesia, rubella merupakah salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data
surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi
beban penyakit
CRS di Indonesia pada tahun
2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu
15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.
Pemerintah berkomitmen dalam
mewujudkan eliminasi campak dan mengendalikan penyakit rubella serta kecacatan
bawaan akibat rubella (Congenital Rubella Syndrome) di Indonesia pada tahun
2020.
Strategi ini dilakukan dengan
pemberian imuniasi Measless Rubella (MR) untuk anak usia 9 bulan hingga kurang
dari 15 tahun.
Perlindungan imunisasi kepada
anak ini merupakan upaya Indonesia untuk pencegahan anak agak terjangkit virus
rubella.
Selain itu, United Nations
Childrens Fund (UNICEF) berkomitmen penuh untuk mendukung Pemerintah Indonesia
dalam kampanye imunisasi yang sangat penting ini. Wabah campak dan cacat bawaan
saat lahir akibat rubella dapat dicegah.
Bu Menteri Kesehatan saat membahas Indonesia sehat, imunisasi. Sumber : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id |
Terkait penolakan imunisasi MR
karena disangka haram, dijelaskan dalam MUI No. 4 Tahun 2016 bahwa imunisasi
pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
Imunisasi bisa menjadi wajib
ketika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian, penyakit
berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa.
Dukung Pemberian Imuniasi untuk Pemenuhan Hak Anak
Saya pribadi mendukung
pemberian imunisasi MR kepada anak. Memberikan imunisasi kepada anak merupakan
bentuk pemberian hak kepada anak sesuai dengan Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia
Pada pasal 25 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia pasal 25 menyatakan bahwa setiap
orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan
perawatan kesehatan, serta pelayanan sosial yang dilakukan.
Apa hanya itu saja? Tidak!
Selain Deklarasi Umum Hak
Asasi Manusia, pada Pasal 28H ayat 1 UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik, serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Secara khusus dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak dengan tegas mengungkapkan bahwa setiap anak berhak
untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Lebih jauh dalam Pasal 8 diungkapkan bahwa Setiap
anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spritual, dan sosial.
Saya memberikan imunisasi wajib
kepada Ayyas, anak saya sejak dia lahir. Pada saat imunisasi MR serentak, anak
saya pun saya daftarkan untuk menerima imunisasi. Saya masih ingat, saat
imunisasi itu dilaksanakan, saya menemaninya di sekolah.
Kami datang pagi-pagi. Ada
empat ruangan yang disiapkan selama proses imunisasi ini dilaksanakan. Satu
ruangan untuk berkumpul sebelum imunisasi, satu ruangan menyambut anak-anak
sebelum imunisasi, satu ruangan tempat dilakukan imunisasi. Lalu ada satu
ruangan untuk anak-anak yang telah menjalani proses imunisasi.
Awalnya, anak-anak dikumpulkan
di satu ruangan besar di sekolah. Ada film anak-anak yang diputar selama proses
menunggu itu sehingga anak menjadi lebih rileks dan tenang sebelum imunisasi. Setelah
itu, satu per satu anak dipanggil ke ruangan. Ada guru serta petugas medis yang
menyambut.
Ayyas yang awalnya ragu tapi
setelah itu menjadi lebih tenang. “Halo, namanya siapa? Tadi sudah makan apa,”
kata petugas medis menyambut ramah. Setelah itu, Ayyas masuk ke ruangan guru
untuk proses imunisasi.
Sebelum tindakan penyuntikan,
Ayyas pun diajak ngobrol sehingga dia menjadi lebih tenang. Hanya dalam
hitungan detik, proses penyuntikan pun selesai dan Ayyas kemudian berkumpul
bersama teman-temannya setelah imunisasi.
Di ruangan itu, mereka
menikmati berbagai makanan serta minuman yang disediakan orangtua dan sekolah.
Kegiatan iminusasi di sekolah ini dilakukan di sekolah sebanyak tiga kali.
Dengan pelaksanaan kegiatan imunisasi ini, proses pencegahan virus campak dan
rubella bisa dilakukan sehingga ke depan, Indonesia menjadi bebas dari penyakit
rubella.
Jangan biarkan masa depan anak
kita terenggut oleh penyakit rubella. Sudahkah anak anda vaksin MR? Jika belum, yuk segera imunisasi MR
Sumber : : http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/petunjuk_teknis_kampanye_dan_introduksi_mr.pdf?ua=1
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/topik/rilis-media/
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/topik/rilis-media/
Hal yang sampai detik ini menjadi pro dan kontra ya ummi ada yang provaksin dan antivaksin apalagi yang harus dikatakan jika nyatanya ada yang terkena penyakit karena ga vaksin :( sedih
Reply Deletesemoga mba Novi dan Amara bisa dengan hepi menjalani kehidupan ini aamiin
informasi penting begini memang harus gencar diberitahukan kepada khalayak agar tidak ada lagi Amara-amara lainnya ya uummi
Memberikan vaksin yg lengkap pd anak adlh langkah yg tepat walaupun masih bnyk nih yg bilang vaksin trbuat dr yg haram.. ini buat bingung krn blum ada sumbr yg mnyatakan vaksin trbuat dr apa yg sebenarnya? Semoga aja sgr ada pencerahan
Reply DeleteAkibat pemberian vaksin yang hoax lebih banyak dari pada sebaliknya. Jadi ibu sebagai pondasi keluarga memang harus paham tentang pemberian imunisasi ini.
Reply DeleteSedih kalau melihat anak-anak yang terkena rubella ya, butuh energi dan pasti biaya yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
Reply DeleteSemoga masyarakat makin saaar pentingnya vaksin untuk rubella
Kita tidak akan pernah tahu kapan musibah terjadi pada diri kita dan keluarga, yang bisa kita lakukan hanya dengan berusaha ya mba.. dengan senantiasa menjaga kesehatan diri dan keluarga, membekali diri dengan pengetahuan tentang berbagai macam penyakit serta mencegah tali rantai penyebaran virus melalui imunisasi seperti MR untuk cegah penyakit rubella ya mba.. sehat selalu buat anak-anak kita
Reply DeleteDampaknya emang mengerikan ya ummi, apalagi buat ibu hamil. Ada ga sih cara mendeteksi dini rubella ini ketika hamil? Kalau di USG itu biasanya bisa terdeteksi ga ya?
Reply DeleteAku pun mendukung imunisasi krn imunisasi merupakan salah satu hak anak. Aku juga mewajibkan anak anakku utk mendptkan imunisasi. Lebih baik mencegah drpd mengobati
Reply DeleteAku pro vaksin.. karena selain ikhtiar untuk melindungi Alula, juga ikhtiar melindungi para ibu hamil dari penyakit menular yang bisa membahayakan janinnya. Semoga semakin banyak orang tua menyadari kni..
Reply DeleteMasyaAllah, ternyata banyak banget ya dampaknya terutama pada ibu hamil. Jadi ngeri sendiri karena ngebayanginnya. Alhamdulillah anak-anakku sudah vaksin MR di sekolahannya. Semoga dengan kita menyadari pentingnya memberikan imunisasi bisa mencegah penyebaran penyakit ini yaa. Selain itu, adalah hak anak untuk mendapatkan imunisasi.
Reply DeleteMengerikan ya dampak rubella pada janin dan anak anak. Semoga lewat program edukasi kepada masyarakat, jumlah bayi terinfeksi rubella dan menyebabkan kelainan pada janin dan anak akan semakin ditekan dan malah hilang dari indonesia. Aamiin ..
Reply DeleteTFS umi Alida
masalah imunisasi ini bener-bener menghabiskan energi ya, antara pro dan anti vaksin selalu saja saling serang.
Reply DeleteKalau saya lebih memilih mengikuti program pemerintah, :)