Sebelum
menikah, saya termasuk orang yang memilih membelanjakan gaji untuk membeli
baju, tas dan sepatu. Hampir setiap minggu, saya dan sahabat saya selalu ke
pusat pembelanjaan. Niat awal hanya sekedar cuci mata selepas capek liputan.
Tapi pulang-pulang malah bawa dua tas berisi barang belanjaan. Kala itu saya
belum memikirkan untuk investasi. Kalaupun ada uang lebih, biasanya saya simpan
untuk dijadikan tabungan. Tapi tabungan ini biasanya hanya bertahan sebentar
karena saya gunakan untuk jalan-jalan. Ehem ...
Yuk jadi ibu bijak dalam mengelola keuangan |
Setelah
menikah, saya kemudian tak lagi sibuk membelanjakan gaji untuk beli keperluan
diri sendiri. Keuangan kemudian terbagi untuk keperluan keluarga, terutama
anak. Saya kemudian belajar sedikit demi sedikit untuk mengelola keuangan. Awal
menikah, saya dan suami sempat tinggal di kost. Kemudian kami kontrak rumah di
kawasan Kalibata.
Karena biaya kontrak rumah yang mahal, Mama saya berharap agar kami segera bisa membeli rumah sendiri. Hal itu juga sesuai dengan keinginan suami. “Kita kontrak satu tahun saja. Nabung sebanyak-banyaknya untuk beli rumah,” kata suami. Alhamdulillah, kami tepat memenuhi target hanya setahun kontrak rumah dan bisa membeli rumah dengan cara mencicil selama setahun.
Karena biaya kontrak rumah yang mahal, Mama saya berharap agar kami segera bisa membeli rumah sendiri. Hal itu juga sesuai dengan keinginan suami. “Kita kontrak satu tahun saja. Nabung sebanyak-banyaknya untuk beli rumah,” kata suami. Alhamdulillah, kami tepat memenuhi target hanya setahun kontrak rumah dan bisa membeli rumah dengan cara mencicil selama setahun.
Perencanaan
keuangan saya kemudian semakin tertata dengan diawali komunikasi dengan suami.
Saya dan suami kebetulan sama-sama pasangan yang terbuka tentang keuangan.
Walaupun saya sering juga siih belanja buku diam-diam dan simpan di loker
kantor. Hehhee. Setiap kali menginginkan sesuatu, kami selalu nabung. Selama
ini saya hidup dengan gaji bulanan yang dijatah suami untuk segala keperluan. Jadi, sebagian gaji suami untuk kepentingan keluarga. Sebagian lagi untuk investasi dan anak-anak. Sedangkan gaji saya dikelola untuk investasi dan tabungan. Tapi tetap saja saya kuatir
pengelolaan keuangan kami belum tepat. Kekuatiran ini dikarenakan saya tak
ingin masa tua saya harus bergantung pada orang lain dan tak bebas secara
finansial.
Sebetulnya,
saya sempat berharap bisa datang ke financial planner bersama suami untuk
merancang lebih baik keuangan keluarga. Harapan ini kemudian terwujud pada
Selasa, 25 Juli 2017 di Restoran Attarine, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Walaupun hanya saya yang di undang sebagai blogger, itu membuat saya senang
karena saya ingin tahu lebih banyak tentang perencanaan keuangan. Apalagi tema yang
dibahas sangat relevan dengan keinginan saya yakni Perencanaan Keuangan Keluarga
Acara
dibuka oleh Ibu Adhe Hapsari, Director of Corporate Communications Visa for
Indonesia, Vietnam, Cambodia. Menurut Ibu Adhe, acara ini diharapkan dapat
mampu meningkatkan informasi tentang perencanaan keuangan bagi perempuan
khususnya kaum ibu. Setelah itu, acara langsung dilanjutkan dengan workshop
yang disampaikan oleh Mba Prita Hapsari Gozie, Financial educator.
Menggunakan baju putih dan jilbab kuning keemasan, workshop diawali dengan identifikasi permasalahan keuangan Ada empat masalah yang menyebabkan keuangan tak terencana dengan baik yakni bad habit, debt size, inflation hingga high lifesyle. Masih banyak orang yang lebih mementingkan penampilan mewah dan mengikuti tren fashion sehingga perencanaan keuangannya beratakan. Duh ….
Menggunakan baju putih dan jilbab kuning keemasan, workshop diawali dengan identifikasi permasalahan keuangan Ada empat masalah yang menyebabkan keuangan tak terencana dengan baik yakni bad habit, debt size, inflation hingga high lifesyle. Masih banyak orang yang lebih mementingkan penampilan mewah dan mengikuti tren fashion sehingga perencanaan keuangannya beratakan. Duh ….
Perencanaan
keuangan yang tak baik juga tampak dalam ‘kalender’ keluarga. Biasanya awal
bulan dan menganggap uang masih banyak, maka memilih untuk jajan di mall.
Bahkan tak jarang makan-makan di restoran. Namun takkala tanggal tua tiba,
memilih membawa bekal dari rumah dengan alasan penghematan. Padahal kalau hari biasa lebih milih jajan di luar. Tak
hanya itu saja, saat tanggal tua lebih memilih untuk menggesek kartu kredit.
Dan kalaupun ada tagihan kartu kredit, selalu lebih memilih untuk membayar
minimun tagihan. Hal ini semakin diperburuk dengan kondisi bahwa 18 persen
masyarakat memiliki hobi berhutang. Selain itu, sebanyak 32 persen memiliki
gaya hidup tinggi.
Lalu,
bagaimana cara untuk mencapai kondisi ideal? Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah financial check up. Mba Prita menjelaskan
bahwa ada empat peringkat sehat keuangan adalah tidak sehat, sehat, mandiri dan
sejahtera. Keuangan dikatakan tidak sehat jika pengeluaran lebih besar daripada
penghasilan sertasering berutang kartu kredit dan tidak memiliki aset. Duh,
jangan sampai ya teman berada dalam kondisi seperti ini. Kondisi keuangan
dikatakan sehat jika pengeluaran sama dengan penghasilan namun sering
terlambatmembayar lunas tagihan kartu kredit serta memiliki investasi walaupun
minimal. Tahapan ini tentunya lebih banyak daripada kondisi tak sehat. Lalu,
apa yang disebut dengan kondisi keuangan mandiri?
Keuangan dikatakan mandiri apabila penghasilan lebih besar daripada pengeluaran. Selain itu, ketika seseorang berada dalam kondisi keuangan mandiri juga ditandakan tidak memiliki utang kartu kredit dan memiliki investasi maksimal. Kondisi ini menurut saya sangat ideal untuk diterapkan. Kondisi yang sangat bagus tentunya jika keuangan kita berada dalam kondisi sejahtera. Keuangan yang sejahtera ini artinya penghasilan lebih besar daripada pengeluaran. Tak hanya itu, kondisi sejahtera itu juga artinya kita memiliki penghasilan pasif dari aset. Selain itu, tak memiliki utang dan rajin berderma. Nah, kondisi ini yang bisa dikatakan sebagai kondisi bebas financial. Siapa yang tak ingin? Saya sih ingin banget…
Keuangan dikatakan mandiri apabila penghasilan lebih besar daripada pengeluaran. Selain itu, ketika seseorang berada dalam kondisi keuangan mandiri juga ditandakan tidak memiliki utang kartu kredit dan memiliki investasi maksimal. Kondisi ini menurut saya sangat ideal untuk diterapkan. Kondisi yang sangat bagus tentunya jika keuangan kita berada dalam kondisi sejahtera. Keuangan yang sejahtera ini artinya penghasilan lebih besar daripada pengeluaran. Tak hanya itu, kondisi sejahtera itu juga artinya kita memiliki penghasilan pasif dari aset. Selain itu, tak memiliki utang dan rajin berderma. Nah, kondisi ini yang bisa dikatakan sebagai kondisi bebas financial. Siapa yang tak ingin? Saya sih ingin banget…
Setelah
itu, mba Prita menampilkan tabel aset dan kewajiban. Sebelumnya mba Prita
memberikan ilustrasi seperti ini “Jika seseorang memiliki tiga rumah. Satu
rumah dihuni Senin-Jumat. Satu rumah lagi di huni saat weekend dan satu lagi
hanya sesekali dihuni. Apakah itu disebut aset investasi atau aset konsumsi?”.
Ada yang menjawab aset konsumsi dan ada yang menjawab aset investasi. Nah,
jawaban yang benar adalah aset konsumsi. Hal ini juga sama dengan kendaraan
yang selama ini digunakan hanya pada akhir pekan (seperti saya). Jika rumah
yang dimiliki kemudian dikontrakkan atau mobil disewakan maka hal ini disebut
sebagai aset investasi. Teryata, ini dua hal yang berbeda ya?
Hal menarik
yang kemudian disampaikan oleh mba Prita adalah tentang jenis pos pengeluaran.
Ada empat jenis pengeluaran yakni :
Wajib dan Tetap
Pengeluaran
ini tak bisa ditunda seperti cicilan pinjaman, uang sekolah, uang Asisten Rumah Tangga (ART), gaji sopir dan pembayaran premi asuransi. “Nggak mungkin kan kita
menunda membayar gaji ART,” kata mba Prita
Wajib dan Fluktuatif
Jenis ini
seperti listrik dan telepon kemudian biaya makan atau dapur. Selain itu juga
biaya makan atau dapur serta transportasi. Untuk tabungan dan investasi juga
dimasukkan di pos pengeluaran wajib dan fluktuatif
Tidak Wajib dan Tak Tetap
Pengeluaran
untuk biaya pembayaran internet, TV Kabel, les anak, pembelian majalah dan
koran dimasukkan ke bagian ini. Ini tandanya pengeluaran ini bisa tidak
dikeluarkan setiap bulan.
Tidak Wajib dan Fluktuatif
Sepertinya
segala sesuatu terkait gaya hidup dimasukkan dalam jenis pengeluaraan ini. Pengeluaran
ini meliputi biaya hiburan, hadiah dan angpau hingga liburan.
Langkah
Kedua yang harus dilakukan ada memiliki dana darurat. Mungkin banyak yang
bertanya seberapa penting sih dana darurat. Jadi gini, kita itu tak pernah
tahu apa yang akan terjadi besok atau lima tahun mendatang. Sehingga segala
sesuatu harus disiapkan.
Dana darurat memiliki empat manfaat yakni untuk persiapan biaya dokter, biaya obat dan biaya rumah sakit yang tidak bisa ditunda. Manfaat kedua adalah menyiapkan saat terjadi musibah bencana alam, kemalingan atau kematian. Terjadinya PHK secara mendadak dapat terbantu jika adanya dana darurat. Peralatan rumah rusak? AC harus diganti? Kalau ada dana darurat, semua pengeluaran mendadak itu bisa ditangani dengan baik
Dana darurat memiliki empat manfaat yakni untuk persiapan biaya dokter, biaya obat dan biaya rumah sakit yang tidak bisa ditunda. Manfaat kedua adalah menyiapkan saat terjadi musibah bencana alam, kemalingan atau kematian. Terjadinya PHK secara mendadak dapat terbantu jika adanya dana darurat. Peralatan rumah rusak? AC harus diganti? Kalau ada dana darurat, semua pengeluaran mendadak itu bisa ditangani dengan baik
Lalu,
bagaimana kondisi kesehatan keuangan? Asyiknya saat datang ke acara ini juga
dilakukan pemeriksaan kesehatan keuangan. Caranya, semua peserta diberikan
kertas pemeriksaan kesehatan keuangan. Kertas itu terdapat dua bagian yakni
pengeluaran yang meliput gaji, keuntungan usaha dan bonus/honor. Kemudian
bagian ditotal dan dibagi untuk biaya pengeluaraan yang meliputi sedekah,
cicilan hutang, dana darurat, biaya hidup, gaya hidup dan investasi. “Nggak
usah isi soal pemasukan. Tapi coba tulisa berapa persen pengeluaran yang
dilakukan,” kata Mba Prita. Nah, pas mba Prita sampaikan begitu saya jadi
binggung. Soalnya saya nggak pernah menghitung dalam persen melainkan langsung
nilai.
Mba
Prita kemudian meminta kita menutup kertas pemeriksaan kesehatan keuangan dan
mencocokkan dengan data ideal. “Siapa yang mendekati angka ideal alokasi
keuangan?,” kata mba Prita. Wah teryata ada salah stau peserta worksop yang
sangat tepat pembagiannya. Nah teryata alokasi ideal yang tepat adalah :
Zakat
: 5%
Menabung
Dana Darurat : 10%
Biaya
Hidup : 30%
Cicilan
Pinjaman : 30%
Investasi
: 15%
Gaya
Hidup : 10%
ini yang sedang aku cari karena pengaturan keuangan keluarga dan aku sebagai bendaraha belum terlalu sehat mba kadang tidak sehat namun cenderung stabil sehingga untuk alokasi investasi masih minim seminim-minimnya 🤣😂
Reply Deletebaiklah setelah ada rumus ini akh mau terapin ah izin foto y mba yang alokasi idealnya 🙏🏻😁
Nah, bahaya kan kalau investasinya minim, mba
Reply DeleteWih lengkap aat Mbak Lid.
Reply DeleteKondisi keuangan dikatakan sehat jika pengeluaran sama dengan penghasilan namun sering terlambatmembayar lunas tagihan kartu kredit serta memiliki investasi walaupun minimal.
Kalaupun jumlahnya minim, kalau memenuhi hal di atas, masih kategori sehat, ya.
Nulis lengkap biar makin banyak yang terinspirasi mba. Iya mba itu termasuk kategori sehat
Reply Deleteibu itu menteri keuangan ya, hrs pintar atur keuangan
Reply Deletebener banget mba Tira. Penting banget perempuan ya menjaga keuangan
Reply DeleteAlhamdullilah, menabung setahun bisa beli rumah. Memang mengelola keuangan harus tertata, beryntung bisa ikut workship ini.
Reply DeleteIya tapi harus super menghemat tuh mba ENi. Aku juga terbantu banget dengan ikut workshop ini mba
Reply DeleteKeren jd pengen ikutan acr seperti ini :)
Reply DeleteSemoga bisa ikut acaranya ya mba :)
Reply DeleteNgakak baca bagian "Belanja buku diam-diam dan disimpan di loker kantor". Itu sayaaa.. duluuu.. skrg udah gak ngantor. Wkwkwkwk. Aku suka baca gambaran tentang kesehatan keuangan. Abis ini mau ikut ngitung alokasi idealnya aahhh...
Reply DeleteAslinya sih bawa pulang juga nggak papa. Tapi waktu itu malu karena sering beli buku melulu. Hehhee
Reply DeleteLangsung yuk ikutin itung alokasi ideal :)
klo asuransi itu termasuk dana darurat ga ya mba?
Reply DeleteKeuanganku masih belum tercatat rapih ni,dulu mah rajin banget nyatet2in, sekarang mah boro2, wkwk...
TFS mba jadi terbuka ni
Asuransi masuk di bayaran wajib dan tetap mba. Kalau darurat kan yang tak wajib dikeluarkan setiap bulan :)
Reply DeleteWah betul juga, harus nyiapin dana darurat juga ya buat jaga-jaga kalo ada keperluan lain yang mendadak.
Reply DeleteIya mba. Sedia payung sebelum hujan :)
Reply DeleteHaaah, kalo aku kayaknya masih jauh dr ideal. Haha *curcol
Reply DeleteHayuuk semangaaat :)
Reply DeletePerincian.. persentase saya catat mba.. coba bulan depan lebih disiplin.. diantara keuangan yang mirat marit he2
Reply DeleteIya mba. Aku juga jadi semangat nih buat lebih bijak mengelola keuangan :)
Reply DeleteWah berartikeuanganku msh belum sehat besar pe geluaran daripada pemasukan
Reply DeleteBerarti kita juga haris smeakin bagus nih ya mba merencanakan keuangan :)
Reply DeleteKarena suami org akuntansi, saya dibuatkan cashflow nya. Jadi saya tinggal ikutin budget yg kita arrange bersama. Tapi kita naro budget asal aja.. sesuai kebutuhan trus nambah2 dikit. Nah pas ada presentasenya gini, makin terarah deh. Coba aah itung2 lagi..
Reply DeleteWah keren nih idenya mba Ufi. Mau langsung dipraktekkan
Reply Deletepresentase2 yang ada jadi acuan nih mulai gaji bulan ini. dan mulai semangat nabung juga investasi. thanks sharingnya :)
Reply DeleteAku pengen hitung ulang juga ama suami :)
Reply DeleteAku juga baru tahu ternyata Financial Check up itu dilakukan tiap tahun, bukan per trimester :)) berarti aku kerajinan yak :))
Reply DeleteNah tapi kan bagus biar bisa diantisipasi lebih awal yaa
Reply DeleteWuih.. ilmu baru. Dulu pas ada kartu kredit, aku ati... banget. Berusaha ngelunasin sebelum jatuh tempo. Takut kena ribanya. Eh.. sekarang tutup aja. Lebih nyaman. Belanja bulanan juga sekarang pindah ke warung. Gak ngemall lagi. Dulu meuni boros bangettt
Reply DeleteIya mbaa. Aku juga kuatir kena riba. Alhamdulillah tak ada lagi cicilan karena kuatir riba juga
Reply DeleteBelanja pakaian itu saya banget waktu dulu. Sama makanan juga sih hehehehe. Sekarang kalau mau beli sesuatu mikir dulu. Eh, kecuali gajian deh, suka kebablasan sedikit hehehehe.
Reply DeleteKalau kebablasan dikit nggak papa deh. Hehhee
Reply Deleteada istilah, istri adalah menteri keuangan di dalam keluarga. Ya meskipun urusan keuangan sebaiknya dibahas bersama pasangan, tetapi memang jaid istri juga harus bijak mengelola keuangan :)
Reply DeleteIya mba. Harus bisa nih buat keuangan keluarga terjaga baik :)
Reply DeleteAku menanti acara ini ada lg mbak, keuangan aku pun msh acak2an... Tp tetep sih ada uang dapur dan uang tabungan serta celangan ngetrip dipisah semua... Berusaha selalu belajar jd ibu bijak... Yg penting yg tergoda sm utang piutang ya mbak Al, apalagi sm CC
Reply DeleteBaru belakangan kami -saya dan suami- berfikir keras untuk menabung. Selama ini gaji berdua habia gitu-gitu aja tanpa perencanaan yang jelas. Menurut saya juga memang penting bgt berdiskusi dengan financial planner begini Mbak, jadi tahu arah pencapaian ke depan.
Reply DeleteWidihhh rame banget yang dateng yakkk, pasti seru banget bisa hadir disana
Reply DeleteIYaa seru karena emang acaranya juga keren mas
Reply DeleteArtikelnya menginspirasi sekali mbak krn aku masih blm bisa mwngatur keuangan dengan baik. Akan aku pelajari langkah2 yg mbak share ya, tq....
Reply DeleteTerima kasih juga telah membaca mba :)
Reply DeleteAcara ini sangat seru dan banyak ilmunya ya mba, Alhamdulillah saya semangat semangat untuk menjdi ibu bijak dalam mengelola keuangan.
Reply DeleteAku pun begitu, mba :)
Reply DeleteBeruntung ya bisa aikutan WS kmrn, aku bulan ini mau aplikasikan mbak. Moga bisa ikutan WS lanjutannya :D
Reply Deleteaku juga mau nih ikutan financial workshop tahap selanjutnya. Soalnya manfaatnya banyak banget
Reply DeleteWaah,komplit mbak. Langsung aku orat-oret buat cek keadaan finansial keluarga. Hiksss...
Reply DeleteNyaris ga sehat.
Mau mulai diterapkan rumusnya ini sambil belajar.
Siap mba Alma :)
Reply DeleteSeorang ibu dituntut tidak saja handal me-manage keluarga tetapi juga keuangan. Tips dari mbak Prita coba saya praktekkan walaupun belum sempurna pelaksanaannya
Reply DeleteSemoga berhasil untuk mencoba ya mba Dennise :)
Reply DeleteWalaupun dua-duanya (suami dan istri) sama-sama kerja tetap aja harus pintar mengelola keuangan yaa, biar bisa nabung dan investasi untuk anak-anak dan hari tua.
Reply DeleteIya mba. Kalau nggak wah bisa sia sia saja uangnya nggak menghasilkan
Reply DeleteWohoo... dana darurat penting vanget ya mba. Dan kadang sering lupa karena terpakai buat ini dan itu. Untungnya suami care sama yg satu inim jari utusan emak2 ngatur keuangan jadi terbantu. Makasih mba alida tipsnya tepat banget dibaca abis nerima slip gaji suami.. eh kok slipnya aja.. #langsungnyarisuami..
Reply DeleteNah iya. Aku dan suami agak mengabaikan sih soal dana darurat ini. Hihiii. Semangat yaa
Reply DeleteIbu rumah tangga merangkap semuanya yaa... Harus pintar-pintar membagi makasih infonya mba jadi harus makin jeli nih
Reply DeleteTerima kasih juga mba Echi :)
Reply Deleteinformasi yg penting banget. saya baru tahu ternyata prosentasenya seperti itu ya, makasih banyak mba Alida. salam kenal
Reply DeleteSaya juga bar tahu pas datang ke acara kemarin, mba. Terima kasih juga sudah mampir ya mba :)
Reply DeleteNaah ini.. harus banyaaak ya mbaaa belajar lagi kelola finansial
Reply DeletePenting banget mba buat belajar finansial :)
Reply DeleteKok aku kayak ketampar-tampar baca ini, aku dari remaja agak boros, dan kebawa nih smpe skrg.hikz
Reply DeleteHayuk kita semangat ya mba Tetty :)
Reply DeleteNah, bener banget tuh mbak ketika kita terbuka dengan pasangan perihal keuangan akan lebih memudahkan kita dalam menangani masalah keuangan yang akan datang sih ya. Duhh mumet emang kalau sudah ngobrolin duit ini, yukk ahh aku pun juga mau belajar dan belajar lagi biar ketularan bijak dong
Reply DeleteSama-sama bijak yuuk :)
Reply DeleteAku nyerahin urusan keuangan semuanya ke suamiku soalnya aku gak bisa ngatur uang hehe...
Reply DeleteDuitnya buat aku aja deh :p
Reply Deletesenenggg bisa ikutan acara ini kmaren ya mba Lid, nambah bgt ilmu soal keuangan aku..
Reply DeleteSenang banget. Alhamdulillah :)
Reply DeleteAku yang bekum nikah aja masih bingung cara ngatur uang. Biasanya aku gunakan untuk beli make up, perawatan, beli baju, sepatu, dan tas sampe aku dibilang boros sama ibuku. Aku tipe orang yang nggak bisa hemat.
Reply Deletenurazizahkim.blogspot.com
Hayuk kita belajar ya mba kelola dana :)
Reply DeleteHaduh Kayaknya perlu sering-sering ikut pelatihan kayak gini saya Mbak Lida hehwhw..pentinggg buat emak-emak
Reply DeletePenting banget. Hehhee
Reply Delete