Batik Pesisir?
Saya jarang
mendengar nama batik pesisir. Saya hanya tahu nama batik berdasarkan asal
daerahnya. Batik Pekalongan, Batik Kudus dan lain-lain. Namun kemudian saya
ketahui bahwa ada yang dinamakan batik pesisir, dan ada yang dinamakan batik
keratonan. Batik keratonan dibuat di daerah keraton seperti Cirebon, Yogyakarta
dan Solo. Batik Keraton lebih banyak dipakai oleh anggota kerajaan pada masa
dulu. Sedangkan batik pesisir berasal dari daerah pantai seperrti Indramayu,
Tuban dan Madura. Masyarakat pesisir lebih banyak terpengaruh pada budaya luar
seperti India, China, Arab, Persia, Turki dan negara-negara lain.
“Itu isi
gurindam XII,” kata Pak Muhardi, Kepala Seksi,
Konservasi dan Preparasi Museum Negeri Bengkulu kepada
saya. Mungkin karena melihat saya yang terlihat mencoba memahami isi kain itu. Kain besurek karya Dudung Alie Syahbana ini membuat sehelai kain yang berisikan
karya Raja Ali Haji degan aksara Jawi. Saya kemudian tertarik untuk lebih
banyak tahu tentang batik Bengkulu. Menurut Pak Muhardi, batik Bengkulu dinamakan
besurek. Besurek berarti sesuatu yang ditulis. Jadi, kain besurek berarti kain
yang dituliskan. Kain besurek dikenal di Bengkulu saat masuknya Islam ke
Bengkulu yakni pada abad ke 16. Batik tulis ini terbuat dari bahan benang
kapas. Tulisan-tulisan di kain besurek berisikan kaligrafi Arab namun tak
memiliki makna. Kaligrafi Arab tersebut kemudian dipadupadankan dengan
lingkungan alam. Maka tak heran, saya menjumpai kain besurek yang menggabungkan
bulan, kembang cengkeh hingga burung punai dengan aksara Arab. Pada dasarnya
motif tradisional yang berkembang menggambarkan hubungan manusia dengan alam
serta sang pencipta. Saat dulu, hanya masyarakat dari kalangan mampu saja yang
lebih banyak menggunakan kain besurek.
Pak Muhardi
kemudian menceritakan bahwa kain besurek kerapkali digunakan saat upacara
terkait siklus hidup manusia di Bengkulu. Mulai dari kelahiran, pernikahan,
hingga kematian. Kepada saya, Pak Muhardi menunjukkan sebuah kain warna merah
yang dipamerkan di pameran tersebut. Menurutnya, kain itu digunakan pada
upacara cukur rambut bayi usia tujuh hari. Warna merah hati dengan tulisan
putih melambangkan sifat religius. Ketika acara akikah, anak diletakkan di kain
besurek, kemudian diayunkan sambil mendendangkan lagu. Saat upacara pernikahan, terdapat tradisi
ziarah ke kubur. Saat ziarah itu, calon pengantin menggunakan kain besurek yang
berwarna biru atau cokelat kehitam-hitaman berukuran 225x105 cm. Motifnya kain
besurek adalah aksara arab dipadukan dengan kembang melati serta pola garis.
Kain besurek
ini juga digunakan perempuan yang akan meratakan giginya sebelum menikah.
Awalnya saya mengira tradisi ini tak berlangsung lagi hingga kini. Tapi
teryata, tradisi ini masih hingga kini dilestarikan. Perempuan yang menjalani
upacara akan meletakkan kain besurek di pundaknya. Saat meninggal, kain besurek
digunakan untuk menutup jenasah sebelum jenasah dimandikan. Pewarnaan kain
besurek berasal dari bahan-bahan alami. Warna biru berasal dari daun timbuak
yang menghasilkan biru kehitam-hitaman. Sedangkan penggunaan getah gambirmampu
menghasilkan warna merah marun.
Pak Muhardi
mengatakan, hingga kini kain besurek memiliki 38 kain besurek yang dipamerkan
di Museum Negeri Bengkulu. Hanya saja, tak diketahui usia kain-kain yang
menjadi koleksi museum itu. “Pas penggandaan koleksi, pemiliknya hanya bilang
kalau itu koleksi dari nenek moyangnya. Kami susah mengetahui usia kain,” kata
Pak Muhardi kepada saya. Namun diperkirakan, usia kain paling tua adalah 100
tahun-an karena berasal dari tiga generasi ke atas saat koleksi ini diperoleh
pada tahun 1980-an.
Batik Tuban, Pelestarian dari Generasi ke Generasi
Di pameran
itu, saya kemudian berkenalan dengan Bu Sari, pengrajin dari Desa Gaji,
Kecamatan Kerek, Tuban. Bu Sari kala itu sedang menjual batik khas Tuban, Jawa
Timur. “Alhamdulillah beberapa jualan saya laku,” katanya. Kepada saya, Bu Sari
menceritakan sejak kecil telah berada di lingkungan batik. Sang ibu adalah
penenun batik. Dari ibunyalah, ia kemudian belajar menjadi penenun batik,
padahal di lingkungannya sudah jarang orang yang mau belajar menenun batik.
Masyarakat Tuban mengenal batik dengan sebutan batik gedog. Gedog berasal dari
bunyi dog-dog yang berasal dari alat menenun kain tenun. Proses pembuatan batik
gedog Tuban membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.
Bu Sari mulai
menenun batik sejak usia 20 tahun, telah menjadi buruh celup di usaha batik.
Tujuh tahun lalu, ia kemudian memilih untuk membuka usaha sendiri. Jika dulu ia
hanya punya empat karyawan di rumah, kini sudah ada 10 karyawan yang bekerja di
rumah dan 30 pengrajin yang mengerjakan batik di rumah masing-masing.
Total, hingga
kini, sudah 15 tahunia berprofesi sebagai jurangan batik. Produk utamanya
adalah kain batik tulis dengan bahan dari kain katun putih atau tenun gedhog.
Bu Sari juga banyak yang membuat batik dengan bahan pewarna alam seperti
indigo, mahonidan tingi. Motif ini kemudian digabung dengan motif kembang
wuluh, ganggang pedot, tekuk dengkul, gringsing, klapa sekanther, panji ori,
nam kathil dan lainnya. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 2
juta.
Melestarikan Batik Pamekasan Karena Tergiur Kemajuan Lingkungan
Sekitar
Melestarikan
batik dari generasi ke generasi merupakan salah satu cara agar batik tetap
dikenal. Namun ada juga yang memilih melestarikan #batikIndonesia karena
awalnya tergiur kesuksesan tetangga. Itulah yang dialami Pak Badrudin,
pengrajin batik Pamekasan, Madura. Pak Badroddin
adalah pembatik dari DusunPodhek, Kabupaten Pamekasan, Madura yang lebih banyak
mengandalkan penjualan rutin di pasar khusus batik. Kepada saya,
ia mengaku tertarik sebagai pengrajin batik Pamekasan karena tujuh tetangganya
mampu memiliki rumah, mobil hingga naik haji. Tiga keuntungan material itulah
yang membuat Pak Badrodin akhirnya luluh saat pamannya meminta ia berbisnis
batik pada tahun 2010.
Awalnya, ia
produksi sendiri batik Pamekasan, kemudian ia jual dari satu pedagang ke
pedagang lainnya. Ia hanya berjual dua kali dalam seminggu. Jika dulu ia
memproduksi sendiri, kini ia dibantu 10 karyawan. Harga
batik yang dijual bervariasi. Mulai dari Rp 115 ribu hingga Rp 2,5 juta.
Mahalnya harga batik juga dikarenakan kecilnya ukuran canting yang kecil
sehingga pengerjannya juga lebih lama. Ciri khas batik adalah pemilihan warna
yang menonjol. Apabila warna merah, maka warna merah akan sangat menonjol.
Begitu juga saat wrana coklat ataupun warna yang lain. Sedangkan untuk motif,
motif bunga yang paling banyak disukai. Dalam sebulan, ia mampu menjual hingga
90 lembar kain batik Pamekasan. Untuk
harga kain batik yang mahal berukuran 2x50 meter, butuh waktu lima bulan
pengerjaan.
Inovasi Kain Besurek, Batik Pamekasan dan Batik Tuban
Jurnal Al
Azhar Undonesia Seri Pranata Sosial Tahun 2012, memuat studi inovasi produk dan
motif seni batik pesisiran seperti Tuban menemukan bahwa inovasi produk kurang
berkembang, inovasi tergantung dari pemilik dan pelanggan atau pasar. Rata-rata
inovasi hanya untuk kepentingan kain, selendang, kaos dan belum memiliki
peruntungan khusus untuk fashion. Sedangkan kreativitas penggunaan bahan baku
dan produk belum berkembang. Menurut jurnal tersebut, aktor dan faktor
penggerak yang meliputi pemilik, pelanggan, pemerintah dan pekerja batik serta
akademisi belum berkoodinasi dengan baik. Hal ini tentu menjadi salah satu
kendala dalam proses inovasi batik Tuban.
Bagi saya,
kini batik Tuban semakin membuat inovasi demi inovasi untuk melestarikan budaya
batik. Salah satu penandanya yakni semakin banyak pengrajin yang masih bertahan
hingga kini. Batik Tuban mewakili kreatifitas yang tak masih mengandalkan bahan
dasar alami.
Corak batik Pamekasan |
Sedangkan kain
besurek semakin berinovasi dan melibatkan berbagai pihak. Jika dulu kain
besurek lebih banyak digunakan pada upacara-upacara terkait siklus hidup
manusia, kini kain besurek digunakan pada berbagai kegiatan. Inovasi demi inovasi kemudian dilakukan agar kain besurek semakin
dikenal. Pada
periode Gubernur Razie Yahya tahun 1989-1994, Gubernur mendorong penggunaan
kain besurek di setiap instansi pemerintah. Pak Muhardi mengatakan, pada
kegiatan Museum Negeri Bengkulu, para kepala museum diwajibkan menggunakan kain
besurek. Kain besurek kini mengabungkan berbagai unsur-unsur baru misalnya bunga
raflesia, huruf kaganga dan lain-lain. Huruf kaganga ini mirip dengan aksara
incung di Kerinci. Saat membaca koran Kompas edisi Minggu, 21 Agustus 2016, ada
peneliti aksara Kaganga dari Universitas Bangkulu, Sarwit Sarwono mengatakan
sejauh ini ada 8-10 huruf dari sekitar 23 huruf kaganga yang dikenal di
Bengkulu yang sudah diaplikasikan sebagai motif batik. Huruf kagangan yang ada
di batik merupakan hurup lepas dan tidak menjadi motif yang bersambung.
Lalu,
bagaimana dengan batik Pamekasan? Batik Madura sudah semakin berkembang dan tak
hanya berkutat di warna-warna berani saja, melainkan juga mengembangkan batik
yang berwana gelap seperti hitam, coklat, biru tua dan warna-warna pastel.
Batik pesisir masih memiliki daya tarik di mata masyarakat. Pengenalan ini juga bisa dilakukan dengan sosialisasi kepada berbagai kalangan dengan berbagai cara. Dengan pengenalan batik pesisir secara komprehensif, dan kerjasama dari berbagai pihak, batik pesisir sebagai salah satu #BatikIndonesia akan semakin dikenal. Seperti dikatakan Pak Muhardi,"Pameran seperti ini yang diharapkan membuat batik semakin terkenal," katanya.
Sumber :
Jurnal Al
Azhhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol.1 No 4 September 20112
Indonesia itu kaya banget ya Mba.. Bahkan dari satu hal, batik saja, bisa bermacam-macam. Tak hanya dibedakan dari ciri khas tiap daerah saja, bahkan peruntukannya pun dibedakan juga. Mulai dari corak, warna.. Ya Allah..bangga banget deh jadi orang Indonesia.. Kreatifnya luar biasa. :)
Reply DeleteAku pun bangga mba Arinta :)
Reply DeleteKain Besurek syakeep banget y mba ^^ banyak juga jenis batik y taunya batik jawa tengah doank *kurangpiknik* nice info mba
Reply DeleteIyaa kain besurek cakepnya luar biasaa
Reply DeleteBatik pesisir ternyata banyak juga motif dan coraknya ya, mbak
Reply DeleteBener banget mba Ika :)
Reply DeleteBaru tahu juga mbak soal batik pesisirm biasanya tahunya itu macam btik dr asalnya dan coraknya kaya sidamukti gt,heh
Reply DeleteAwalnya aku pun demikian hihii
Reply DeleteSekarang jadi tahu mbaa
batik emang udah membumi di indonesia.. hampir semua orang punya kain batik.. minimal jarik buat gendongan..he2
Reply Deletetapi kini batik lebih banyak motif dan bahannya lebih halus.. lebih banyak model.. gak cuma bwahan.. tapi baju2 trendy juga.. cocok dipkai semua umur..
Sekarang inovasi makin dikembangkan mba :)
Reply Deletecantik-cantik batiknya, tiap daerah beda dan khas batiknya ^__^
Reply DeleteIya mba Aira :)
Reply DeleteKeren ya batik itu mak semua daerah punya ciri khasnya sendiri2. Aku suka banget pake batik klo ngajar mak pa lg skr modelnya lucu2 :)
Reply DeleteMuridnya pasti senang punya pengajar yang keren karena pakai batik. Hihii
Reply DeleteAku juga baru tahu mbak sama Batik Pesisir ini dan motifnya bagus-bagus ya. Apalagi yang dari Tuban itu, bagus motifnya.
Reply DeleteIya Tuban cakep desainnya mbaa
Reply DeleteCantik - cantik banget motif Batik Pesisir ini ya mba, kebetulan aku juga lagi suka nambah pakaian dengan nuansa Batik...okay banget nih dijadiin referensi :)
Reply DeleteSyiaap mba Lily :)
Reply DeleteSaya selalu terpikat dgn batik..motifnya cantik2. Bangga sebagai bangsa yg memiliki seni dan warisan budaya batik ini
Reply DeleteIya mba
Reply DeleteMotifnya itu loh. Emang kece
Ayo, mba ke Tuban, bisa keliling ke pengrajinnya. Yang terkenal sih di Kerek, meski sebenarnya tersebar di kecamatan-kecamatan lain. Untuk motif pada dasarnya sama, misal burung Hong, kembang waluh, dsb. Saat ini motif batik saling mempengaruhi. Misal ada motif dari Madura yang dibuat sama atau dikombinasikan dengan motif sini. Termasuk motif kontemporer.
Reply DeleteWah semoga kesampean maen ke Tuban ke pengrajinnya
Reply Deletebaru tau ada batik pesisir, tapi mbaa, itu foto pertama yg paling atas, batik warna merahnya, bener2 ga bisa ngalihin mata ! ^o^.. cakepnya bangeeetttt.. pasti mahal yaa...
Reply DeleteHahhaa itu koleksi museum mbaaa
Reply DeleteInilah warna-warni Indonesia, batik pun beragam dan tiap daerah ada ciri khasnya. Saya punya batik Madura, warna-warnanya emang cerah pun motifnya bervariasi
Reply DeleteIya aku juga punya beberapa batik Madura mba
Reply DeleteBanyak banget ternyata ya jenis batik itu. Saya sih milih batik cuma dari pola dan bahannya saja. Gak fanatik dengan jenis batik tertentu. Soalnya menurut saya, semua batik Indonesia itu cantiiik...
Reply DeleteSiaap mba Nia :)
Reply DeleteWow batik pesisir dan batik tuban ternyata bagus-bagus ya.. Saya jadi pingin punya.
Reply DeleteHayook beli mba Dian
Reply DeleteIndonesia memang kaya dg ragam batiknya ya mba. Kadang suka ga ngeh bedanya dimana
Reply DeleteKadang ciri khasnya beda2 mba :)
Reply DeleteMau batiknyaaa..
Reply DeleteSuka banget sama batik.. Kalau lihat batik mata udah susah diem, lihat sana sini.. Itu kalau pas mood banget. kalau ndak, cuma diem dan berharap yg ngajakkin lihat batik, pengertian hihi
Aku juga mauuuu batiknyaaa
Reply DeleteSubhanallah... koleksi batiknya beragam ya mbak. Hwehh.. filosifi kain batik besureknya jga khas hee.
Reply DeleteJadi mupeng heheee
Aku suka filosofi dari kain besurek mba :)
Reply DeleteKlo dicermati daerah2 batik memang lebih banyak di pesisiran lho mbak. Sukses ya semoga menang
Reply DeleteIyaaa mba
Reply DeleteAaamin doanyaa, mba
Makasih banyak mba :)
kain batik besureknya kece2 ya mba..aku suka tuh yg warna hitam2..elegan gitu
Reply DeleteSemua kece kece mba
Reply DeleteIya hitamnya emang kece nan elegan euy
Aku suka batik apa aja da pernah belajar gebatik tulis dan itu susaahhhh ciiinn.
Reply DeleteIndonesia kaya akan batik ya, bagus2. Di tempat kami di Pati juga ada batik khasnya, namanya Batik Bakaran. Instansi pemerintah wajib memakainya kalau hari Kamis. :)
Reply DeleteWah nggak nyangka ternyata di BBJ ada acara pameran batik juga. Kukira BBJ cuma buat acara-acara show yang berbau sastra atau seni musik gitu.
Reply DeleteBanyak acara mba. Pernah pameran produk makaan dan minuman juga
Reply DeleteIndonesia memang kaya akan budaya ya, Mbak. Batiknya cantik-cantik ...semoga banyak pengusaha batik yang semakin sukses ya...
Reply DeleteAaamin mba Nurul :)
Reply Deletekain2 batik itu bagusnya dikoleksi ya mbak. kyknya gak tega buat dipotong2 & dijadikan baju. Pantas saja ada yg smp mahal banget krn harus memotong beberapa kain untuk jadi satu baju...
Reply DeleteDIpamerin ya mba Ria. Hihi
Reply DeleteBuat kami yang di luar Jawa, batik itu sama, dari Jawa tapi ternyata motifnya pun macam2 ya Mbak .... negara kita kaya benar ....
Reply DeleteIyaa mba Niar :)
Reply Deletebagus bagus batiknya...jadi pengen...
Reply DeleteAku juga pengen mba. Hihii
Reply DeleteBaru tahu ada istilah batik pesisir aku mbak :) dan ternyata punya ciri khas tersendiri ya..TFS
Reply DeleteIyaa mba Pritaa :)
Reply DeleteSaya pun tahunya, batik dari Pekalongan, Solo dan Yogya kalau di luar Jawa belum mengenalnya, setelah baca postingan ini jadi tau deh karya anak bangsa budaya batik ada di Bengkulu, Tuban dan istilah batik pesisir mbak
Reply DeleteBanyak banget karyanya mba Titis :)
Reply DeleteSetahu saya, kalau batik pesisir, motifnya lebih detail, dan warna alam pesisir juga menjadi inspirasinya, kaya laut, langit, biru keabu-abuan.
Reply DeleteBatik Solo dan Yogya beda dengan batik Pekalongan