Seorang teman menghampiri saya
di siang hari. Saat itu, perkerjaan sedang menumpuk, deadline terasa menambah
beban. “Lid, saya sudah beli rumah di Depok,” kata teman saya itu. Pandangan
mata saya yang
semula tertuju di layar komputer, kemudian beralih memandang wajah teman saya.
“Wah, selamat ya,” kata saya. Saya tahu benar perjuangannya untuk mendapatkan
rumah pribadi. Selama ini, bersama sang istri, teman saya itu memilih
mengontrak. Kontrakan itu kemudian diperpanjang dari tahun ke tahun. “Capek
juga kalau harus kontrak terus. Tapi kalau harus beli rumah, harga tanahnya
mahal,” katanya sebelum memiliki rumah. Ya, saya membenarkan kalimat
teman saya itu. Memang tak mudah memiliki rumah di Jakarta. Saya jadi teringat
perjuangan saya dan suami untuk memiliki rumah di Jakarta, beberapa tahun lalu.
Setelah menikah, saya dan suami memilih mengontrak rumah yang tak jauh dari kantor saya. Hanya jalan kaki lima menit,
saya pun tiba di kantor. Tapi kontrakan dua lantai yang kami tempati, terlalu
mahal jika harus diperpanjang lagi. “Kalau ada rejeki, langsung beli rumah saja
Chici,”
kata Mama saya kala itu. Niat itu kemudian diupayakan dengan menggumpulkan
uang. Setiap kali ada rejeki, dana kemudian dimasukkan ke rekening. Sambil
menggumpulkan dana, kami pun mencari-cari rumah yang sesuai dengan pilihan
kami.
Teryata memang tak mudah
mencari rumah sesuai kriteria yang kami terapkan. Kami bertanya, mencari di
website hingga di koran-koran tentang rumah dijual di Jakarta. Dalam sehari, kami datang di tiga hingga empat rumah.
Ada rumah di kawasan Kalisari yang kami taksir. Dan teryata tak hanya kami,
melainkan banyak orang. Terbukti saat kami datang, kami harus menunggu sebab
ada calon pembeli yang survey rumah. Dan saat kami belum selesai survey, calon
pembeli lain pun datang. Rumah itu terletak di paling pojok, memiliki lima
kamar dan dua kamar mandi. Tangganya pun aman untuk digunakan balita. Kami
merasa sreg sehingga memutuskan untuk mengajukan kredit di Bank. Keesokan
harinya, kami menelpon pihak penjual rumah untuk memastikan rumah itu kami
pilih. Tapi, harga rumahnya malah naik Rp 50 juta dari harga yang disepakati.
Kami pun batal membeli rumah itu. Ah, belum jodoh!
Ada rumah warisan yang ingin
dijual di kawasan Jakarta Timur. Sebenarnya saya tak terlalu sreg dengan rumah
itu, karena agak terkesan kuno dan kurang rapi. Tapi memang lebih luas. Tapi
karena kami sudah survey, satu keluarga pun menelpon saya dengan harapan saya
menyetujui suami membeli rumah itu. Jadi, suami saya mengatakan saya-lah yang
memutuskan apakah membeli atau tidak. Alhasil, handphone saya tak berhenti
berdering. Setelah diskusi kami putuskan untuk tidak membeli rumah itu.
Suatu saat, kami survey ke
sebuah rumah di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Rumah itu baru ditempati dua
tahun oleh sepasang suami istri. Temboknya masih bersih serta desain rumah ala
Jawa modern. Kusen dan sejenisnya terbuat dari kayu jati. Lokasi rumah di pojok
jalan buntu sehingga anak bisa dengan mudah berlari dan bermain. Bangunan
seluas 122 cm itu berdiri di atas tanah seluas 144 meter itu membuat
kami tertarik.
Kami kala itu hanya memiliki dana 75 persen dari harga rumah. Suami mengatakan
semuanya kepada calon penjual. Kami beruntungnya karena sisa dana boleh dicicil
selama setahun tanpa bunga sama sekali. Alhamdulillah ...
Kami bersyukur, rumah itu
hingga kini masih kami tempati tanpa perubahan berarti. Hanya menambahkan
kolam, tangga dan kitchen set. Selebihnya, semuanya masih sama seperti kami
beli. Cat temboknya pun masih bagus.
Kepada teman saya itu, saya
katakan bersyukur hingga kini ia telah memiliki rumah. Saya pun sangat bersyukur telah memiliki rumah. Walaupun sederhana, tapi
setidaknya telah memiliki rumah sendiri. “Tapi cicilannya masih lama,” kata
kawan saya itu. Ah, waktu berjalan dengan cepat. Saya rela menghemat
pengeluaran asalkan bisa membeli rumah. Toh, rumah juga bagian dari investasi
untuk masa depan. Mari menabung untuk masa depan yang lebih baik.
turut terharu merasakan perjuangan keluarga muda,
Reply Deletejadi inget saya tahun 1998 jg berjuang unt membeli rumah pertama
Alhamdulillah, mba Avy. Teryata memang tak mudah menemukan rumah idaman :)
Reply DeleteWah, saya harus nabung dari sekarang nih buat beli rumah. Harganya euy :(
Reply DeleteIyaa, mba. Nggak terkontrol harga rumah saat ini mba
Reply DeleteSaya juga lagi survey harga rumah di Jakarta, Mbak. Bikin mata melotot harganya... kayaknya musti sabar jadi kontraktor dulu, hehe, ngontrak aja deh. sambil nabung.
Reply DeleteIyaa, mba. Sudah ajaib skarang harganya, mba. Sambil kontrak bisa tuh mba sambil nyicil :). Smoga keinginannya terkabul ya mba. Amin
Reply Deletewah perjuangan banget ya mba buat cari rumah :D alhamdulillah sekarang sudah dapet :D
Reply DeleteAwalnya perjuangan untuk mendapatkan yang diinginkan, mba. Alhamdulillah. Makasih, mba Hana
Reply DeleteHiks, punya rumah emang perjuangan banget ya Mba.
Reply DeleteBegitulah kenyataan hidup, mba :(
Reply DeleteBerbicara soal rumah pertama ...
Reply Deletemaka yang teringat dibenak saya adalah ... NEKAT ...
ya nekat ...
kami bertekat untuk mengencangkan ikat pinggang agar bisa membayar cicilan rumah tiap bulannya
Alhamdulillah ... diberi jalan
Salam saya
Bener banget, mas. Harus nekat dan berusaha. Terima kasih telah berbagi, mas :)
Reply DeleteAlhamdlh sy juga masih nyicil nih :)
Reply DeleteAlhamdulillah.
Reply DeleteInsyaAllah semoga dimudahkan ya, mba Kani :)
Amin amin
Alhamdulillah...meski tidak merasakan perjuangan beli rumah tapi ikut senang dengan perjuangan siapa saja utk bisa beli rumah sendiri. Bener banget. Rumah itu bagian dari investasi
Reply DeleteIya, mba Ade. Alhamdulillah banget :)
Reply DeleteBener, mba. Harganya makin melambung, mba
Selamat untuk temannya dan Mbak Rach juga. Mempunyai rumah idaman setiap orang. Bus besar atau kecil tidak terlalu masalah. Yang penting kita hidup aman di dalamnya :)
Reply DeleteAmiin,
Reply DeleteBener banget mba Evi. ALhamdulillah
Temennya keren ya mbak, menurut saya emang kadang kepahitan berbuah manis. Ya ngontrak emang ga selalu buruk tapi tidak leluasa dalam hal menata rumah. Rumah kan yang penting nyaman ya mbak, sebesar apapun kalau di syukuri pasti hikmah
Reply DeleteKata pepatah 'bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian', mba Yasinta. Hihii
Reply DeleteMakasih mba
alhamdulillah. mencari rumah yangn nyaman buat anak2 memang susah ya mba apalagi buat yg bukan si kantong tebal. Senang mendengar kabar baiknya dan semoga dari rumah sederhana menjadi istana..
Reply DeleteKalau yang kantong tebel mah, bisa langsung nunjuk ya mba. Hehhee
Reply DeleteWaah aku penasaran mba, rumah jawa modern itu yg kaya gimana ya? Googling. Hihi..
Reply DeleteJadi inget dulu pengen punya rumah sama ayahnya ahza. Cari sana sini.. Seru cari2 rumah itu hihi..
Tapi memang lebih baik beli daripada ngontrak terus ya mba.. Setuju bgt..
Makasih sharenya ya mbaa :*
Hayuuk main ke rumahku, mba Desi. Hihii
Reply DeleteTerima kasih sudah berbagi
Makanya ada istilah home sweet home ya mak...
Reply Deleterumahku (apapun bentuknya) istanaku....
Bener banget :)
Reply DeletePunya rumah itu benar2 penuh perjuangan. Alhamdulillah rumahnya sesuai dgm cita2.
Reply DeleteAlhamdulillah banget, mbaaa ;)
Reply Deletesetuju banget mba, meski pun sederhana, kalau nyaman dan milik sendiri rasanya asik banget :)
Reply DeleteYa mba Zata. Kita sendiri yang membuatnya menjadi nyaman dan asyik ;)
Reply DeleteRumahku sekarang masih rumah mertua, pengin sih punya rumah sendiri, meski kecil tapi pasti lebih nyaman :)
Reply DeleteInsyaAllah ya mba Lianny. Tinggal dengan mertua juga bisa jadi ladang pahala :)
Reply Deletehanya rumah yang bikin nyaman
Reply DeleteSepakat :)
Reply DeleteIni menginspirasi saya untuk turut mengumpulkan uang untuk membeli atau membangun rumah sebelum menikah mba :)
Reply DeleteYuk semangat, mas
Reply DeleteSedikit-sedikit akan jadi bukit :)
Punya rumah di kawasan Jakarta apalagi masih di tengah kota gitu sudah hebat banget Mbak. Salut.
Reply DeleteAlhamdulillah, Mba Lina. Makasih mba
Reply Deletenyari rumah di jkt memang perjuangan ya mbak.. aku ma suami agak beruntung, krn kita dikasih rumah ama ortu pas udh nikah.. walo kecil, tp ga hrs ngontrak yg penting.. dan lokasinya strategis, g jauh2 amat dr sudirman, lokasi kantor kita.. aku lbh milih gitu deh, drpd punya rumah lebih gede tp jauh bgt dr kantor.. -__-. capek di jalan mbak kalo gitu..
Reply DeleteWah ini mah alhamdulillah banget, mba. Nggak capek di jalan. Kalau saya masih butuh perjuangan tapi alhamdulillah dijalankan dengan ikhlas. Hihiii. Makasih sudah berbagi mba
Reply Delete