Saya tak bisa menghitung berapa banyak perempuan hebat
yang saya ketahui. Terlalu banyak perempuan-perempuan hebat yang menurut saya
sangat menginspirasi. Perempuan-perempuan hebat itu saya ketahui entah dari
media massa, atau saat berjumpa langsung. Saya sangat senang jika menulis
profil tentang perempuan-perempuan hebat, sejak saya masih menjadi jurnalis di
majalah. Menulis profil tentang perempuan hebat, menjadi motivasi bagi
saya. Jika saya merasa 'hebat', saya membaca kisah perempuan dan kemudian saya tahu bahwa saya bukan siapa-siapa. Karena ada banyak perempuan hebat di luar sana. Saya takjub dengan beragam inovasi yang dilakukan. Sesuatu yang mungkin bagi orang lain tampak sederhana, tapi menjadi sesuatu yang luar biasa.
Tulisan ini memuat kisah perempuan-perempuan yang ditampilkan di Kompas TV dalam rangka peringatan Hari Kartini 2016. Ada 30 perempuan hebat yang diliput Kompas TV dan tayang sejak tanggal 11 hingga 21 April 2016. Saya ingin mencuplik tiga diantara 11 nama perempuan hebat itu.
Tulisan ini memuat kisah perempuan-perempuan yang ditampilkan di Kompas TV dalam rangka peringatan Hari Kartini 2016. Ada 30 perempuan hebat yang diliput Kompas TV dan tayang sejak tanggal 11 hingga 21 April 2016. Saya ingin mencuplik tiga diantara 11 nama perempuan hebat itu.
Pertama adalah Endang
Siti Sukenny. Walaupun memiliki keterbatasan fisik karena cidera di
kaki saat usia 4 tahun, ia tetap semangat berkarya. Saat kecil, ia kerap
sakit-sakitan sehingga berganti nama menjadi Irma Suryanti. Kini, ia membuat
usaha dari kain perca, sajadah dan lain-lain. Ia memperkerjakan 30-50 rekan-rekannya
yang bernasib sama dengannya. Kain perca ini diolah menjadi beraneka hasil
misalnya keset dan dijual Rp 8 ribu hingga Rp 200 ribu untuk kualitas ekspor. Omzetnya
semakin meningkat hingga mencapai ratusan juta rupiah.
Di Kediri, ada sosok Yuli Sugihartati. Perempuan berusia
48 tahun ini mengolah kotoran sapi menjadi biogas dan bio slurry. Ia rela dua
minggu sekali mengendarai sepeda motornya dari rumhnya di Desa Ngaringan,
Gandusari, Blitar sejauh 50 kilometer menuju Dusun Brau, Batu, Malang, Jawa
Timur. Apa yang dikembangkan ini menjadi solusi mengurangi limbah kotoran
ternak. Berkat kemampuannya, biogas kemudian digunakan untuk memasak dan
sebagai bahan penerang. Bio slurry ia olah menjadi pakan ternak cacing dan
pupuk organik.
Rosalinda Delin, perempuan asal Kabupaten Belu, Nusa
Tenggara Timur, menghapus budaya panggang pada bayi di Desa Jenilu. Tradisi
yang dilakukan secara turun temurun dianggap mampu menghangatkan bayi dan
ibunya. Tapi, pemanggangan ini beresiko membuat ibu mengalami anemia. Sang bayi
pun dikuatirkan akan terganggu pernapasannya. Jika kita membuka youtube Kompas TV, ada banyak profil perempuan-perempuan hebat lainnya. Luar biasa ya yang mereka lakukan? Siapa perempuan hebat menurut teman-teman? :)
kereen Kartini masa kini
Reply Deletesala sehat dan semangat
amin
Iya semoga menginspirasi ya, mas :)
Reply DeleteMakasih
sekarang banyak wanita hebat ya, juga yang punay keterbatasan fikipun banyak yg hebat
Reply DeleteIya mba Tira. Dan kita harus banyak bersyukur :)
Reply Deleteyang bu Endang Siti itu memang inspiratif ya mbak sering saya liat di TV dengan keterbatasannya bisa mengangkat teman2 lain yang juga "kekurangan" untuk mandiri dan percaya diri dengan tidak bergantung ke orla. salut
Reply DeleteOh ya. Aku awalnya tahu dari tabloid, mba. Jadi tertarik untuk tahu banyak :)
Reply DeleteIya...perempuan2 di atas mmg keren2 :)
Reply DeleteSama dungs dengan mba Ida :)
Reply DeleteSubhanallah..ini wanita-wanita hebat nan tangguh. benar-benar menginspirasi
Reply DeleteAlhamdulillah jika menginspirasi ya mba Siethi:)
Reply DeleteYa Allah, panggang bayi?
Reply DeleteMbaaaaa, aku ngeri. Alhamdulillaah ada yang mengabdi dan berhasil menghapus tradisi itu yah. *kebayang deh usahanya, pasti penuh risiko
Iya mba. Percaya nggak percaya. Itu terjadi mbaa. Alhamdulillah ya ada yang berjuang untuk menghapusnya
Reply Delete