Percakapan
malam hari sebelum pagi menjelang.
“Ummi,
besok ke sekolah bawa makanan apa?,” kata A.
“Ummi
udah masak macaroni schotel. Besok dibawa ke sekolah,” kata saya. Sore hari
sepulang kerja, saya menyempatkan masak macaroni schotel yang memang sudah saya
rencanakan sehari sebelumnya. Macaroni schutel menurut saya adalah masakan yang
mudah dibuat, mengenyangkan dan sehat. Tak heran, masakan ini merupakan salah
satu favorit keluarga.
Dan
seperti biasa, saya menyiapkan segala keperluan sekolah di malam hari. Makanan
itu kemudian saya letakkan di meja makan dan ditutup tudung saji. Keesokan
pagi, makaroni schotel buatan saya dibawa ke kantor dan ke sekolah.
Ya,
saya senang memasak. Setiap waktu libur atau di kala senggang saya memasak
walau hanya sekedar memasak makanan ringan. Bagi saya sekeluarga, makanan yang
di bawa dari rumah lebih higienis, sehat dan tentu saja hemat. Di
lain sisi, saya menyadari saya memiliki keterbatasan peralatan memasak.
“Andaikan peralatan masak lebih lengkap, tentu lebih variasi masakan yang
dibuat,” pikir saya. Saya sempat mengutarakan keinginan kepada suami untuk
membeli peralatan masak. “Emang ummi mau beli apa aja?,” kata suami. Saya
kemudian menuliskan lima peralatan masak yang saya inginkan. Suami kemudian
mengutarakan hari untuk berbelanja bersama. Tapi sayangnya di hari itu saya
bekerja. Datang ke toko dan memilih beragam peralatan tentu membutuhkan waktu,
tenaga dan tentu biaya akomodasi. “Lebih ribet,” kata saya kepada suami.
“Hmm,
bagaimana jika berbelanja online?,” kata saya kepada suami. “Ide yang bagus,”
suami langsung menyetujui. Saya kemudian membuka aplikasi Lazada di
handphone. Teryata ada berbagai barang yang menarik plus beragam diskon yang ditawarkan. Saat suami melihat saya berbinar-binar menatap beragam barang yang di Lazada, suami menepuk pundak saya. "Ummi, beli yang kongkrit-kongkrit saja. Katanya hanya peralatan masak?," kata suami. Wah iya, hampir saja kalap. Untung suami ikut mengingatkan saya agar tak sekedar berbelanja.
Baiklah, pertama saya ingin membeli Mikser. "Emang mikser yang di rumah udah nggak berfungsi?," kata suami. Waduh, baru sodorin satu barang saja sudah langsung diinterupsi. Kepada suami, saya kemudian menyampaikan kalau mikser yang saya inginkan adalah mikser serbaguna. Mikser serbaguna ini berguna untuk menguleni roti hingga adonan kalis!. Adonan roti yang kalis ini yang kemudian menghasilkan roti empuk.
Mikser serbaguna |
Selama ini, saya
belum berhasil membuat roti yang lembut sehingga enak dikonsumsi. Maklum, roti
buatan saya masih terasa agak kasar. Padahal, keluarga senang mengkonsumsi
roti. Nah, apabila saya memiliki mikser, membuat roti yang empuk dan enak dikonsumsi
bukan perkara sulit. Oh ya, mikser ini tak hanya membuat
roti melainkan mie hingga bakpao. Duh, jadi tambah ngiler ingin membeli mikser
ini. Saya memilih mikser yang konstruksi bodi terbuat dari bahan metal sehingga
kokoh dan tahan lama.
Kedua, saya ingin membeli Penggiling
Mie. Senang rasanya jika berhasil membuat mie buatan sendiri. Mie buatan sendiri tentu tanpa pengawet dan bahan pewarna yang dikuatirkan berbahaya bagi kesehatan. Dengan adanya penggiling ini, tidak hanya untuk menggiling mie melainkan juga membuat beraneka pasta dengan berbagai ketebalan seperti fetucini, spageti dan lasangna. “Bisa buat kulit molen?,” tanya suami. Ya tentu saja bisa. Alat ini juga dapat mengatur ketebalan yang diinginkan. Tak perlu kuatir akan kesulitan menggunakan produk ini. Alat ini mudah digunakan dan dapat diaplikasi dengan mudah.Selesai menggunakan alat ini, bisa dibersihkan dengan kuas dan sebatang lidi, kemudian masukkan ke dalam kotak. Beres deh!
Penggiling mie |
Barang ketiga yang saya ingin beli ada Timbangan. Membuat makanan seperti roti, kue dan sejenisnya itu tentu tak bisa pakai ilmu ukur ‘perasaan’. Kalau di resep tertulis 300 gram, maka ya harus 300 gram. Atau jika tertulis 500 gram, maka ukurannya harus pas. Seringkali, karena merasa kurang maka ditambah-tambah tanpa diukur. Atau malah mengurangi dari resep. Alhasil, ketika masakan tak sesuai resep, kemudian menyalahkan resep! Wah, jangan sampai deh. "Bapak ingat nggak saat kita bikin mpek-mpek jadinya keras karena nambahin tepung seenaknya aja?," kata saya kepada suami. Suami menganggukkan kepala. Makanya, saya ingin sekali membeli timbangan digital yang benar-benar akurat. Nah, dengan timbangan ini akan membantu mengolah bahan makan dan mampu menimbang hingga 15 kilogram. Karena terbuat dari stainless steel, alat ini praktis dan mudah dibersihkan. Maklum, stainless steel termasuk bahan yang tahan lama, tahan korosi dan noda ketika terkena air.
Timbangan |
Saya juga ingin membeli Kukusan. Kukusan ini merupakan barang keempat yang saya inginkan untuk dibeli. Jadi, tidak semua masakan digoreng atau dipanggang, tapi juga ada yang di kukus. Banyak manfaat yang diperoleh dari mengukus makanan. Mengukus makanan mengurangi pemakaian minyak dan ini tentu ikut menghemat pengeluaran. Mengukus masakan juga membuat kandungan vitamin dan mineral dapat terjamin baik. Jadi tahu kan mengapa saya kemudian memilih membeli produk ini? Apalagi satu set terdiri dari tiga susun kukusan sehingga dapat difungsikan secara bersamaan dan menghemat waktu, tenaga dan lebih ekonomis. Oh ya, kukusan ini tak hanya bisa mengukus, tapi juga bisa untuk merebus dan menghangatkan makanan. Hmm...terbayang membuat bolu kukus dan bakpao yang unik untuk keluarga.
Kukusan Makanan |
Apalagi ya? Hmm, barang kelima yang saya ingin beli adalah Termometer Oven. Sebetulnya oven tangkring saya memiliki alat ukur suhu yang terdapat di dalam oven. Tapi karena tipis dan kecil, setelah lama dipakai akhirnya tidak dapat digunakan. Padahal, dengan alat ukur suhu, memasak menjadi lebih efektif dan efisien. Ada kue yang cukup dimasak 100 derajat celcius, tapi ada juga yang harus dimasak dengan suhu 200 derajat celsius dengan api bawah. Tanpa menggunakan alat ukur suhu ini, saya seperti 'meraba-raba' kematangan masakan. Alhasil, terkadang di permukaan kue terlihat sudah matang teryata di dalamnya tidak. Makanya, termometer ini saya butuhkan. Termometer oven ini tahan panas karena harus dimasukkan ke dalam oven. Penggunaannya pun mudah yakni dengan cara digantung atau diletakkan di rak oven.
Jadi, lima peralatan masak ini saya inginkan untuk dapat menghasilkan masakan yang terbaik, sehat dan higienis untuk keluarga. Ah, andaikan terkabul ....
*Ini untuk lomba Blog
Pengin jajan di lazada jadinya... Eh, oot. Mau resep makaroninya dong kaaa ~~~
Reply DeleteMacaroni Schotel
Reply DeleteFatmah Bahalwan
Bahan A:
225 gr makaroni
2 sdm minyak goreng
Bahan B:
3 sdm mentega
1 bh bawang Bombay, cincang
1 bh bawang putih, cincang
3 sdm tepung terigu
350 cc Susu cair
1 sdt mustard
½ sdt pala bubuk
½ sdt lada bubuk
1 sdt garam
1 sdt kaldu bubuk
1 klg korned beef
Bahan C:
3 btr telur, kocok lepas
75 gr keju parut
Bahan D:
5 btr telur, kocok lepas
400 ml susu cair tawar
75 gr keju parut
Cara membuatnya:
Bahan A:
Rebus makaroni hingga mekar, beri sedikit minyak goreng supaya tidak lengket. Angkat tiriskan. Sisihkan.
Bahan B:
Panaskan mentega, tumis bawang Bombay dan bawang putih hingga layu, masukkan tepung terigu, aduk rata, tuang susu sedikit demi sedikit sambil tetap diaduk rata.
Masukkan garam, merica bubuk, pala bubuk, kaldu bubuk, mustard, dan terakhir korned beef, aduk terus hingga tercampur rata. Masukkan makaroni, aduk rata. Masukkan bahan C, aduk lagi sampai rata. Test cicip.
Tuang kedalam pinggan tahan panas ukuran 20x30x5cm atau yg setara.
Bahan D:
Campur telur dan susu, aduk rata. Tuangkan kedalam makaroni yg sudah dipinggan. Taburi dengan keju parut. Panggang dalam oven suhu 180’C selama 45 menit.
Angkat, hidangkan bersama saus sambal dan saus tomat.
Silakan ya, mba. Resep itu enak. Tapi aku pakai daging giling dan bkan kornet. Dan aku nggak pake bahan D tapi langsung ditutup ama keju parut. Yang penting makaroni nggak langsug terkena panas biar nggak keras :). Makasih mba
Reply DeleteMba suka buat mie sendiri? Wow rajinnya :D
Reply DeleteMba suka buat mie sendiri? Wow rajinnya :D
Reply DeleteBelum berhasil, mbaa. Makanya pengen punya alat penggiling biar bisa bikin mie sendiri. Hehehe
Reply Deletewah, mb, aku belum punya open ni, padahal ngiler makaroninya
Reply DeleteBisa beli yang oven tangkring, mba. Harganya di bawah Rp 400 ribu :). Makasih ya mba
Reply Deletewuahh..senangnya punya keterampilan memasak beraneka rupa makanan bikin di sayang keluarga ya mba :)
Reply DeleteIya, mba Sithi. Katanya dari perut naik ke hati. #eh :)). Makasiih
Reply Deletewow, mau buat mie sama roti sendiri? Kereeeen! buatan sendiri pastinya tanpa pengawet dan rasanya puas pas makan ^_^
Reply DeleteKalo roti udah beberapa kali buat, mba. Tapi nguleninnya arus laaaamaaaaa. Capek sendiri jadinya. KAn enak kalau ada mikser yang keren :)
Reply Deletesemoga menang ya mbak kompetensinya...
Reply Deletesya dah beberapa x kok blnja di lazada. lengkap deh pkoknya dstu...
Amin doanya, mba Andy. Terima kasih banyak doanyaaa. Iya emang serba lengkap, mas. Jadi banyak pengennya :)
Reply DeleteWaah mbak senang masak ya ternyata ,, Hehehee
Reply DeleteSaya ngeceng penggiling mie nya..
2016 siap-siap jadi food blogger doong hihi
Iyaa, mba Yasinta. Malah awalnya sempat pengen blog isinya masak-masakan aja. HHehhee.
Reply DeleteSemoga terwujud ya mba keinginanya:)
Reply DeleteAmiin. Makasih, mba Kania :)
Reply DeleteAminnnnnnnnnnnn. Semoga wishlistnya terealisasi ya mak :)
Reply DeleteMakasih, mba :). Aamiin doanyaaa
Reply DeleteWah kalo udah komplit begitu peralatan tempurnya, bakal sering masak dehh.
Reply DeleteHehhee iyaa, mbaa :). Sehat dan lezaat :)
Reply DeleteSama kita mbak, suka masak jadi kalo belanja pengennya peralatan masak yg dilirik terus, hihii
Reply DeleteWaah asyiik :)
Reply Delete