Tulisan ini adalah rangkaian ucapan terima kasih saya di hari Guru tanggal 25 November. Pertama, saya
ingin berterima kasih guru Bahasa Indonesia saya saat duduk di kelas 3 SMA. Beliaulah
yang menyadari keinginan saya untuk menulis. Kepada saya, dia berkata,”Alida,
jadilah jurnalis. Kamu senang sekali menulis”. Dan atas dukunganya pula saya
kemudian memilih menjadi jurnalis. Walaupun, kegemaran saya menulis sudah muncul
sejak kelas 2 sekolah dasar.
Saya
ingin berterima kasih kepada Bapak Zaenal Arifin Emka, dosen saya di Sekolah
Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan . Dosen saya ini yang mengajarkan
menjadi jurnalis yang lurus dan berdedikasi. Saya ingat usai shalat dzuhur di mushala
kampus saya bertanya kepadanya tentang sulitnya menjadi jurnalis yang ‘lurus’ serta
tidak menerima amplop. Pak Zaenal berucap,”Mungkin tak banyak. Tapi kita harus
bisa”. Mungkin Pak Zaenal lupa dengan kalimat ini. Tapi saya masih mengingatnya,
hingga kini.
Saya
ingin berterima kasih kepada almarhum Pak Zainuddin, mentor saya di bidang
fotografi. Awalnya, pak Zen, begitu saya memanggilnya, adalah atasan saya. Tapi
kemudian saya belajar banyak hal tentang fotografi dari Pak Zen. Mulai dari
belajar foto, menyiapkan pameran foto, menyiapkan rapat dewan juri dan
sebagainnya. Pak Zen tergolong keras untuk hasil foto. Caranya menyeleksi foto
saya adalah dengan membuang foto yang jelek. Jika ada 10 foto yang disodorkan,
9 foto pasti dibuang. Bahkan tidak ada sama sekali yang menurutnya bagus dan
saya harus berulangkali memotret. “Jangan mengandalkan photoshop untuk edit
foto,” kata Pak Zen.
Saya
ingin berterima kasih kepada Ibu Liestianingsih. Bu Lies, saya memanggilnya,
adalah dosen pembimbing skrispsi saya. Dari bu Lies, saya belajar banyak
tentang feminisme yang kemudian dimasukkan di dalam skrispsi saya di tahun
2005. Bahan-bahan skripsi saya peroleh di kampus Universitas Airlangga berdasarkan
informasi dari Bu Lies. Diskusi demi diskusi dengan bu Lies, menambah wawasan saya.
Saya
ingin berterima kasih kepada Prof Muhammad Mustofa, pembimbing tesis saya. Saya
masih ingat dengan segala keterbatasan saya atas ilmu kriminologi, Prof Mus,
nama panggilannya, membimbing saya. Setiap kali pertemuan dalam bimbingan demi
bimbingan, pertanyaan demi pertanyaan saya ajukan dan dijawab Prof Mus. Jawaban
yang mudah dicerna bagi otak saya. Saya sempat mengeluh dan ingin menyerah,
apalagi sidang terakhir saya masih harus koreksi tesis dan diberikan waktu
empat hari untuk koreksi. Jika tidak lolos, saya tidak bisa di wisuda tahun itu
juga. Tapi saat Prof Mus akhirnya menyetujui tesis saya, saya mencium
tangannya. Senang sekali akhirnya bisa lulus tesis.
Tulisan
ini memang sederhana. Tapi bagi saya, ini bukti ucapan terima kasih saya kepada
para guru. Di luar nama-nama itu semua, saya sangat berterima kasih atas semua
guru yang telah membantu saya, membimbing saya penuh kesabaran. Semua ilmu yang
diberikan sangat berharga hingga kini. Tanpa bantuan para guru, saya tidak akan
seperti ini. Selamat hari Guru, 25 November. Sekali lagi, terima kasih
Posting Komentar