Saya
termasuk golongan penikmat film berdasarkan kisah nyata. Film berdasarkan kisah
nyata yang terakhir saya nonton adalah film berjudul ‘Everest yang bercerita tentang kisah nyata tragedi
pendakian tahun 1996. Kisah ini menceritakan ekspedisi yang dipimpin Robert
Edwin Hall Hall (Jason Clarke) melalui Adventure.Mereka menemani para pendaki
yang memiliki tujuan berbeda untuk mendaki gunung Everest pada Februari 1996.
Para pendaki itu adalah Michael Groom (Thomas W. Wright), Harold (Martin
Henderson), Dough Hansen (John Hawkes), Yasuko Namba (Naoko Mori), Beck
Weathers (Josh Brolin) serta jurnalis Jon Krakuer (Michael Kelly). Kala Yasuko
Namba (Naoko Mori) ditanya alasan mendaki Everest ia menjawab singkat. “Saya
sudah mendaki enam gunung, saya ingin ke tujuh,” katanya. Rob memiliki satu
janji kepada istrinya Jan Hall (Keira Knightley), pulang untuk melihat anaknya
lahir.
Perjalanan
menunju puncak ini menunjukkan karakter masing-masing pendaki. Namun, perbedaan
karakter tidak menjadi inti dari film ini. Bagi saya, film ini lebih menonjolkan
ganasnya alam di gunung Everest. Dinginnya udara, kuatnya hembusan angin hingga
minimnya oksigen merupakan tantangan bagi para pendaki. Tentu saja, pemandangan
yang indah tanpa didukung jalan cerita yang apik dan dimainkan dengan baik,
tidak akan menjadi satu film yang utuh dan menarik. Film ini juga menceritakan
betapa pentingnya perencanaan. Kapan harus naik gunung, kapan harus berada di
puncak dan kapan harus turun dari puncak merupakan harga ‘mati’ yang tak bisa
ditawar. Saat pos demi pos berhasil dilewati dan 8 dari 10 pendaki berhasil
naik dan menyentuh puncak gunung, bukan berarti masalah selesai. Masalah muncul
saat Dough yang terlambat tiba di puncak tidak mau kembali ke pos dan memaksa
Rob menemaninya. Dough tidak ingin mengulang kegagalannya yang pertama. Rob
menyanggupi. Sebagian pendaki lainnya beranjak turun ke pos terdekat. Kebahagiaan
terpancar di wajah Dough saat berhasil mencapai puncak gunung Everest. Namun
keputusan ini teryata membawa bencana. Awan
gelap muncul, para pendaki pun terjebak. Disinilah drama muncul. Drama
emosional muncul saat percakapan antara Rob dan istrinya Jan. Bayangkan saja, bagaimana
jika ini adalah percakapan terakhir dengan pasangan?. Dan bagi saya, penentuan
film ini lebih ditekankan pada pertanyaan “Siapakah yang bertahan hidup?”.
Film
ini berlokasi di Nepal, tepatnya di kaki bukit gunung Everest. Jika dibandingkan
antara film Everest dan Vertikal Limit, saya lebih memilih film Vertical Limit
sebagai film terbaik. Bagi saya, film Vertikal Limit adalah paket lengkap
antara keganasan alam, konflik antara pendaki tersaji baik dan endingnya yang
tak nanggung. Namun, film Everest bisa menjadi salah satu alternatif pilihan
tontonan.Di akhir film, penonton menyaksikan tayangan kolase foto-foto para pendaki yang diceritakan di film ini.
Ingin menonton trailernya? Silakan ...
Đăng nhận xét