Apa rasanya terusir dari
tanah air dan membangun kehidupan mulai nol? Itulah yang dirasakan keluarga
Papa Kadams (Om Puri) yang berasal dari India. Sebagai seorang suami dan bapak
dari lima anak dan memiliki restoran India itulah kehidupan terbaiknya. Namun
semuanya harus lenyap dalam semalam karena sekelompok orang. Dan dalam semalam,
ia kehilangan mata pencaharian dan istri tercinta. Dari sinilah film “The
Hundred Foot Journey” yang diproduksi tahun 2014 berawal.
Dalam kebimbangan dan
keresahan ia tahu hidupnya harus berlanjut. Bersama kelima anaknya, Papa
terbang ke Lumiere, sebuah desa kecil di pegunungan Perancis. Setibanya di Lumiere,
Papa terpikat dengan sebuah bangunan yang usang, jelek namun berada di depan
sebuah restoran Le Saule Pleureur terkenal di kota itu. Kelima anaknya tentu
tak setuju. Papa yang keras kepala tentu tak mau menerima begitu saja saran
anak-anaknya. Tanpa sepengetahuan kelima anak-anaknya, Papa pun membeli bangunan
itu. Dan, sebagai seseorang yang asli India, Papa pun menghias restorannya
dengan khas India.
Lalu siapa yang memasak?
Adalah Hassan Kadams (Maish Dayal), anak keduanya yang memiliki bakat memasak
seperti ibunya. Bakat masak yang mengalir secara alami dan menjadi andalan
keluarga. Di tangan Hasan, restoran itu memiliki cita rasa India yang sarat
bumbu. Namun, tak mudah membangun restoran. Tak ada yang mampir saat pembukaan
restoran.
Tak hanya itu saja, konflik
terbuka pun terjadi antara Papa dan Madame Mallory (Helen Millen), pemilik
restoran Le Saule Pleureur. Hasan yang berbakat memasak, mencuri perhatian
Madame yang meminta Hassan bergabung dengannya. Walau awalnya, Madame Mallory seakan
enggan menggakui kehebatan Hasan. Bergabung dengan Madame Mallory, membuat
Hasan semakin menunjukkan bakatnya. Makanan Perancis diramu dengan bumbu-bumbu khas
India. Cinta pun tumbuh di antara Hassan dan Marguerite (Charlotte Le Bon),
perempuan yang juga bekerja di restoran Madame Mallory. Kehebatan Hasan mampu
membuatnya berkibar di dunia internasional. Ia pun kembali terbang ke negeri
orang dan menjadi koki yang membuat banyak orang berdecak kagum. Namun, berada
jauh dari keluarganya membuatnya kosong.
Menonton film yang di diproduksi oleh Steven Spielberg bersama Oprah
Winfrey, juga menonton perjalanan karir seorang pria sederhana yang menjelma
sebagai koki berbakat. Bagi saya, film ini adalah film keluarga yang sangat
layak ditonton bersama keluarga tercinta. Kehangatan, kebersamaan dan cinta
seorang bapak kepada keluarga serta cinta anak kepada orangtua menjadi pengikat
dalam film ini. Dalam duka, keluarga akan tetap bersama. Jangan berharap film
ini akan terasa datar tanpa humor. Papa Kadams mampu menyajikan tawa dengan
caranya sendiri.
Tak hanya itu saja, alur
dalam film ini pun berjalan wajar. Tanpa ada sesuatu yang berlebihan dan alur
yang terpotong. Konflik yang ada di dalam film ini tak terlalu tajam, namun mampu
menunjukkan dalam setiap kehidupan, celah konflik bisa saja terjadi. Kehebatan
lain dalam film ini adalah penggambilan angle yang apik saat proses pembuatan
masakan. Fokus kamera saat Hasan memasukkan bumbu, mengaduk masakan hingga
menyajikan, mampu membuat saya sebagai penonton ingin segera melahap masakan
yang tersaji itu. Secara keseluruhan, film ini bagi saya sangat berkesan karena
perpaduan berbagai kekeluargaan, tak pantanng menyerah hingga penyajian gambar
yang sangat memikat mata saya sebagai penonton. Saking berkesan, saya bersama
keluarga menonton film ini hingga empat kali. Hehehe
“Postingan ini diikutsertakan dalam Evrinasp Second Giveaway: What Movie are You?”–
“Postingan ini diikutsertakan dalam Evrinasp Second Giveaway: What Movie are You?”–
একটি মন্তব্য পোস্ট করুন