Kemanakah saat
liburan dua hari? Di waktu yang sesingkat itu, Ujung Genteng mungkin bisa menjadi
salah satu alternatif tujuan berwisata bersama keluarga. Terpesona foto
indahnya Ujung Genteng di berbagai blog, membuat saya sekeluarga pun memutuskan
segera ke Ujung Genteng. Untuk mencapai Ujung Genteng, kami menggunakan
fasilitas Wave sebagai penunjuk arah.
Namun, perjalanan
jalur alternatif luar biasa berkelok. Tanjakan dan turunan hampir kami temui
sepanjang perjalanan. Apabila kami menggunakan mobil manual, ini tentu tidak
menjadi masalah. Tapi menggunakan mobil matic 1200 cc di tanjakan? Wah, bikin
hati berdebar-debar. Apalagi saat suami berkata “Duh, bisa nggak ya
tanjakannya?”. Alhasil, saya pun semakin deg-degan. Posisi tangan kiri suami
sudah siap-siap ke gigi rendah. Karena selama melaju di kendaraan rata, posisi
gigi di D. Dan memang benar, saat tanjakan, mobil pun tampak mengeluarkan suara
khasnya. Saat tanjakan berhasil dilampui kami pun serentak mengucapkan
“Alhamdulillah”. Saat jalur turunan, suami pede mengenderai kendaraan. Kami pun
tenang-tenang saja.
Ekspektasinya bisa bekejar-kejaran di pasir putih di antara deburan
ombak sambil menikmati semilir angin. Tapi, sepanjang pantai lebih banyak
terlihat karang. Laut sedang surut saat kami tiba. Jarak antara bibir pantai
dengan darat pun jauh. Kami harus melewati jalan berkarang sambil sesekali
memandang ke bawah, kuatir menginjak makhluk laut.
கருத்துரையிடுக