“Assalamu Alaikum,
jangan sampai telat ya kumpul”. Masih pukul 5 pagi saat saya menerima pesan bbm
dari salah satu orangtua siswa. Terlalu pagi memang, tapi saya tahu bahwa
berangkat ke Bandung memang harus secepatnya. Jumat, 3 April saya dan rombongan
orangtua TK Al Biruni berencana ke Bandung menggunakan bus. Agendanya rombongan
ke Rumah Sosis, makan siang di Warung Nasi Pengkolan, ke Floating Market
kemudian ke Ciampelas dan berbelanja di Kartika.
Untuk agenda sebanyak itu, menurut saya, berkumpul setengah 6 pagi adalah waktu yang tepat. Ayyas yang senang akan berjalan-jalan bersama teman-temannya, tak sulit di ajak bersiap-siap. Bapak kemudian menggunakan sepeda motor saya dan Ayyas menuju kantor Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBIK Lapan). Tiba di BBIK, baru berkumpul tiga orang dewasa dan tiga orang dewasa. Langit pun masih gelap. Setengah jam kemudian bus pun tiba. Rombongan yang mayoritas terdiri dari perempuan dan anak-anak pun bersegera masuk ke dalam bus. Hanya saja, tak semua orang menepati waktu berkumpul sesuai waktu yang ditentukan. Bahkan masih ada yang baru tiba pukul 06.30.
Ayyas dan temannya makan saat ke Bandung |
Untuk agenda sebanyak itu, menurut saya, berkumpul setengah 6 pagi adalah waktu yang tepat. Ayyas yang senang akan berjalan-jalan bersama teman-temannya, tak sulit di ajak bersiap-siap. Bapak kemudian menggunakan sepeda motor saya dan Ayyas menuju kantor Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBIK Lapan). Tiba di BBIK, baru berkumpul tiga orang dewasa dan tiga orang dewasa. Langit pun masih gelap. Setengah jam kemudian bus pun tiba. Rombongan yang mayoritas terdiri dari perempuan dan anak-anak pun bersegera masuk ke dalam bus. Hanya saja, tak semua orang menepati waktu berkumpul sesuai waktu yang ditentukan. Bahkan masih ada yang baru tiba pukul 06.30.
Akhirnya
hampir pukul 7 pagi, bus pun melaju memecah kemacetan. Berangkat yang terlalu
siang tentu saja berdampak kemacetan. Rencana awal tiba pertama di Rumah Sosis
akhirnya berubah. Rombongan langsung
makan siang di Warung Nasi Pengkolan. Walaupun namanya warung, namun ukurannya
cukup besar. Makanan yang disajikan masih panas. Saya suka bihun gorengnya yang
menurut saya nikmat. Selebihnya, menurut saya standar, apalagi sambalnya tak
terasa pedas sama sekali bagi saya penggemar sambal. Usai makan, kami langsung
menuju floating market yang terdapat di Jalan Grand Hotel No 33 E, Lembang.
Jarak tempuh dari Warung Nasi Pengkolan sekitar satu jam. Tiket masuk floating
market sebesar Rp 15 ribu. Tiket masuk itu dapat ditukar dengan segelas minuman
hangat.
Hujan
menyambut kami saat tiba di floating market. Saya bersyukur membawa tas dan jas
hujan di tas. Tak perlu membeli payung atau jas hujan seperti yang lain. Namun
tetap saja, mengunjungi floating market di tengah derasnya hujan tak begitu
menyenangkan. Tapi menyenangkan atau tidak tergantung bagaimana kita
menikmatinya kan?
Menggunakan
jas hujan dan payung, saya bersama rombongan mendatangi berbagai kios yang
terdapat di floating market itu. Ada kios yang khusus menjual makanan yang
organik atau tradisional. Misalnya ada teh hijau, jamu-jamuan dan sebagainnya.
Saya berjalan dengan Mirza dan mamanya, Mutiara dan mamanya, serta tentu saja
Ayyas. Namun bukannya membeli, kami semua malah asyik berpose dan bahkan
meminta pegawai disana untuk memotret. Hahhaaa
Usai
dari makanan tradisional, kami menuju kios yang menjual beraneka bunga-bunga
plastik dan kertas. Suasana di kios itu penuh warna- warni. Namun lagi-lagi
kami tidak membeli tapi asyik berpose untuk difoto lengkap dengan jas hujan.
Ada satu kios yang kami lewati yakni kios yang menjual boneka. Kuatir kalau
masuk ke sana, anak-anak meminta beli beraneka macam. Hehhehe
Rombongan
pun terpecah karena Mirza minta pergi bersama Ayahnya. Sehingga rombongan hanya
tersisa saya dan Ayyas serta Mutiara dan mamanya. Rombongan yang lain, terpisah
dari kami. Rombongan yang hanya berjumlah empat orang ini kemudian berjalan
menikmati suasana floating market. Floating market ini luasnya mencapai 7
hektar dan buka sejak pukul 09.00 hingga 17.00. Kecuali weekend buka hingga
pukul 20.00.
Kami tertarik untuk naik perahu sambil mengelilingi danau di floating market. Tapi keinginan itu urung dilakukan karena antriannya sangat banyak. Akhirnya, kami memilih menemanin anak-anak bermain di taman Kelinci. Untuk masuk ke Taman Kelinci, wajib membeli tiket masuk seharga Rp 20 ribu untuk memberi makan kelinci. Kami membiarkan anak-anak masuk ke dalam Taman Kelinci karena jika orangtua menemani harus membeli tiket juga. Toh, kami bisa mengawasi anak-anak dari luar.
Kami tertarik untuk naik perahu sambil mengelilingi danau di floating market. Tapi keinginan itu urung dilakukan karena antriannya sangat banyak. Akhirnya, kami memilih menemanin anak-anak bermain di taman Kelinci. Untuk masuk ke Taman Kelinci, wajib membeli tiket masuk seharga Rp 20 ribu untuk memberi makan kelinci. Kami membiarkan anak-anak masuk ke dalam Taman Kelinci karena jika orangtua menemani harus membeli tiket juga. Toh, kami bisa mengawasi anak-anak dari luar.
Usai
bermain di Taman Kelinci, kami sempat mengunjungi lokasi penjualanan makanan
yang unik. Jadi, para penjual beserta masakannya berada di perahu yang berada
di atas danau. Beraneka makanan mulai dari rujak, siomay, batagor, sosis dan
sebagainnya. Namun, kami tak berniat membeli apapun. Tak terasa, hampir dua jam
kami berada di floating market. Pukul 16.00 WIB, kami sudah tiba di bus sesuai
waktu yang ditentukan. Namun, masih ada juga yang baru tiba di bus pukul 17.00
WIB.
Alhasil, tujuan kedatangan ke Rumah Sosis pun terlambat. Tiba di Rumah Sosis, permainan anak sudah ditutup. Hanya ada kios yang menjual sosis dan warung oleh-oleh. Saya hanya membeli sosis bakar seharga Rp 15 ribu untuk Ayyas dan di warung oleh-oleh hanya membeli dua yogurt dan satu ice cream. Usai dari Rumah Sosis seharusnya kami berencana ke Cihampelas. Namun, karena sudah terlalu malam akhirnya batal ke Cihampelas dan hanya membeli oleh-oleh di rest area. Saya tak bisa membayangkan jika kami tetap memaksa ke Cihampelas tentu anak-anak yang kasihan. Saya bersyukur bisa tetap ke Bandung, bersama Ayyas. Tertawa dan bahagia bersamanya ….
Alhasil, tujuan kedatangan ke Rumah Sosis pun terlambat. Tiba di Rumah Sosis, permainan anak sudah ditutup. Hanya ada kios yang menjual sosis dan warung oleh-oleh. Saya hanya membeli sosis bakar seharga Rp 15 ribu untuk Ayyas dan di warung oleh-oleh hanya membeli dua yogurt dan satu ice cream. Usai dari Rumah Sosis seharusnya kami berencana ke Cihampelas. Namun, karena sudah terlalu malam akhirnya batal ke Cihampelas dan hanya membeli oleh-oleh di rest area. Saya tak bisa membayangkan jika kami tetap memaksa ke Cihampelas tentu anak-anak yang kasihan. Saya bersyukur bisa tetap ke Bandung, bersama Ayyas. Tertawa dan bahagia bersamanya ….
AYo mbak Alida ke bandung lagi nanti saya sama krucil temenin, sambil ngajakin ke tempat makan enak di bandung banyak hihi..
Reply DeleteFloating market emang ga jarang jadi floating people juga ehehhee
Asyiikkk. Alhamdulilllaah. Makasih mbaaa
Reply Delete