Belum pernah saya
outbound bersama Ayyas. Baru sekali, yakni pada Sabtu 31 Mei 2014. Ceritanya,
sekolah Ayyas di TK Al Biruni melaksanakan kegiatan outbound orangtua dan anak
di kawasan Citra Alam, Jawa Barat. Ayyas tampak antusias saat mengetahui akan
berlibur bersama teman-temannya. “Ayo ummi kita ke Puncak. Aku mau nginap di
Puncak,” celoteh Ayyas. Kepadanya, saya katakan bahwa kita tidak ke Puncak,
tapi ke Bogor. Tapi Ayyas bersikukuh kalau liburanya diadakan di Puncak. Dan
teryata dia benar!
Pukul 04.00 WIB,
Ayyas bangun tidur. Setengah jam kemudian dia minta mandi. Mandi di pagi hari
tentu dingin sekali. Untunglah, suami memilih untuk memasakkan air panas untuk
dia mandi. Usai mandi, Ayyas saya suapin sarapan. Dia lahap sekali. Mungkin
bersemangat akan berlibur. Setengah jam kemudian, kami bergegas menuju ke kantor
LAPAN, tempat berkumpul sebelum ke lokasi. Tiba di sana, sudah banyak orangtua
beserta anak yang menunggu. Beruntung, tak lama kemudian bus pun segera
bergerak menuju ke Puncak.
Teryata di
perjalanan, macet pun kami alami. Alhasil, butuh waktu hingga 3,5 jam untuk
tiba di kawasan Citra Alam, Puncak, Jawa Barat. Lokasinya tidak begitu jauh
drai Taman Wisata Matahari. Hanya saja, jalan menuju ke sana sempit. Tak ada
penanda yang mencolok terkait lokasi itu. Dari jalan raya, hanya cukup satu
mobil saja. Untuk mobil saja kesulitan, apalagi bus. Tapi mau tak mau, bus pun
mencoba masuk. Sepertinya walaupun jalan demikian sempit tapi sudah banyak bus
yang menuju ke sana. Nah, ada inisden kecil saay tanjakan menuju lokasi.
Tiba-tiba, bus yang kami tumpangi mogok. Saat bus mencoba berjalan di tanjakan,
terpaksa harus rem mendadak. Spontan, satu bus pun menjerit. Setelah tiga kali
berada di posisi seperti itu, kami pun memutuskan untuk turun dari bus dan
berjalan. Badan bergetar saking ketakutan. Anak-anak pun sebagian pun merasakan
ketakutan yang kami alami. “Keluar cepat, tak usah membawa tas,” begitu
instruksi yang kami dengar. Walaupun sudah turun, badan kami masih gemetar
ketakutan. Hampir saja kami tak mau naik ke bus lagi. “Takut, trauma,” begitu
coleteh sebagian penumpang. Tapi dengan berharap cemas, kami kembali naik ke
bus. Berharap semua baik-baik saja.
Syukurlah,
perjalanan bus menjadi lancar. Bus berhenti di sebuah lapangan besar yang mampu
menampung hingga lebih dari 10 bus. Walaupun dari luar terlihat sempit, tapi di
dalam teryata luas sekali. Dari tempat pemberhentian itu, kami masih harus
mengendarai mobil untuk membawa kami ke lokasi outbound. Tapi jujur, kami masih
saja trauma insiden sebelumnya.
கருத்துரையிடுக