Kaget, senang,
bangga. Mungkin itulah perasaan yang saya dan suami alami. Betapa tidak, saat
anak lain mungkin merasa takut naik ke panggung, Ayyas malah inisiatif naik ke
panggung. Tanpa kami minta. Ini terlihat pada Minggu, 7 Juni 2014 di Pejaten
Village Mall. Sore hari ada aksi dance Larva,
tokoh kartun yang sedang populer. Pembawa acara kemudian menanyakan siapa yang
ingin naik ke panggung untuk mendapatkan hadiah. Ayyas kemudian bertanya, “aku
pengen naik ke atas (panggung),” katanya. Suami pun mengiyakan. Kemudian, dia
pun maju dan naik ke panggung. Oh, ingin rasanya saya berteriak kegirangan
karena percaya dirinya tinggi. Di panggung, ia berkumpul dengan 10 anak lain
yang merebutkan hadiah.
Kuis yang
dilontarkan sebetulnya sederhana. Saat pembawa acara menanyakan dimana kaki,
maka anak pun harus menunjukkan kakinya. Ayyas berhasil hingga berkurang
menjadi enam orang. Tapi kemudian pertanyaan “dimana mata kaki?, Ayyas
menunjukkan mata kemudian kaki. Alhasil, Ayyas pun harus turun panggung. Saya
memeluknya dan berkata bahwa dia hebat. Saya pikir mungkin dia hanya akan mau
menonton saja. Tapi kemudian, pembawa acara menanyakan siapa saja yang mau ikut
goyang ala Larva, Ayyas pun mengangkat tangan dan segera maju. Ah, saya tertawa
melihat tingkahnya. Suami saya pun demikian. Tertawa bahagia tentunya. Kali ini kuisnya, anak-anak diminta untuk
joget heboh ala Larva. Awalnya diberikan contoh dan kemudian anak-anak
mengikuti. Tapi kemudian, anak-anak diminta untuk joget. Nah, Ayyas asyik
berjoget tapi tak heboh. Dia menggerakkan tangan dan badan. Saya tersenyum melihatnya.
Dan, lagi-lagi Ayyas harus menerima kenyataan bahwa dia harus turun tanpa
membawa hadiah. Saya peluk dia dan dia pun berkata,” Aku pengen dapat hadiah,”.
Saya katakan bahwa lain kali akan ikut lagi. Setelah kuis dilakukan, kini sesi
foto bersama Larva. Ayyas awalnya mengaku takut. “Larva itu nggak seram. Malah
lucu,” kata saya. Dia pun kemudian memilih untuk maju dan berfoto bersama
Larva. Bahkan dua kali!
Saat pembawa acara
mengatakan akan ada rehat 30 menit, Ayyas masih ingin tetap mengikuti. Tapi kala
itu sudah pukul 19.00 WIB. Terlalu malam bagi kami. Untunglah, Ayyas mengikuti
saran kami. Bagi saya, pengalaman hari Minggu kemarin adalah sesuatu yang
membahagiakan. Saya dan suami ingin Ayyas menjadi percaya diri. Tidak kenal takut
tapi juga sopan. Ketika anak muncul keinginan untuk naik dan berhadapan dengan
banyak orang yang tidak dia kenal, itu menunjukkan keberaniannya.
Sebetulnya kami
pernah sampaikan agar Ayyas tak malu atau
tak mau menjawab saat ditanya oleh saudara atau teman. Teryata, saran kami di
dengar. Setiap kali ditanya, ia dengan lugas menjawab tanpa rasa takut. Tapi
tentu pertanyaan itu dijawab dengan baik. Sebagai orangtua, kami mungkin tidak
boleh menjadi otoriter dan memaksa kehendak kepada anak. Tapi ada hal-hal
mendasar yang perlu diajarkan bagi anak sejak dini. Misalnya agar anak tak
takut, percaya diri serta menghormati sesama. Jika ini dilakukan anak, betapa
bahagianya orangtua.
Jakarta, 8 Juni
2014
Posting Komentar